15. Sadar dia milik orang lain

469 50 6
                                    

Meda tengah menikmati jam istirahatnya di kantin bersama Bayu. Ia meraih botol air mineral lalu meneguknya, guna menghilangkan rasa dahaga.

"Gibran kemana?" tanya Meda sembari meletakkan botol air mineral dimeja.

"Sama Hilda kalik" jawab Bayu sembari menyantap makanannya.

Meda hanya mengangguk tanda mengerti.

"Tuh mereka." ujar Bayu sembari menunjuk dua orang yang  masuki kantin.

Meda hanya menatap Gibran dan Hilda acuh, ia memilih melanjutkan melahap makanannya.

"Udah pada makan aja nih." ujar Gibran sembari duduk didepan Meda dan Bayu, diikuti Hilda disampingnya.

"Lo sih pacaran mulu!" jawab Bayu sembari melahap makanannya.

"Sorry gue bukan anak bucin, hanya memastikan tuan putri makan dengan kenyang."

"Sama aja!"

"Halah bilang aja lo iri gak punya pacar. Menyedihkan sekali yekan." Bayu hanya menatap Gibran datar.

Sedangkan Hilda dan Gibran sudah tertawa melihat wajah Bayu yang kesal.

"Sabar ya Bay!" ucap Hilda disela tawanya.

Meda melirik dua orang didepannya. Matanya jatuh pada Hilda yang sedang tertawa. Wajahnya terlihat cantik ketika tertawa, membuat debaran jantung Meda berdetak lebih kencang.

Meda tersadar langsung mengumpat dalam hati. Ada apa dengan dirinya?.

Meda kembali keaktivitasnya, memilih tak mempedulikan keadaan sekitar.

"Hil!" sebuah suara membuat semuanya mendongak.

Disana terlihat Putri yang menghampiri tempat mereka.

"Yah mejanya dah penuh. Ya udah gue ma Clara aja!" Putri tersenyum lalu beranjak.

"Tunggu put!" suara dingin membuat Putri menghentikan langkahnya.

Mereka semua menatap Meda yang baru saja mengeluarkan suara.

"Lo duduk sini, biar gue yang pergi!" ucap Meda dengan nada dingin.

Semua menatap Meda heran.

"Gak usah da, gue bisa sama Clara kok, disana masih kosong. Lo lanjutin makan aja!" jawab Putri sedikit tak enak.

"Gue udah selesai." ucap Meda sembari beranjak dari duduknya.

"Gue masih banyak urusan. Gue duluan!"

Entahlah, Meda tak tau apa yang ia rasakan saat ini. Tapi jujur hatinya sakit ketika melihat Hilda dan Gibran, Meda muak, ia hanya ingin pergi saat ini.

Meda beranjak pergi. Matanya melihat Hilda yang juga menatapnya, debaran itu kembali terasa. Sedetik kemudian ia memutuskan kontak matanya, memilih pergi meninggalkan kantin sekolah.

Hilda menatap punggung Meda yang mulai menghilang dibalik pintu. Ternyata Meda memang sama sekali tak peduli walau ia berpacaran dengan Gibran sekalipun. Mungkin ini saatnya Hilda benar-benar memantapkan hatinya untuk berlabuh kepada Gibran.

Hilda tersenyum miris.

🏐🏐

Bel pulang sekolah telah berbunyi, membuat seluruh murid segera menuju rumah masing-masing.

Meda menyusuri koridor menuju parkiran sekolah.
Namun, matanya menatap jengah kearah gadis yang menghampirinya.

"Meda, gue pulang sama lo ya!" ucap Izka menatap Meda dengan senyum.

HILDA & MEDA{✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang