3. Keluarga Meda

618 75 6
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 06.00. Namun Meda masih dalam perjalanan menuju rumahnya. Ia melirik gadis dibelakangnya lewat kaca spion, gadis itu itu tertidur pulas dengan posisi memeluk Meda dari belakang. Kepalanya menyeder pada punggung Meda yang masih berbalut seragam.

Meda menghela nafas beratnya. Inilah alasan mengapa ia tidak juga sampai rumahnya. Jarak rumah yang harusnya hanya memakan waktu 30 menit, justru menjadi 1 jam, karena ia mengendari motornya dengan kecepatan lambat. Hal ini disebabkan oleh Hilda yang malah tertidur pulas, sehingga akan sangat berbahaya jika menggunakan kecepatan tinggi.

Meda mematikan mesin motor dipekarangan rumahnya. Ia kembali menatap Hilda lewat kaca spion. Bibirnya tertarik menyunggingkan senyum, senyum yang jarang sekali ia perlihatkan.

Hilda menggeliat terbangun, membuat Meda kembali ke wajah datarnya.

"Huwaa, udah sampe ya?" ucap Hilda lalu turun dari motor Meda, sambil menguap.

"Eh, ini bukan rumah gue Meda!" protes Hilda ketika telah kembali kesadarannya.

"Iya." jawab Meda singkat.

"Iya?. Astaga!!, gak ada jawaban lain selain iya apa?, setidaknya lu jelasin kek!"

"Gue gak tau rumah lu!" jawab Meda dingin. Hilda menatap Meda takjub. 5 kata, setidaknya ini kata terpanjang yang pernah Hilda dengar dari mulut Meda.

"Ya kenapa lu gak tanya?" jawab Hilda tak mau kalah.

"Lu tidur!"

"Ya bangunin lah!" Hilda masih tidak mau kalah.

"Kasian."

Blus

Pipi Hilda memerah seketika. Apa dia tidak salah dengar. Meda kasian padanya.

"Ikut gue!" ucap Meda segera memasuki teras rumahnya. Membuat Hilda yang tersadar langsung mengikutinya.

Hilda langsung disungguhkan nuansa apik, ketika Meda membuka pintu rumahnya.

"Assalamualaikum" salam Meda sembari memasuki rumahnya

"Walaikumsalam" seorang wanita paruh baya menjawab salam Meda dengan senyumnya. Meda mencium punggung tangan wanita berjilbab itu dengan lembut.

Hilda tersenyum manis ketika perempuan itu menatapnya.

"Eh, siapa itu, ayo masuk gak usah malu-malu!"

Hilda tersenyum lalu menurut.

"Temennya Meda ya?" tanya perempuan itu dengan senyumnya.

"Iya tante!" jawab Hilda sopan.

"Jangan panggil tante panggil aja bunda. Biar enak didengernya."

"Bun, titip ya, Meda mau keatas!" ucap Meda lalu menaiki tangga meninggalkan Hilda dan Bundanya.

Hilda menatap punggung Meda yang mulai hilang dari pandangan.

"Nama kamu siapa sayang?" tanya Bunda Meda membuat Hilda tersadar dari lamunannya.

"Hilda tante, eh maksudnya Bunda!"

Bunda Meda tersenyum manis.

"Bunda, maaf ya Hilda ngerepotin tapi boleh gak Hilda numpang mandi disini, soalnya Hilda lagi halangan" ucap Hilda sedikit tidak enak.

Bunda Meda langsung mengerti yang dimaksud Hilda, karena melihat jaket milik meda yang terikat dipinggang Hilda.

"Ternyata anak itu bisa perhatian juga ya" Bunda Meda terkekeh.

"Eh"

"Ya udah, nanti Bunda siapin semuanya, nanti kamu pake baju bunda dulu, kebetulan kemarin bunda beli baju anak remaja zaman sekarang."

HILDA & MEDA{✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang