Part 30

36 5 0
                                    

Happy reading all....

"Muka kamu kenapa Thar?" Bathari pun menengok sekilas ke arah Jenar yang kini duduk disampingnya. menghela nafas pelan sebelum menjawab Jenar.

"Ngga kenapa-napa."

"Eleh kelihatan banget boongnya, dari pagi muka kamu itu asem terus tahu kaya asem jawa." Jenar menatap sahabatnya itu yang masih saja memasang wajah lesu. Bathari pun memutar bola matanya malas.

"Serah dah." Bathari mengembuskan nafasnya kasar lalu beranjak dari posisi duduknya, gadis itu melenggang pergi meninggalkan Jenar yang menatap heran sahabatnya.

"He mau kemana?" Teriak Jenar, dia pun langsung menyambar tasnya dan sedikit berlari mengejar Bathari yang sudah didepan sana.

"Lo mau kemana sih? Buru-buru amat, kek mau buang hajat?" Kekeh Jenar yang sudah mensejajarkan langkahnya.

"Mau ke cafe, kemana lagi."

"Iyss." Jenar berdecah malas. Sedangkan Bathari terus saja melangkahkan kakinya hingga sampai di halte. Dia melirik Jenar yang ternyata juga disampingnya.

"Ngapa!! Gue ngga boleh disini juga?" Sengit Jenar melihat tatapan heran  Bathari. Bathari mengerutkan keningnya.

"Kurang obat?" Bathari berucap dengan enteng. Jenar pun memutar bola matanya malas dan memilih diam. Ingin sekalih ia menggetok kepal sengklek Bathari. Mereka berdua pun langsung masuk kedalam trans begitu trans sampai di halte.

Tak butuh waktu lama Bathari dan Jenar pun sampai di tujuan dan mereka berdua langsung turun dari trans dengan beberapa penumpang yang lain.

"Bosen Gue kesini mulu." Ceplos Jenar telihat malas. Bathari pun melirik kearah gadis itu yang berjalan berirangan dengannya.

"Terus ngapain kesini kalau bosen." Bathari menengok kekanan dan kiri untuk memastikan jalanan dapat dia sebrang dengan aman, begitupun Jenar.

"Mau ketemu calon." Ujar Jenar enteng. Mereka berdua akhirnya menyebrang jalan, saat lalu lalang kendaraan sedikit lengah, keduanya pun sampai di sebrang jalan dengan selamat.

"Calon apa? Calon buat ditolak?" Jenar melirik Bathari malas.

"Calon buat Gue daftarin di rumah sakit." Jenar menjawab dengan judes
Sedangkan Bathari menarik sudut bibirnya begitu Jenar selesai mengatakannya.

"Jangan bilang kamu mau gebugin orang?" Bathari menatap sejenak sahabatnya.

"Bentar, ngomong-ngomong calon. Jangan bilang kamu calonnya Kak Radit?" Lanjut Bathari sambil menaik turunkan alisnya, siap menggoda sahabatnya. Jenar mendengus tak suka.

"Sorry, buat Lo aja Radit mah." Ujar Jenar, dia pun melangkahkan kakinya untuk duduk di kursi yang ada di pojok cafe. Sedangkan Bathari melangkah masuk keruangan karyawan untuk ganti pakaian.

"Gampang amat tuh orang ngomong buat Lu." Gerutu Bathari

Dia pun langsung mengerjakan pekerjaannya.

Abay melangkahkan kakinya keluar dari ruangan, matanya menangkap sosok gadis yang duduk sendirian dipojok cafe. Dia pun melangkahkan kakinya mendekat kearah gadis itu.

"Aw," Cicit Jenar yang kepalanya ditonyor dari belakang.

"Aishh," Jenar berdecak sebal saat melihat pelakunya. Abay mengangkat alisnya, dan duduk dihadapan gadis itu.

"Kamu ngapain disini?" Jenar memutar bola matanya malas.

"Bebas dong, tempat umum." Ujar Jenar, dia pun meminum cofe lattenya. Abay mengembuskan nafasnya, lalu mengusap kepala Jenar.

Sacrifice in Love ( SIL )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang