Aku menatap Maya tak berkedip, ada perasaan tak percaya saat mendengar semua rangkaian kejadian dari Dadang. Banyu pun setelah mendengar pernyataan dari Dadang, dia langsung mengurung diri di kamar. tak kuat menahan rasa bersalah di dalam dadanya saat Dadang menjelaskan jika yang membuat dia selamat tak lain karna Maya menukar Banyu dengan Yanto.
Semua bermula saat hujan angin datang di puncak gunung, membuat pencarian harus di berhentikan saat itu juga karna cuaca yang tidak memungkinkan. dari situ Dadang dan Maya datang dengan raut wajah dingin antara satu sama lain, disusul Banyu dan Pakde Semo. sedang timsar berteduh di rumah warga yang lain.
Setelah mengabari keluarga Banyu untuk menjemput, kami berkumpul bersama dalam satu ruangan. aku tak henti-hentinya memeluk Banyu dengan tatapan haru, ada sgumpal syukur karna dia berhasil di temukan. namun yang lain membeku terlebih Dadang.
sejak kedatanganya dia tak berbicara pada Banyu, dia tidak bereaksi apapun. tadinya aku mengira kalau Dadang terpukul karna saat Banyu ditemukan, Yanto masih dalam pencarian ditambah cuaca yang kian buruk semakin membuatnya kawatir. namun saat aku mendengar dari mulut Dadang tentang akar perkaranya, aku tercengang. Banyu pun sama.
"Kamu tau gak sih May? Yanto tu sampai pertaruhin nyawanya buat nyelametin aku! dan dia jatoh itu karna kamu? May.." kata-kata tidak dilanjutkan, Banyu memilih masuk ke kamar dan keluar dari perbincangan. menyisakan Maya yang sibuk dengan tangisnya.
Aku menahan kepedihan yang teramat sangat saat Dadang menjelaskan satu persatu, dari sosok yang dia lihat di jurang, tentang Yanto yang jatuh dari penjelasan Banyu, tentang gambaran buram dari bapak penjaga warung yang mengatakan Yanto sekarat, tentang sajen, dan tentang kekawatiran Dadang mengenai cuaca yang sedemikian buruknya.
"Bagaimana kalau Yanto gak bisa bertahan? di cuaca yang seperti ini, tanpa tenda? tanpa makanan? tanpa selimut? hik gimana Cep" kata Dadang terisak.
terlihat jelas raut wajah lelah di wajahnya, dan melihatnya seperti ini membuatku juga tak bisa menahan kesedihanku. berkali-kali aku mengusap punggungnya, sembari mengatakan berulang-ulang kalau Yanto anak yang kuat.
"Yanto iku beneh banget karo aku. ibuk bapak e wes koyok bapak ibukku. terus lak Yanto sampek nyapo-nyapo, pye lak ku omong nde ibuk bapak e?" (Yanto itu baik banget sama aku. ibuk bapaknya sudah kaya bapak ibuk ku. trus kalau Yanto sampai kenapa-kenapa, gimana caraku ngomong sama Bapak dan ibunya?)
"Yanto mesti iso bertahan Dang. Yanto bocah e kuat" (Yantp pasti bisa bertahan Dang. Yanto anak yang kuat) kataku lagi.
Lalu aku menanyakan tentang usulan maya tentang sajen itu.
"Kenapa cuman Dadang? bukan cuman Dadang kan May yang harusnya yang bertanggung jawab sama kesalahanmu? dan wajar kan May kalau kami kawatir saat Dadang dimasukkan kesana sendirian?" tanyaku mengintimidasi
Maya mengurut kepalanya, sepertinya sebelum melakukan ini semua dia tidak memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu, hingga apa yang dia putuskan malah menjadi kian rumit untuk dirinya sendiri.
"Lalu maunya gimana?" tanya Maya ahirnya.
"Kenapa gak kita semua? kita ndakinya bareng! pulangnya bareng" kataku memantabkan diri.
"Akan susah gak sih?" Tanya Maya.
"Aku setuju, jika difikir-fikir kita semua ambil bagian dari hilangnya Yanto. dan cuman ini cara kamu buat memperbaiki semuanya May" kata Rina.
"Aku juga setuju" kata Banyu yang tiba-tiba sudah ada di depan pintu kamar.
"Aku setuju" kata Dadang.
Semua memandang ke pada Maya, seakan menunggu jawaban yang akan keluar dari mulutnya.
"Aku ikut" kata Maya ahirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETAK UMPET (Sudah tersedia versi E book)
Horror(sebagian chapter di hapus untuk keperluan penerbitan) aku tengah bersembunyi, namun aku takut saat mereka tak bisa menemukan aku. Demi apapun juga, jangan pernah bermain "PETAK UMPET" versi Ebook bisa di beli di : https://play.google.com/store/book...