KOP KOPAN GUNUNG ARJUNA

2.9K 54 0
                                    

Namun berbeda dengan Banyu, dia terlihat tampak tidak senang. karna merasa apa yang dia lihat memang benar-benar nyata. namun sekali lagi aku tak mau menanggapi dan memilih untuk meneruskan perjalanan.

saat perjalanan, gerimis mulai datang lagi. akupuun mengintruksikan kawan-kawanku untuk segera mengenakan mantel. untungnya dari jauh-jauh hari Dadang mengingatkan untuk membawa mantel. apapun cuacanya. 

setelah berjalan cukup lama, ahirnya kami sampai di Kop kopan. ini adalah pos dua nya Gunung Arjuna. karna lelah dan membawa dua perempuan, kita pun beristirahat sebentar. 

ku lihat di sana ada beberapa pendaki. mereka tengah sibuk bercerita, ada yang menyesap rokok juga meneguk kopi. namun, lagi-lagi tak ada yang saling bertukar puisi.

"Mas" sapa Dadang ramah

akupun sudah siap dengan senyum pepsoden ku. menampilkan deret gigi yang lupa ku gosok tadi pagi, heheh.

namun saat di sapa tak ada satu orang pun yang menjawab. menoleh pun tidak. entah terlalu sibuk dengan obrolan, atau memang suara Dadang yang tidak kedengaran. yang pasti mereka seperti tak melihat kita. 

karna tak mau memperpanjang. kita pun sedikit menjauh dan sesegera mungkin melakukan apa yang perlu di lakukan. aku sendiri sudah mengeluarkan rokok, sedang Rina dan Maya dengan sigab memasak air. 

"Dang, gedang seng ko Pakde semo ndi?" (Dang, pisang dari Pakde Semo mana?) tanyaku mengingat sebelum kami berangkat, Pakde Semo membekali kami dengan satu sisir pisang. 

"ini" kata Dadang mengeluarkan satu sisir pisang.

aku membagi mbagikan pisang itu. per orang ku beri dua biji. sembari makan satu pisang, aku sibuk mengamati Banyu yang sedari tadi ngelamun sembari senyum-senyum. entah apa yang sedang dia bayangkan. 

"Plakkk" ku keplak kepalanya yang membuat Banyu menatapku tajam.

"Nko lak nglamun ae di gondol wadon seng kok delok mau kapok awakmu" (nanti kalau kamu ngelamun terus di bawa perempuan yang kamu lihat tadi kapok kamu) kataku gemas

"Bah, wong wadon e ayu" (biarin, orang ceweknya cantik) kata Banyu.

"Heh lambemu! ati ati awakmu lak omong" (heh, mulutmu! hati-hati kalau bicara) kata Dadang memandang Banyu tak suka.

namun bukanya meminta maaf, atau meralat kata-katanya. Banyu malah membuang muka acuh. 


setelah puas beristirahat, kami pun melanjutkan perjalanan. saat kita hendak melanjutkan perjalanan, Dadang kembali menyapa para pendaki tadi. 

"Mas duluan ya?" dengan intonasi yang lebih keras.

namun entah dendam apa pendaki itu dengan rombonganku, pendaki itu masih enggan menjawab. namun ada satu pendaki yang menatap ke arah kami.

dia tersenyum, namun tak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya. tatapanya pun kosong. asli.

bayangin aja kaya tatapan orang ngelamun, tapi tatapanya mengarah ke arah mu sembari tersenyum. sungguh. aku lebih memlih mereka mengabaikanku dan kawanku seperti tadi di banding, menatap dengan cara yang menyeramkan seperti itu.

namun walau Dadang t sedikit terkejut, dia mengintruksikan untuk tetap berjalan. walaupun sedikit samar, aku merasakan Dadang sendiri sedikit kawatir. bagaimana tidak? daftar pendaki saja hanya kami. siapa yang kami ajak bicara tadi, entah dari mana datangnya. 

PETAK UMPET (Sudah tersedia versi E book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang