12. Bullying

480 52 2
                                    

Waktu telah menunjukkan pukul 16.00, Hilda baru saja selesai latihan Volley membuatnya sangat lelah.

Ia segera meninggalkan lapangan untuk segera pulang kerumahnya. Baru beberapa langkah ia berjalan, orang yang sangat ia kenal menghadangnya. Mereka adalah Izka dan teman-temannya.

"Ikut gue!!" Izka menarik tangan Hilda kasar.

Izka membawa Hilda ke kamar mandi sekolah. Ia mendorong tubuh Hilda kasar, membuat Hilda tersungkur ke lantai dengan keras.

"Maksud lo apa?" tanya Hilda tak terima.

"Ini balesan karena lo dengan berani nampar gue."

'PLAK'

Hilda merasakan panas dipipi kanannya.

"Lo tuh munafik!!. Karena lo,  persahabatan gue dan temen-temen gue ancur!!. Lo tau buat gue dan Meda keluarga alumni sekolah dasar gue itu berarti. Kita udah kaya keluarga. Tapi karena lo dateng semuanya ancur!."

"Lo yang munafik!!, lo bawa-bawa nama sahabat. Padahal lo suka kan sama Meda!." ucap Hilda tak kalah sengit.

"Lo!!" Izka menujuk wajah Hilda dengan sengit.

2 teman Izka mengguyur Hilda dengan air pel, membuat Hilda dibuat terkejut seketika.

Mereka tertawa melihat Hilda yang basah kuyup.

"CARA LO TUH BANCI TAU GAK!!" Hilda
menatap Izka tajam.

"Ouh ya?" tanya Izka meremehkan

"Lo tau sekarang Meda berubah. Dia  sekarang perhatian ma lo. Dia lupa sama gue yang temennya sejak kecil. Gue bener-bener gak nyangka ya Meda bisa jatuh cinta sama cewek kayak Lo!!"

"Lo tuh munafik tau gak iz!, Lo bawa-bawa nama sahabat padahal lo suka kan sama Meda!!!"

"Kalau lo suka sama Meda bilang, gak gini caranya!!!"

"IYA GUE SUKA SAMA MEDA PUAS LO!!"

Hilda tersenyum miring.
"Puas gue bener-bener puas!"

"IZKA!" sebuah suara membuat keempatnya mendongak.

"Meda!" ujar Izka terkejut.

Meda menatap wajah Izka tajam.

"Meda, gue lakuin ini semua karena dia yang udah rusak persahabatan kita. Lo harusnya jauhin dia!." Izka mencoba mengelak.

"Lo tuh berubah semenjak ada dia!. Persahabatan kita rusak karena Hilda. Lo harusnya sadar!!"

Meda menatap izka dengan tatapan dinginnya.

"Bukan Hilda. Tapi ego lo sendiri!" ucap Meda dengan ketus.

"Cara lo itu bahkan pantes untuk diketawain anak-anak!!!. Bahkan sikap lo gak lebih dari sampah!" ucap Meda menatap Izka tajam.

Mata Izka berkaca-kaca. Ia memilih pergi begitu saja meninggalkan Meda dan Hilda. Hilda masih diam. Benarkah Meda tadi membelanya?.

"Lo gak papa?" tanya Meda menatap Hilda erat.

Meda mengulurkan tangannya, namun Hilda sama sekali tak menggubrisnya.

"Gue gak butuh bantuan lo!!" ucap Hilda dengan ketusnya. Ia memilih pergi meninggalkan Meda yang masih terdiam terpaku.

***

Hilda memasuki kamar mandi guna mengganti bajunya yang basah. Lima menit berlalu akhirnya ia sudah berganti baju dengan seragam ganti yang ia bawa.

Ia melangkah meninggalkan toilet sekolah untuk segera pulang kerumahnya.
Langkah Hilda mendadak terhenti ketika sampai didepan kamar mandi. Ia melihat Meda yang bersender didinding sambil bersedekap dada.

Hilda mengerutkan keningnya. Mungkinkah Meda menunggunya?.

Meda menatap manik mata Hilda dengan santai. Matanya beralih menatap telapak tangan Hilda yang terluka.

"Ikut gue!" ucap Meda menarik pergelangan tangan Hilda.

"Meda lo apaan sih?. Lepasin!" Hilda mencoba memberontak namun tidak digubris oleh Meda.

Langkah mereka terhenti ketika sudah berada di UKS sekolah.

"Duduk!" perintah Meda membuat Hilda lebih baik menurut.

"Siniin tangan lo" ucapan Meda membuat Hilda lagi-lagi menurut.

Meda mulai membersihkan luka Hilda dengan telaten.

Satu menit berlalu terjadi keheningan diantara mereka. Pergerakan Meda membuat Hilda tersadar.

"Udah selesai. Minum dulu!" Meda menyondorkan sebuah air mineral yang ia ambil dalam tasnya.

"Makasih, gue gak haus!" ucap Hilda beranjak pergi.

"Lo marah?" tanya Meda membuat langkah Hilda terhenti.

"Gak."

"Gue ada salah sama lo?" tanya Meda lagi.

"Gak." jawab Hilda singkat.

"Kenapa lo menjauh?" ucapan Meda membuat jantung Hilda berdetak kencang.

Hilda membalikan badannya, menatap Meda lekat.
"Mohandra Meda Syinqoni, gue Hilda Anda Risma hari ini mengaku kalah sama lo. Gue nyerah Da, lu bebas sekarang!" ucap Hilda lalu pergi meninggalkan Meda yang masih berdiri mematung.

"Masih ingatkah kata-kataku?. Jika aku kalah aku akan menyerah. Maka hari ini kutepati janji ku, mundur dan melepaskan semua perjuangan yang telah kubangan untukmu."

🏐🏐🏐


choko_publisher

















HILDA & MEDA{✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang