Part 22

43 4 0
                                    

Happy reading all..
Maaf kalau banyak typonya guys hihi

Bathari menggliat dari tidurnya, gadis itu pun menyesuaikan indra penglihatannya dengan cahaya lampu. Kemudian mengganti posisinya menjadi duduk, pandangannya mengelilingi seluruh penjuru ruangan ini. Tetapi tidak ada orang selain dia disini.

"Kemana dia?" Ujarnya pada diri sendiri. Kakinya yang terbalut kaos kaki coklat melangkah mengitari ruangan yang sangat luas ini, bahkan kamar kosannya pun kalah luas dengan ruangan ini. Lalu melangkah kembali kearah meja kerja Agil yang cukup luas itu. Matanya menangkap bungkusan, dan ia pun kembali menangkap objek lain di samping bungkusan itu, tangannya mengambil secarik kertas yang ada disamping bungkusan yang berlapis plastik berlogo restoran mewah.

"Makanlah jika merasa lapar."

Itulah yang tertulis di secarik kertas yang Bathari ambil, tangannya beralih membuka plastik. Ada sebotol air putih dan sekotak pizza didalamnya. Ia pun akhirnya membawanya kesofa, duduk kembali disana dan mulai memakannya. Kebetulan perutnya sudah protes minta di isi, begitu pizza dalam kotak itu habis Bathari segera membuang kotak tersebut ditong sampah yang ada di ruangan Agil.

Matanya melirik jam tangan yang dia pakai, tepat pukul 15:00. Entah harus berapa lama lagi dia terkurung diruangan ini, bahkan dia juga tidak tahu kapan Agil akan kembali keruangan ini, atau mungkin dia takan kembali.

Memikirkan itu, Bathari buru-buru mendekati sofa. Ia mulai memakai sepatu cat's nya dan memakai tasnya. Baru saja tangannya akan memegang gagang pintu, seseorang dari luar membuka pintunya. Ia pun mundur beberapa langkah.

"Ternyata anda sudah bangun Nona." Bathari mengerutkan kening mendengar perempuan yang baru saja membuka pintu memanggilnya nona. Seakan mengerti kebingungan gadis didepannya, Linda pun mengulas senyum.

"Saya Linda, sekertaris Pak Agil, saya kemari untuk memberikan ini pada anda. Lebetulan anda sudah bangun, jadi silakan diterima." Linda menyodorkan bungkusan yang berlogo minimarket kearah Bathari. Sedangkan Bathari menerima dengan bingung.

"Pak Agil akan selesai rapat sekitar setengah jam lagi. Jadi jika anda berniat pergi, tolong tunggu Pak Agil kembali Nona." Begitu mengatakannya, Linda langsung undur diri dan menutup kembali pintu ruangan bosnya itu.

Bathari yang melihat itu pun langsung memegang knop pintu dan hendak membukanya, namun ternyata sudah tak bisa terbuka.

"Apa dia berniat membunuhku di ruangan ini?" Gumam Bathari, dia menghentakkan kakinya kesal. Lalu berjalan menuju sofa kembali dengan lesu.

Setelah menyelesaikan rapat, Agil keluar lebih dahulu dari yang lain. Langkahnya menuju lift yang akan membawanya ke ruangannya. Begitu bunyi ting disusul pintu lift terbuka. Agil langsung melangkah keluar dan berhenti sejenak dimeja sekertarisnya. Linda mengangguk sebagai isyarat, begitu melihat anggukan Linda. Ia langsung membuka pintu ruangannya dan menutupnya kembali.

Matanya menangkap sosok gadis yang sedang menatapnya dengan sengit, bukannya takut Agil justru melangkah dengan santai ke kursinya dan duduk disana.

Bathari yang merasa diabaikan setelah menunggu dan hampir diserang kembali dengan rasa bosan pun kesal karena nyatanya ia harus menunggu satu jam, yang katanya akan selesai setengah jam lagi.

"Kau benar-benar ingin membunuh ku diruangan ini?" Ujar Bathari.
Agil memutar bola matanya malas.

"Dan kau menjadikan ruangan ku seperti TPS dengan sampah yang berserakan dilantai." Ujarnya.

"Itu salah mu." Balas Bathari tak mau kalah. Agil pun memilih menyandarkan tubuhnya kesandaran kursi dan memejamkan matanya, hari ini begitu melelahkan untuknya.

Bathari yang melihat itu pun sejenak merasa bersalah. Ia pun turun dari sofa dan membereskan sebagian ruangan yang terkena ceceran sampah itu. Agil membuka matanya sejenak untuk melihat apa yang dilakukan Bathari, begitu melihatnya. Agil kembali memejamkan matanya.

Ruangan pun kembali rapi, Bathari melirik kembali Agil. Namun pria itu masih memejamkan matanya, gadis itu menghela nafas pelan. Saat kakinya akan melangkah ke arah Agil, dering ponsel membuatnya berbalik melangkah menuju sofa.

"Ya." Ujar Bathari pada orang diseberang sana yang tak lain Jenar.
Agil melirik sejenak Bathari, lalu memejamkan matanya kembali.

"Aku tidak ada di kosan, biar aku saja nanti yang kerumah mu." Ujar Bathari pada nisa disebrang sana.

"Janji? Awas Lo ngga kesini."

"Baiklah, aku janji,"

"Ya udah sekarang, buruan."

"Nanti Jenar...aku masih tidak tahu akan pulang kapan. Urusan ku belum selesai. Intinya nanti aku kesitu. Bye." Bathari mutuskan sambungan telponnya begitu saja. Jika menunggu Jenar, itu bisa satu jam baru selesai. Sedangkan Jenar disebrang sana mendengus kesal karena telponnya dimatikan begitu saja.

"Setengah jam lagi aku akan mengantar mu pulang." Agil langsung berkutat dengan dokumen kembali. Bathari yang mendengar pun menghela nafas.

"Tidak perlu, aku akan pulang sendiri." Bathari mengambil tas nya. Agil yang melihat pun mengehela nafas kemudian beranjak dari duduknya. Melihat itu Bathari mengerutkan keningnya.

"Aku akan mengantarmu." Ujar Agil yang berjalan mendahului gadis itu. Bathari hanya bisa menurut.

Mereka berdua pun berjalan bersama dengan Bathari lagi-lagi mengekor dibelakang Agil. Walaupun begitu, keduanya tetap menjadi pusat perhatian para kariyawan yang melihatnya. Bathari yang sadar tidak seperti saat datang pun hanya bisa menghela nafas dan berjalan semakin lambat, agar jaraknya dan Agil sedikit lebih jauh lagi.

Agil menghentikan langkahnya tepat saat mereka baru keluar dari lift. Bathari yang melihat pun ikut menghentikan langkahnya beberapa langkah dari Agil, bahkan beberapa kariyawan yang melihat pun menatap adegan itu dengan berbagai pandangan, ada yang merasa lucu, ada yang merasa aneh dan lainnya.

"Mendekat lah Bathari. " Perintah Agil, tanpa menengok kebelakang. Bathari mendongak mendengarnya, dari mana pria di depannya itu mengetahui namanya? Setahunya, ia belum memperkenalkan namanya meskipun pria itu sudah mengenalkan namanya sendiri.

"Bathari." Tegas Agil saat gadis itu hanya diam. Bathari pun akhirnya mendekat, namun masih berada dibelakang Agil.

"Di samping!" Agil kembali memerintah saat menyadari gadis itu masih dibelakangnya. Bathari pun melangkahkan kakinya dan memposisikan dirinya di samping Agil.

"Merepotkan." Gumam Agil, dia mengaitkan jari mereka dan melangkah, membuat Bathari sejenak tak percaya. Namun ikut melangkahkan kakinya hingga mereka berjalan beriringan keluar dari lobi.

Agil terus saja berjalan tanpa melihat gadis disampingnya. Hingga berada diluar, dan mobil pun sudah terparkir begitu mereka sampai diluar.

"Masuk." Bathari membuka pintu mobil dan duduk di kursi depan. Agil memutari badan mobil dan membuka pintu mobil sebelum masuk dan menjalankannya meninggalkan area Untoro Crop.

Didalam mobil pun seperti saat mereka berangkat ke Untoro Crop, hening. Keduanya tidak ada yang membuka suara sama sekali, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Jenar yang berada di rumah pun masih cemberut dengan kelakuan Bathari. Bisa-bisanya menutup telpon begitu saja, padahal dia masih ingin bicara. Tunggu saja nanti saat gadis itu sampai dirumahnya, dia akan membalasnya. Jenar kemudian turun dari kamarnya menuju dapur. Saat akan menuju dapur, dia melihat Bi Lastri, pembantu rumah tangga yang sudah lama bekerja dirumahnya.

"Bi kalau ada Bathari kemari suruh aja langsung ke kamar ya." Pintanya pada Lastri. Wanita itu pun mengangguk mengiyakan permintaan nona mudanya itu.

Jenar kembali melanjutkan langkahnya ke dapur, dia sudah sangat haus dan ingin membasahi tenggorokannya.


Bersambung....

Kira-kira gini kali suara hati Bathari kalau lagi di mobil sama Agil.

Please Tuhan. Ini beneran krik banget, kenapa ada cowok macam Agil? ~ Bathari

Sacrifice in Love ( SIL )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang