Part 59

44 4 0
                                    

Happy reading..




"Kak Afka." Bathari memperingati Afka agar tak mengatakan apapun kembali. Dia menatap Afka memohon, agar pria itu berhenti mengatakan sesuatu tentang bayi dalam gendongannya itu. Dia ingin Afka berhenti memberitahu Agil. Ia tak mau pria itu tahu.

"Biarkan dia memberi tahuku Bathari." Ujar Agil. Dia sungguh penasaran dengan sosok dalam gendongan Bathari saat ini. Apa benar yang dia lihat dan dengar tadi. Tapi kenapa dia tidak tahu sama sekali tentang sosok gembul itu. Kenapa sosok gembul yang dipanggil Afka baby boy itu menjadi misteri untuknya.

"Lo bahkan harus tahu semuanya! Lo harus menderita sama seperti Bathari yang menderita karena Lo!" Ujar Afka.

"Kak stop!!!" Bathari menjerit. Ia tak mau pria itu memberitahu semua tentang bayinya. Ia yakin hal itu tidak penting untuk pria itu.

"Aku bilang biarkan dia memberitahu ku Bathari!" Ujar Agil sedikit membentak Bathari. Afka tersenyum sinis, lalu duduk disofa yang sebelumnya ditempati Abay.

"Kemarilah baby girl, aku tidak mau kamu kecapean menggendong baby boy." Ujar Afka lembut. Namun Agil justru menyembunyikan Bathari dibelakang tubuhnya. Afka berdecak melihatnya.

"Lo mau dia kecapean gendong si gembul, ha? Lihat lah tubuhnya itu, bahkan dia sudah menangis karena kegilaan lo!" Ujar Afka.

"Lo juga gila!" Ujar Agil tak kalah tajam.

Abay yang mendengar itu memutar bola matanya. Sudut bibirnya sedikit tertarik membentuk senyum. Dia yakin kali ini keduanya akan kembali berbaikan dan dia akan mendapatkan kembali kedua sahabatnya.

"Aaa kalian sama-sama gila, jadi berhentilah menghujat satu sama lain." Abay menatap keduanya bergantian, lalu beralih ke arah Bathari yang ada dibalik tubuh Agil.

"Bathari duduk lah disana." Ujarnya pada Bathari, agar duduk dikursi kebesaran Afka yang kosong itu.

"Biarkan dia duduk agil!" Peringat Abay, saat pria gila itu masih mencekal lengan Bathari. Agil pun mendengus kesal. Lalu akhirnya membiarkan Bathari duduk.

"Dan kau pria gila satu nya lagi." Tunjuknya pada Afka yang juga memutar bola matanya malas.

"Cepat jelaskan apa yang terjadi, aku pun penasaran dengan bayi itu." Ujar Abay.

Afka berdecak. Dia menatap Bathari yang sudah duduk itu dengan lembut. Namun wanita itu memberi tanda agar Afka tidak memberitahu apapun tentang bayinya itu. Afka hanya memberikan isyarat agar wanita itu tenang.

"Bayi itu anakku." Ujarnya. Agil menggeram marah, jelas dia tau itu bukan yang sebenarnya. Abay pun juga pasti tahu tentang itu.

"Semua orang juga tahu itu anak siapa sialan!" Ujar Agil yang mencoba menahan amarahnya yang siap meledak.

"Lalu kenapa kalian tanya? Kau sendiri yang bilang tahu dia anak siapa. Dasar bodoh." Umpat Afka.

"Ka." Bathari menggeleng. Sungguh dia tak ingin Agil mengetahui tentang bayi gembulnya. Ia tak ingin pria itu tahu segalanya tentang bayinya. Cukup hatinya tersakiti karena pria itu tak pernah menganggapnya. Jangan sampai dia juga sakit karena pria itu tak menganggap anaknya. Jadi biarkan saja pria itu dengan ketidak tahuannya. Itu lebih baik.

"Biarkan aku memberitahunya. Sudah cukup selama ini dia hidup dengan ketidak tahuan yang dia buat, sudah cukup dia tak pernah menyadari kehadiran mu dan dirinya." Ujar Afka tegas.

"Aku nggak masalah dia tak menyadari kehadiranku Kak, jadi please." Bathari yang bangkit dari duduknya itu menggeleng pada Afka.

Afka tersenyum masam mendengarnya. "Kamu mungkin tak masalah. Tapi aku tidak Bathari."

Sacrifice in Love ( SIL )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang