9. Fam Trip (2)

470 59 11
                                    

Tak terasa tujuh hari telah berlalu. Tiba saatnya hari H untuk melaksanakan kegiatan Fam Trip bagi kelas 10.

Pagi ini Hilda sedikit tidak bersemangat, karena ia tidak se bis dengan Meda. Tapi apa boleh buat peraturan tetaplah peraturan.

Hilda memilih menyapu pandangannya kearah jendela bus. Sedetik kemudian lengkungan senyum tercetak jelas diwajahnya. Disana terlihat Meda yang juga memandang kearah jendela bus, sebuah kebetulan mereka sama-sama duduk didekat jendela.

Hilda melambaikan tangannya kearah Meda. Sedangkan Meda hanya menatap Hilda sekilas lalu memilih membuang pandangannya.

"Kenapa lu cemberut?" tanya Putri yang duduk disamping Hilda. Ia heran melihat perubahan raut wajah Hilda yang mendadak suram.

Hilda hanya membalasnya dengan dengusan. Putri mengerti ketika melihat arah mata Hilda yang sedang memandang cowok dingin di seberang sana.

"Hah, Meda lagi Meda lagi. Lo gak capek ya, terus-terusan gak dihargai. Kisah lu tuh udah kayak novel yang difilmin itu deh. Yang katanya bulan Maret ditayangin di bioskop. Apa tuh judulnya?."

"Tau." jawab Hilda kesal.

"Ya udah, gue duduk dibelakang lu ya, soalnya gue gak mau sebangku ma anak bucin." ucap Putri dengan candanya.

"Dasar temen laknat lu put!" ucap Hilda membuat Putri terkekeh.

Hilda memilih kembali menatap keluar jendela, setelah temannya itu pergi.

"Ehemm, Hil lu mau gak?" sebuah suara membuat Hilda mendongak.

"Apa?" tanya Hilda dengan tatapan tajamnya.

"Makanan ringan. Nih." Clara menyondorkan snack kepada Hilda.

"Gak usah gue kenyang."

"Ya udah." ucap Clara acuh.

Hilda menatap Clara dengan tatapan tajam.
"Lu kalau nanti akhirnya cuma pindah, mending gak usah duduk disini!" ucap Hilda sewot.

"Ya elah, pagi-pagi dah sensi, gue tuh niatnya baik, nemenin lu yang duduk sendirian. Gue tuh orangnya setia kok gak bakal pindah-pindah." ucap Clara dengan senyumnya.

"Hmm." jawab Hilda dengan malas.

30 menit bus berjalan, membuat Hilda mulai bosan.

"Clar!" panggil Hilda pada teman disampingnya.

"Apa?" jawab Clara lembut

"Kalau menurut lu, gue bisa gak dapetin Meda?" tanya Hilda antusias.

"Bisa Hil. Pasti bisa!" jawab Clara yakin.

"Kenapa lu selalu optimis banget sih?" tanya Hilda heran.

"Karena kata pak Jokowi kita tuh harus optimis!"

Oke, Hilda sedikit geram dengan temannya yang satu ini.

"Iya deh, serah lu."

"Clar lu tau kan gue pernah cerita sama lu kalau Meda itu suka bus." Hilda tersenyum kecut

"Pasti sekarang dia seneng, karena bisa naik kendaraan kesukaannya." ujar Hilda dengan senyum kecutnya.

Clara menepuk pundak Hilda lembut. Membuat Hilda menatap Clara lekat.

"Gue yakin, seyakin-yakinnya perjuangan lu gak akan sia-sia. Lu pasti dapetin Meda seutuhnya." Clara tersenyum manis menatap Hilda. Membuat yang ditatap juga mengembangkan senyumnya.

***

Hilda memilih berjalan-jalan mengelilingi Pantai Mangrove dengan Clara, Fadila, dan Riska. Jangan tanya Putri kemana, entahlah terkadang ia memang suka menghilang.

HILDA & MEDA{✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang