19. Kembali Dekat

433 54 6
                                    

Satu semester kemudian...

Hari demi hari telah berlalu, beranjak, dan bergulir begitu cepat. Setelah putus dari Gibran, Hilda kembali seperti biasa, menjalani kehidupannya dengan senyuman. Tanpa mengejar cinta, tanpa dikejar cinta, dan tanpa lagi merelakan cinta.

Mengejar cinta sekarang tak lagi menjadi prioritasnya. Dan menjalin cinta adalah hal yang saat ini tak Hilda hiraukan.

Hilda, Clara, Putri, Riska, dan Dila sedang berada di kantin sekolah mereka.

Setelah akhirnya satu semester berhasil mereka lewati, canda dan tawa tak luput melumuri kebersamaan mereka hari ini.

Hilda tersenyum melihat tingkah teman-temannya yang saling meledek satu sama lain. Tak lupa juga membicarakan kejadian tak terlupakan yang terjadi di semester ini.

"Gimana liburan semester kalian?" tanya Dila dengan tatapan antusias.

"Ya gitu aja, biasa kayak sebelumnya." ucap Clara membuat semua hanya tersenyum.

"Kalau lo put?" tanya Riska penasaran.

"Gak ada paling rebahan."

"Iya sih, 2 minggu libur, satu setengah minggunya cuma rebahan. Sisanya paling cuma sok sibuk doang." ucap Riska membuat semuanya geleng kepala.

"Ngomong-ngomong ini kenapa gak pesen makanan sih?" tanya Hilda yang tertuju pada Clara.

"Kenapa jadi ke gue tanyanya?" ujar Clara karena merasa diperhatikan.

"Sekarang jatah lo pesen." ucap Dila membuat Clara terdiam namun sedetik kemudian ia mengangguk.

"Hari ini gak ada jajan. Kita harus hemat" ucap Clara seperti orangtua menasehati anaknya.

Meraka hanya bisa dibuat melongo seketika.

"Kita kan laper Clar!" ucap Hilda dengan muka
cemberut.

Clara hanya tersenyum lalu mengeluarkan sebuah kotak bekal yang berisikan roti tawar dilapisi selai bermacam-macam rasa.

"Hari ini kita makan ini aja." ujar Clara dengan senyumnya.

"Sejak kapan lo jadi penghemat gini sih Clar?" tanya Dila sembari menepuk dahinya.

Clara hanya mengedikkan bahunya.

"Kita main Truth or Dare aja yuk!" ucap Riska membuat semuanya mengembuskan napas beratnya.

Ini adalah permainan yang tidak Hilda sukai dan sukai juga. Kenapa?, Hilda suka permainan ini karena ia bisa menanyakan sesuatu atau memberi tantangan pada teman yang lain. Tapi tidak sukanya ketika ia mendapatkan pertanyaan dan ia harus menjawab jujur. Memilih antar Truth or Dare itu adalah hal yang sulit bagi Hilda.

"Kenapa muka kalian tegang gitu sih?. Kalian gak berani?" tanya Riska dengan senyum yang mengembang.

"Dih siapa juga yang takut, ayok!"

Semuanya mengangguk terkecuali Hilda.

"Hil Lo ikut kan?" tanya Putri membuat Hilda hanya mengangguk pasrah.

"Oke gue ikut." ujar Hilda terpaksa.

Botol air mineral berputar ditengah-tengah meja membuat mereka penasaran dimana botol itu akan berhenti. Botol terus berputar sampai akhirnya terhenti.

Hilda mengembuskan nafas pasrah ketika Dewi Fortuna sedang tidak berpihak padanya.

"Truth or dare hil?" tanya Riska antusias.

"Truth aja." jawab Hilda lantang.

"Jawab jujur ya, alasan sebenarnya lo mutisin Gibran itu kenapa?"

HILDA & MEDA{✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang