Temu Kangen

7.7K 99 5
                                    

matahari tak begitu terik, banyak gumpalan-gumpalan awan yang membuat matahari sedikit malu-malu menampakkan diri, namun aku menyukainya. hanya saja aku terus berdoa dalam hati, semoga hari ini tidak turun hujan. 

hari ini rencananya aku akan mendaki gunung di kotaku sendiri, sebagai pengalaman pertama, sekaligus ajang temu kangen. karna sudah hampir setahun lamanya kita tidak bertemu. sibuk dengan rutinitas kampus yang tidak ada habisnya.

Dengan semangat, aku mengeslah motor tua ku. di dalam hari sudah tidak sabar ingin bertemu dengan kawan lama.

Pelan namun pasti, ahirnya sampai juga aku di kedai kopi langganan. ahhh nostalgia jaman Sma fikirku. di kedai sudah ada kawanku yaiutu, Banyu, Dadang, dan juga Maya.

mereka tengah sibuk dengan kartu yang masing-masing sudah ada di genggaman tangan. 

"Kene To" (sini To) kata banyu menyentuh lantai di sampingnya.

tanpa berlama-lama akupun segera merapatkan dudukku, sembari menunggu dua kawanku yang belum datang. 

berkali-kali Dadang mengeplak kepala Banyu menggunakan botol aqua, konsekoensi jika kalah bermain kartu, sedangkan jika Maya kalah konsekuensinya hanya makan cabe. ahh dasar cewek maunya enak sendiri. namun begitu, tak mengurangi sedikitpun tawa yang di timbulkan. ahhh jika mereka baca ini lagi, aku ingin mengatakan itu adalah salah satu momen yang paling hangat. 

"Kopi To" kata Dadang menunjuk salah satu kopi sashet favoritku.

"Apal kamu Dang?" kataku dengan senyum menggoda. 

"ihhh gilo hus hus" (ihhh jijik hus hus) kata Dadang menepis tanganku yang sempat menyenggol dagunya.

aku memang paling senang menggoda Dadang, selain dia kawan yang paling dekat denganku, dia juga yang paling gampang di goda, berbeda dengan Banyu, yang cenderung kaku dan behhhh mata keranjang parah. kalau monyet di pakain baju cewek pasti Banyu juga suka. kasaranya.

"Hoey minggir Tuan putri mau lewat" kata Cecep seperti jongos yang mempersilahkan Tuanya untuk lewat. 

sungguh diantara kawan-kawanku, cecep lah yang paling ajaib. rambut kribo, badan ceking dan baju yang selalu sobe di setiap sisinya membuatnya terlihat nyentrik khas anak gunug, yang gak pernah naik gunung. seperti anak rocker tapi pecinta dangdut. seperti anak pang tapi tak pernah ada di jalan. akupun heran kenapa cewek secantik Rina mau denganya. memang Tuhan maha baik fikirku. 

dan yang pasti tiap kata yang keluar dari mulutnya selalu membuat bulu kuduk merinding saking gelinya! 

"Astaga treh tenan jare simbok, lak bocah kadong bucin, njijik i ne natural" (astaga memang bener kata ibuk, kalau anak sudah bucin, bikin geli nya natural) kata Dadang bergidik

hahaha aku pun ngakak di susul tawa yang lain.

"Ngono awakmu mbi konco dewe" (gitu km sama teman sendiri) kata Cecep cemberut. 

di balas ekspresi mau muntah dari Maya, aku yang melihatnya pun semakin sulit menahan tawaku, yang lain pun sama. ku Lihat Dadang tertawa hingga mataya berair.

 "Udah buru, udah mendung ini, jangan sampe di jalan malah keujanan" kata Maya mengingatkan. 

"Belum juga ngopi May" kata Cecep kesal. 

 "Kok ngenyang" (kok nawar)  jawab Maya

PETAK UMPET (Sudah tersedia versi E book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang