18. Putus

434 55 9
                                    

3 hari kemudian...

Hilda tengah duduk diujung tangga masjid sambil memakai sepatunya. Istirahat kedua digunakan para siswa untuk sholat Dzuhur berjamaah.

Hilda beranjak dari duduknya setelah selesai memakai sepatunya.

"Hilda" sebuah suara membuat Hilda menoleh.

"Izka" Hilda sedikit terkejut ketika melihat Izkanya yang tersenyum menatapnya. Sudah sejak Gibran menjadi pacarnya, ia jarang melihat gadis ini, sekali bertemupun tak saling menyapa.

"Ada apa?" tanya Hilda penasaran.

"Gue mau minta maaf Hil!" ucap Izka sembari tersenyum.

"Untuk apa?"

"Untuk semuanya, untuk kelakuan gue sama lo selama ini, gue minta maaf Hil. Harusnya gue emang sadar diri kalau Meda itu gak suka sama gue."

"Meda itu sukanya sama lo Hil, cuma dia gak peka aja sama perasanya." Hilda langsung dibuat terkejut dengan pernyataan Izka.

"Udah lah Iz, gue udah maafin lo. Yang penting sekarang semuanya udah baik-baik aja. Dan untuk soal Meda, gue udah gak papa. Meda sama gue itu cuma temen, soal kemarin cuma masa lalu. Lagian menurut gue lo itu gak salah suka sama Meda, hanya aja cara lo yang salah." ucap Hilda membuat Izka mengangguk dengan senyumnya.

"Makasih ya Hil."

"Sama-sama."

"Meda itu suka sama lo Hil!" ujar Izka yakin.

"Udah lah Iz, gue gak ada urusan lagi sama dia. Udah cukup gue sakit hati karena dia, gue benci sama cowok kayak dia Iz, gue benci sama dia" ujar Hilda dengan emosi yang meluap.

Entah kenapa hatinya seperti tak terima ketika ia bilang benci dengan Meda.

"Gue gak tau perasaan lo yang sesungguhnya Hil, dan gue juga gak mau ikut campur. Gue cuma bisa doain yang terbaik."

"Iya makasih."

"Gue pergi dulu." ucap Izka yang diangguki Hilda.

Hilda beranjak dari tempatnya, namun lagi-lagi langkahnya terhenti ketika seorang cowok melewatinya dari arah Masjid.

Mata mereka saling beradu dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

Hilda benar-benar terkejut melihat cowok didepannya. Dia adalah Meda, dan mengapa ia selalu ada dimana-mana.

"Makasih udah benci sama gue!" ucap Meda dengan wajah dingin dan datarnya.

Hilda benar-benar dibuat beku seketika. Sedetik kemudian Meda memutuskan kontak matanya, memilih pergi dari hadapan Hilda.

"Bodoh!"  ucap Hilda mengumpat dalam hati.

🏐🏐

Hilda berjalan menyusuri koridor untuk menuju kelasnya. Ia masih saja memikirkan kejadian didepan masjid tadi. Kenapa ia merasa bersalah ketika bilang benci pada Meda?, harusnya Hilda senang, karena dengan begitu Meda akan membencinya.

"Tunggu!" ucap salah seorang gadis yang bersama teman-temannya.

"Ada apa kak?" tanya Hilda ketika melihat kakak kelasnya.

Hilda tau mereka adalah temannya Nikma, tapi apapun yang terjadi Hilda akan terima semuanya.

"Lo tau kita ini temen-temennya Nikma, dan gue gak mau terus-terusan lihat Nikma menderita diatas kebahagiaan lo!!"

HILDA & MEDA{✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang