Part 43

33 4 0
                                    

Happy readingg alll...

"Jen, aku ngga bisa kamu diemin terus kaya gini." Ujar Abay. Jenar pun melirik Abay dengan pandangan yang sulit diartikan, lalu kembali mengalihkan pandangannya ke depan saat Abay juga memandangnya.

"Lalu apa kabar dengan kamu yang ngediemin aku juga?" Suara Jenar terdengar lirih namun penuh penekanan.

"Kamu ngga bisa aku diemin kaya gini! Tapi kamu ngga punya inisiatif buat ngubah semuanya. Apa harus selalu aku yang inisiatif duluan? Aku capek Bay, sama halnya kaya kamu yang benci ada cinta diantara kita." Tambahnya.

"Itu lain Jenar." Ujar Abay.
Jenar menatap Abay dengan sorot terlukanya. Bisa-bisanya pria itu berkata seperti itu.

"Lain?" Jenar terkekeh. Entah apa yang membuat gadis itu terkekeh, namun menurutnya sangat lucu.

"Ya kamu bener, itu lain. Tapi apa kamu ada niatan untuk hubungin aku duluan? Ada niatan kamu biar aku ngga ngediemin kamu? Ada niatan kamu ngecat duluan ke aku biar kita ngga marahan lama kaya gini? Ada!! Ngga ada Bay, kalau ada kita ngga mungkin marahan selama ini....,"

"Dari dulu sampai saat ini yang selalu inisiatif ngejaga hubungan ini cuma aku. Aku yang selalu inisiatif duluan perbaiki semuanya, sedangkan kamu? Kamu terlalu acuh dengan semuanya Bay. " Jenar menumpahkan semua kekecewaannya pada pria itu. Satu air mata lolos dari pelupuk mata Jenar, hingga membuatnya memalingkan wajahnya agar Abay tak melihatnya.

"Kamu bener Jenar. Aku memang tidak pernah punya inisiatif untuk duluan memperbaiki semuanya, kamu juga bener kalau aku terlalu cuek dengan semuanya. Tapi itu semua aku lakuin karena aku tahu, aku tahu kalau kamu akan memperbaiki semuanya sebelum aku memperbaikinya. Aku tahu itu Jenar." Jenar yang mendengar tersenyum kecut.  Jadi pria itu ingin dia yang terus-terusan memperbaiki semuanya duluan? Jenar benar-benar tersenyum kecut.

"Tapi aku juga tidak berharap kamu akan menghukum ku, karena aku yang tak pernah berinisiatif duluan dan aku yang terlalu cuek dengan semuanya!" Abay pun tak bisa lagi menahan amarahnya, bahkan suara pria itu naik satu oktaf. Jenar yang mendengar pun kembali meneteskan air matanya.

"Dan..dan aku ngga pernah tahu sampai kapan aku bisa nyembunyiin semuanya." Suara Abay mulai melemah diakhir kata. Jenar pun berbalik menghadap Abay saat mendengar ucapan pria itu. Apa maksud dari kata-kata itu?

"Apa yang kamu maksud? Sembunyiin apa?" Ujar Jenar dengan wajah yang sudah basah dengan air matanya. Abay hanya menunduk.

"Jawab aku Abay!! Apa yang kamu sembunyiin dari aku selama ini....hikss." Jenar mengguncang tubuh Abay kasar. Abay diam, tak seharusnya ia mengatakan hal itu pada Jenar.

"Abayy..," Lirih Jenar dengan air mata yang semakin deras, guncangan ditubuh Abay pun semakin melemah. Abay secara cepat menatap Jenar dan membingkai wajah penuh air mata itu.

Cup

Abay mempertemukan bibir mereka, melumatnya dengan rakus dan penuh dengan emosi. Jenar tak memberontak sama sekali, dia membiarkan pria itu mencium bibirnya dengan rakus dan membiarkan pria itu menyalurkan perasaannya. Dia bahkan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Abay.

Abay semakin memperdalam ciumannya, bahkan tangannya sekarang beralih menekan tengkuk gadis itu dan salah satunya lagi merapatkan tubuh mereka.

Selang beberapa menit Abay pun melepas pagutan bibir mereka. Dia menatap dalam mata Jenar dengan penuh cinta, tatapan yang selama ini selalu ingin ia berikan pada gadis itu. Kemudian dia kembali menyambar bibir Jenar dengan ciuman yang lebih lembut dari sebelumnya, membuat Jenar terlena dan membalas ciuman Abay.

Sacrifice in Love ( SIL )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang