Aku menyeringkuk di bawah batu masih teringat jelas di ingatanku atas kejadian semalam, kejadian yang membuatku berlari kencang lalu menyembunyikan badan di balik batu besar. disitulah aku dan Yanto tidur.
namun rasa lapar dalam perutku membuatku terbangun dari tidur panjang. aku yakin hari sudah siang merasakan panas matahari yang begitu menyengat kulit.
"To... to" panggilku.
Yanto mengerjab-ngerjbkan matanya, sebelum ahirnya menarik nafas panjang. mungkin sedikit merutuki keadaan hari ini, mengetahui yang terjadi pada kami bukanlah mimpi buruk, namun realita yang harus di hadapi.
"To aku Lue" (To aku lapar) kataku yang sudah tidak kuat dengan gejolak yang berada di perutku.
Yanto menatapku kesal, dan sekali lagi aku harus menerimanya. karna memang semua bermula dari kesalahan yang aku buat. di tambah semalam seperti mimpi buruk untukku. Tak pernah ada di fikiranku aku di kejar begitu banyaknya mahluk, tak pernah terfikir perjalanan yang tadinya menyenangkan berubah menjadi mala petaka. masih untung Yanto tak menukarku malam itu. memikirkan untuk tinggal di hutan ini bersama mahluk itu sangat-sangat menyiksa warasku.
Yanto mendudukkan badanya, lalu mengamati sekitar. lalu dia bangun setelah beberapa saat terdiam.
"Ayo Yu, aku ngrungokne suarane kali. sopo ngerti nde cedek kono enek panganan" (ayo Yu, aku denger suara sungai. siapa tau deket situ ada makanan) kata Yanto menarik tanganku.
aku mengikutinya, dan benar saja ketemu sungainya. aku mengamati sekitar terlihat tebing-tebing diatas kita. aku mengerutkan keningku. tunggu.. tunggu.. kalau itu tebing berarti. ini dasar jurang???
"To.. tooo kamu gak ngrasa kalau kita di dasar jurang? itu harusnya kita di situ To" kataku menunjuk ke atas tebing.
"Asuuuuuuuuu" Teriak Yanto seperti baru saja menyadari.
"Too kalem To, eleng siji seng gak oleh ilang ko adewe. Waras" (Too tenang To, ingat satu yang gak boleh hilang dari kita. akal sehat) kataku meyakinkan.
sebenarnya aku tak hanya meyakinkan Yanto, namun juga tengah meyakinkan diri sendiri. apapun yang terjadi pasti ada jalan keluarnya. dan semua yang terjadi pasti akan ada titik terang. yang penting kami sudah menemukan sungai, karna itulah yang akan membawa kami pulang. setidaknya itulah yang aku percaya saat ini.
setelah sedikit menenangkan diri Yanto kembali berjalan menembus hilir sungai. Aku meneguk sedikit air untuk melepas dahaga, terahir aku minum dan makan saat kami tengah mampir di warung. itupun kami tak tau apa yang sudah kita makan dan kita minum.
"Ucen ucen Yu" teriak Yanto menemui buah mungil berwarna merah.
Aku tak tau itu buah apa, mungkin semacam berry hutan. Sebenarnya sedikit takut juga saat hendak memakanya, takut jika buah itu ternyata beracun. namun melihat Yanto yang memakanya seperti orang kesetanan aku pun memberanikan diri untuk memakanya.
"Rasanya manis sedikit masam, dan berair" kata Yanto seperti tengah bergumam lalu terisak
"Opo o To?" (ada apa To?) tanyaku heran yang melihatnya tiba-tiba menangis
"Ndisek aku mangan iki pas ngewangi bapakku mbajak sawah. lak aku gaenek seng ngewangi sopo? wonge wes sepuh" (dulu aku makan ini pas mbantu Bapakku mbajak sawah. kalau aku gak ada nanti yang mbantu dia siapa? beliau udah Tua) kata Yanto terisak.
aku yang mendengarnya pun tak kalah sedihnya. membuatku mengingat keluargaku di rumah. walau keluargaku tidak seharmonis keluarga yang lain. hal sederhana seperti teh panas ibu di malam hari ketika beliau melihatku belum tidur. ternyata bisa semengangenkan ini.
Aku mengusap punggung Yanto seiring tangis yang mulai mereda. Dasar sok kuat setelah menangis beberapa lama dia bangun seakan tak pernah terjadi apa-apa.
"Ayo kita susur sungai" katanya berjalan mendahuluiku. namun kembali menghampiriku saat dia lupa menggandeng tanganku. sungguh hal itu membuatku merasa seperti pacarnya tapi bukan.
hari sudah semakin sore namun masih sangat terang. saat aku sampai pada pohon bambu yang menutupi sungai, membuat seakan terlihat seperti trowongan.
"Yuuu!!! ndodok" (Yu jongkok) kata Yanto pelan namun penuh penekanan sembari menunjuk ke arah sungai.
"Blorong!!!" kataku menutup mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETAK UMPET (Sudah tersedia versi E book)
Horror(sebagian chapter di hapus untuk keperluan penerbitan) aku tengah bersembunyi, namun aku takut saat mereka tak bisa menemukan aku. Demi apapun juga, jangan pernah bermain "PETAK UMPET" versi Ebook bisa di beli di : https://play.google.com/store/book...