Part 21

39 5 0
                                    

Happ reading all...

Selama dalam perjalanan, mereka berdua sama-sama diam. Bathari yang fokus melihat jalan dari jendela, dan Agil yang fokus menyetir dengan pandangan ke depan tanpa menoleh kearah samping sedikitpun. Hingga mobil itu berhenti tepat disebuah bangunan yang menjulang tinggi dihadapan mereka.

"Turun." Perintah Agil dengan tegas tak terbantahkan. Bathari pun mau tak mau menurut dan turun dari mobil. Dia mengikuti langkah Agil tepat beberapa langkah dibelakang pria itu. Agil masuk kedalam bangunan berlantai 15 yang didepannya bertuliskan Untoro Crop. Pria itu masuk dengan langkah tegap dan wajah yang lurus ke depan, tak lupa wajah dinginnya. Beberapa karyawan yang berpapasan dengannya menunduk hormat.

Sedangkan Bathari yang belum menyadari sekitarnya hanya mengekor begitu saja. Sampai mereka berdua memasuki lift khusus para petinggi kantor.

Beberapa pasang mata yang melihat mereka berdua pun, mulai bertanya-tanya. Ada apa diantara bos dan gadis yang mengekor dibelakang bos mereka itu.

Untoro crop, merupakan perusahan terbesar yang berdiri ditengah kota yang padat. Memiliki 15 lantai yang masing-masing lantai ditempati perdevisi dan ketua devisi mereka masing masing. Dimulai dari lantai bawah sebagai lobi sampai lantai 15 sebagai tempat sang pemilik perusahaan sekaligus sekertaris pria itu, dan setiap lantai akan memiliki corak dan warnanya masing-masing.

Agil dan Bathari pun sampai dilantai teratas Untoro Crop.

"Duduk." Suara dingin itu membuat Bathari tersadar, dia mengedarkan pandangan, ada dimana sekarang?

Seakan mengetahui raut bingung Bathari, Agil mendengus. Sedari tadi gadis itu berjalan pikirannya kemana hingga baru menyadari dia ada dimana sekarang. Harusnya gadis itu saat masuk pun bisa menebak keberadaannya dimana. Apa lagi ditambah didepan gedung terdapat ukiran Untoro Crop berdiri dengan gagah.

"Kau ada di kantor ku." Jelas Agil singkat tanpa melepas nada dingin dari suaranya.

"Mengapa ba__maksud saya mengapa anda membawa saya kemari?" Ujarnya saat mendapat delikan tajam karena hampir saja mengatakan kata bapak.

Bathari sekarang duduk berhadapan dengan Agil yang duduk di kursi kebesarannya, dan hanya meja di antara mereka saja lah penghalangnya. Tanpa menjawab pertanyaan Bathari, dia mulai berkutat dengan pekerjaannya. Dia juga tidak tahu mengapa dia membawa gadis yang menolongnya kekantor, bukannya mengantar pulang, atau menyuruh orang, justru dia sendiri yang membawanya.

Bahkan ini adalah kali pertama untuknya membawa gadis ke perusahan setelah Dia tak ada lagi di kehidupan seorang Untora.

Bathari yang merasa diabaikan pun menekuk bibirnya kesal. Kenapa juga dia sebodoh itu hingga bisa berakhir disini.

Ternyata begini sikap pria yang diam-diam dia sukai, bahkan sudah pada tahap cinta. Pria dingin, tegas, dan tak terbantahkan, jangan lupakan tatapan yang tajam seakan ingin menguliti mangsanya. Bathari semakin kesal memikirkannya, tapi jangan lupakan juga, dibalik itu semua ada hal yang paling istimewa dari pria didepannya itu. Pelukan yang hangat dan nyaman, seakan siapa saja yang ada dalam pelukannya itu akan merasa dilindungi. Bahkan usapan dari tangan kekar itu pun terasa menenangkan.

Oh jangan lupakan yang satu ini juga, ternyata pria itu bisa lembut juga. Namun hanya saja Bathari menyayangkan kenapa suara lembut itu hanya bisa didengarnya sekali, mungkin itu hal yang istimewa dan paling langka yang pria itu miliki.

Bathari menggelengkan kepalanya. Apa-apaan otaknya itu. Kenapa memikirkan hal-hal seperti itu, disaat orangnya berada didepannya langsung.

Bathari pun kembali cemberut. Bahkan Agil yang melihat hanya bisa menggeleng melihat tingkah gadis didepannya itu.

Sacrifice in Love ( SIL )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang