Part 19

32 6 0
                                    

Happy reading....

Semoga suka sama part kali ini..



Hari ini seperti biasa Bathari pulang sekitar pukul 09.00 malam, setelah menyelesaikan pekerjaannya di cafe. Seharusnya dia sudah pulang sekitar setengah jam yang lalu seperti yang lain. Namun dia selalu pulang akhir bersama Loa dan Weni, alasannya selalu sama. Ingin mengerjakan tugas, dari pada nanti di kos lupa.

Meskipun begitu dia juga selalu ikut membantu Lia dan Weni. Sekarang Bathari baru saja turun dari trans, tetapi sedari tadi perasaannya tidak enak. Ia selalu saja merasa ada yang mengikutinya dan mengawasi gerak-geriknya sedari tadi. Namun perasaan merasa diikuti dan diawasi itu muncul bukan hari ini saja, tapi tepatnya sejak dua hari yang lalu.

Bathari pun mempercepat langkahnya begitu perasaan itu tak dapat dibendung lagi. Saat ini ia hanya ingin segera sampai di kosan. Begitu sampai diambang pintu, dia melihat sekelilingnya, lalu disaat semuanya aman, ia pun segera masuk.

"Kenapa berasa kaya di ikuti hantu?" Gumam Bathari setelah berhasil masuk kedalam kosan. Dia bergegas mengunci pintu dan menutup gorden jendela dengan rapat.

Sedang ditempat lain, Agil baru saja masuk keruang kerjanya yang ada dilantai bawah rumahnya. Dia baru mendapat pesan jika ada email yang masuk. Agil langsung membuka email tersebut.

"Jadi gadis itu yang menolongku." Gumam Agil setelah membaca semua informasi tentang siapa gadis yang menolongnya waktu itu.

Dia memang sudah meminta orangnya untuk mencari tahu siapa gadis yang menolongnya saat kecelakaan itu. Ia hanya ingin mengucapkan terima kasih pada gadis itu, sekaligus penasaran dengan siapa dia.

Agil pun kembali membuka email yang baru saja masuk. Seketika raut wajahnya berubah serius saat membacanya.

"Brengsek. Mereka mengincarnya." Ujar Agil yang baru saja membaca emil tersebut.

"Jadi kau sudah tau Son?" Didin melenggang masuk begitu saja keruang kerja anaknya.

"Sejak kapan Ayah disitu?" Ujar Agil tanpa menjawab pertanyaan Didin. Didin pun langsung duduk di sofa begitu masuk keruang kerja anaknya

"Sejak kau mengumpat tak jelas. Tapi Ayah harap gadis yang kau maksud adalah gadis yang sama dengan gadis yang akan Ayah beritahukan padamu." Ujar Didin.

Agil hanya memandang bingung dengan apa yang dibicarakan Didin.
"Maksud Ayah?" Ujar Agil bingung.

"Ternyata yang menolong mu selama ini adalah gadis yang sering berkeliaran di sekitarmu. Apa dia berniat menjadi tameng untuk mu?." Kekeh Didin, padahal tidak ada yang lucu dari apa yang dikatakannya.

"Ayah tahu tentang itu?" Tanya Agil begitu tahu apa yang dibicarakan ayahnya itu. Didin mengangguk.

"Jangan bilang Ayah mencari tahunya juga?" Agil memicing curiga pada Didin.

"Benar, eh lebih tepatnya tak sengaja mencari tahu dan ibarat sekali mendayung. Dua tiga pulau terlewati." Agil semakin pusing dengan arah pembicaraan Didin. Apa maksud dari tidak sengaja itu.

Didin yang melihat pun berdecak kesal. Ternyata anaknya bodoh juga, pikirnya.

"Ayah tadinya hanya ingin mencari tahu siapa gadis yang fotonya tersebar bersamamu waktu itu, dan ternyata suruhan Ayah justru memberikan informasi begitu detail terkait gadis itu. Sehingga ayah tahu ternyata dia gadis yang sama yang selalu menolong mu. Bahkan hingga kecelakaan terakhir kali yang hampir merenggut nyawamu, dia juga yang menolong." Terang Didin, dia akhir kata dia menaik turun kan alisnya.

Agil yang melihat kelakuan ayahnya itu mendengus kesal.

Saat Didin pertama kali mendapat informasi dari suruhannya, dia begitu terkejut. Ternyata gadis ini bukan hanya menolong putranya saat kecelakaan itu saja, tetapi jauh sebelum kecelakaan itu pun gadis itu juga menolong Agil dari terjangan mobil.

Sacrifice in Love ( SIL )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang