10. Rencana Busuk.

455 53 8
                                    

Seorang gadis tampak serius membicarakan sesuatu, dengan pria disampingnya.

"Lakuin rencananya, lu urus Hilda. Dan gue dapetin Meda seutuhnya." ucap Izka dengan senyum miringnya.

"Kasih gue waktu."

"Well. Gue tau lu masih takut deketin Hilda. Tapi sesuai isi perjanjian kita."

"Lu bantuin gue deketin Hilda, dan lu bebas deketin Meda." terus cowok itu mengangguk.

Izka tersenyum miring.
"Inget ya disini kita saling menguntungkan. So, kalau terjadi sesuatu kita berdua yang tanggung."

"Deal!" ucap cowok berkacamata itu dengan senyumnya.

***

Istirahat kali ini Hilda memilih syomay sebagai menu makan siangnya. Ia tengah
asik memakan makanannya sembari memainkan ponsel.

Senyum manis terukir dibibirnya ketika muncul sebuah ide.


Meda lihat deh, gambarnya
baguskan. Gue kemarin yang
bikin waktu dipantai. ✔️✔️

Y.

Sebuah balasan singkat membuat Hilda mendengus kesal. 

PRANG!!

Putri, Clara, Riska, dan Dila pun terkejut melihat Hilda yang membanting sendoknya kedalam mangkok. Suara yang begitu nyaring pun mengundang perhatian seluruh penjuru kantin.

"Hil, lu gila ya?" tanya Putri dengan geram.

"Huwaa put, masa gue kirim foto yang tulisan waktu dipantai cuma dibales Y doang ma Meda." ucap Hilda lirih.

Mereka berempat menatap Hilda iba.

Riska menepuk pundak Hilda yang ada disampingnya.
"Hil. Sampe kapan lu mau berjuang kayak gini terus?, lu gak capek?" Riska mencoba menenangkan.

"Coba lu lihat kekiri lu!" lanjut Riska membuat Hilda menurut.

Hilda terdiam membeku. Matanya masih mengamati dua orang yang tengah mengobrol ria disana. Hilda tersenyum miris, dadanya sesak. Mereka adalah Meda dan Izka, tampak Meda yang tersenyum saat Izka bercerita didepannya.

"Bahkan lu aja gak pernah kayak gitu ma gue da!" batin Hilda tersenyum kecut.

"Lu lihat kan. Mereka berdua semakin akrab sekarang. Gue bukannya matahin semangat lu Hil. Cuma gue kasian sama semua perjuangan yang udah lu lakuin selama ini."

Setetes air mata jatuh dipipi Hilda.
"Gue mau sendiri, kalian gak usah nyusul gue!" ucap Hilda lalu pergi begitu begitu saja dari kantin.

Disebrang sana Meda mendadak gusar ketika melihat Hilda yang keluar kantin dengan keadaan menangis.

"Dia kenapa?"

***

Hilda memilih duduk di taman sekolah, air matanya tak kunjung berhenti, namun ia berkali-kali juga mengusapnya dengan kasar.

"Hiks...hiks...gue capek kaya gini terus."

"Mau coklat?" cowok berkacamata itu memberikan sebuah coklat pada Hilda.

HILDA & MEDA{✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang