Fee memutuskan resign dari tempat kerjanya dan menguras habis semua isi tabungannya untuk pergi travelling ke Benua Eropa.
Ini bukan perjalan biasa, ini adalah pelarian. Pelarian dari konyolnya hidup yang dijalanani Fee selama ini.
Fee berkenalan...
Kami menghabiskan waktu yang lama saat berada di puncak Schilthorn sampai akhirnya tempat ini mulai di penuhi rombongan turis berwajah Asia Timur dan kami memutuskan untuk turun.
Kami naik cable car untuk kembali ke Lauterbrunnen. Lalu, melanjutkan perjalanan dengan mobil menuju Grindelwald.
Rencananya kami akan naik ke Jungfraujoch dengan menggunakan kereta.
Bukan. Tujuan kami bukan Puncak Jungfrau dengan ketinggian 4158 meters yang kami pandangi dari Schilthorn tadi.
Jungfraujoch itu semacam Musium salju, tempat pengamatan, tempat rekreasi salju yang berada di celah pengudungan antara Jungfrau dan Monch di ketinggian 3823 Meter.
Ya, benar, lebih tinggi dari Schilthorn. Bisa kubayangkan akan sedingin apa di sana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kami menempuh perjalanan di jalur kereta tertinggi di Eropa dalam waktu sejam lebih sedikit dengan satu kali transit di Kleine Scheidegg.
Oh, ya. Asal kalian tahu, sebelumnya aku tidak berencana untuk mampir ke Jungfrauroch, karena apa? Karena harga tiket kereta menuju Jungfraujoch ini nggak main-main. Benar-benar nggak masuk akal dengan budget Backpacker.
204 CFH. Kalau di rupiahkan menjadi 3 juta lebih sekian-sekian-sekian!!
Dompet bulukku menangis mendengarnya.
Tapi, yah! Lagi-lagi The Power of Duit Gavin yang akhirnya membawaku kedalam kereta mahal ini.
Apa yang kami lakukan di Jungfraujoch? Pertama, tentu saja makan siang lewat dari jam seharusnya. Aku melihat banyak foodcourt berjejer selepas turun dari kereta. Baguslah, jadi aku tidak perlu susah payah kesana kemari mencari makan di tempat sedingin ini, jujur saja sepertinya aku mengalami Altitude sickness* ringan. Tapi, aku tidk mengatakannya pada Gavin, aku takut dia jadi cemas dan memutuskan untuk turun sebelum memulai petualangan di Jungfraujoch.
Kedua, kami naik lift setinggi 117 meter menuju Sphinx Observatory. Di sini pengunjung bisa melihat pemandangan sekitar yang penuh dengan salju abadi. Putih dan menyilaukan terterpa sinar matahari.
Ketiga, kami berkunjung ke Ice Palace, Musium Es, semacam musim lilin gitu, tapi patung-patung dan pahatan di sini terbuat dari bongkahan es.
Keempat, kami mengunjungi The Alpine sensation sebuah terowongan sepanjang 250 meter yang menghubungkan Sphinx Observatory dengan Ice Palace. Pada sisi kanan dan kiri terowongan di hiasi patung dan gambar tentang sejarah pembangunan railway Jungfraujoch.
Kelima, menghabiskan sore di Grosser Aletsch Glacier yang terbentang sejauh 22 kilometer dan merupakan gletser terbesar di pegunungan Alpen.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.