WADON

2.1K 61 6
                                    

"Dang bangun bangun!" kata Pakde menepuk-nepuk pipiku. 

Dengan sigab aku membuka mata walau setelah nya kepalaku sedikit kliyengan. rasanya baru saja tidur dua jam tapi sudah harus bangun. namun aku sangat senang karna ku lihat banyak orang yang mulai berkumpul. syukurlah semoga dengan banyaknya orang yang datang akan semakin memudahkan kami untuk menemukan Banyu dan Yanto. 

Setelah nyawaku cukup terkumpul, aku kembali menemui Pakde untuk menanyakan perihal pembicaraanku dengan Maya semalam.

"Emhh Pakde" kataku sedikit tak enak.

Entah untuk mengatakan maksud maya semalam sangat susah ku ucapkan, selain tak masuk akal di fikiranku aku juga takut apa yang aku bicarakan akan terdengar seperti bualan. 

"Opo o Dang?" (kenapa Dang?) 

"Pakde ndek nane enek seng omong lak kancaku di delekne konok an. trus Pakde omong lak seng ngundang molo iku Maya. lak seng ngundang iku bature Maya, opo gak iso Batur e maya nulung adewe" (pakde kemarin ada yang bilang kalau temanku di sembunyiin mahluk halus. trus pakde juga bilang kalau yang ngundang bahaya itu Maya. kalau yang ngundang itu penjaga nya Maya, apa gak bisa penjaganya Maya ngebantu kita?)

ahirnya aku berhasil mengatakan unek-unek ku, sebelum tadinya aku diam untuk beberapa saat, mencoba menimbang-nimbang tentang apa yang aku katakan. Ku lihat Pakde Semo mengerutkan keningnya mungkin beliau sedang mencoba mengerti semua hal yang baru saja aku katakan. 

"Ngene lho Dang, Pakde ancen iso ndelok konok an, tapi gak kabeh. lak nek Maya treh gampang di delok soale dee ngetutne Maya. lak soal kancamu di gowo konok an Pakde gak paham. gek siji, seng iso nyeluk batur iku mung seng ndue. tapi koyok e kancamu dewe gak ngerti lak dee ndue batur" (gini lho Dang, pakde memang bisa lihat hal semacam itu, tapi tidak semua. kalau punya Maya itu mudah di lihat soalnya dia mengikuti Maya. namun soal teman kamu yang dibawa mahluk halus Pakde juga ga paham. dan satu lagi, yang bisa memanggil penjaga itu cuman yang punya) 

"Dadi pakde gaiso ngewangi?" (jadi pakde gak bisa ngebantu) tanyaku yang masih berharap penuh.

Namun sepertinya aku harus menelan kekecewaan atas ekspetasiku, saat Pakde menggelengkan kepalanya sembari menepuk bahuku, sebelum ahirnya pergi menemui orang-orang yang akan membantu pencarian hari ini.

Dari jauh aku melihat tatapan Maya. yaa dia sama kecewanya denganku terlihat dari kerut di keningnya serta garis lengkung di bibir nya. sepertinya dia sudah memperhatikan percakapanku dan Pakde sedari tadi.

"Maaf may" saat aku sudah berada di depanya

"Gak berhasil ya?" 

aku mengangguk, meng iyakan.

"jare Pakde mung awakmu seng iso nyelok" (kata Pakde hanya kamu yang bisa manggil) kataku 

Maya terdiam, namun kembali membuntutiku untuk mencari Banyu dan Yanto. kali ini pencarian yang di lakukan semakin jauh masuk ke dalam pelosok hutan, medan yang kami lalui pun semakin sulit. dari jalan yang berlumpur hingga menyusuri jurang kami lakukan. 

namun saat menyusuru jurang aku mendengar suara, suara seorang perempuan. suaraku membuat mataku terus mencari sosok itu di semak-semak. dan sungguh aku melihat perempuan sangat cantik tengah tersenyum ke arahku.

perawakanya tinggi dengan kebaya berwarna hijau serta rambut yang di gerai. aku mengamati wajahnya yang cantik. membuatku menghentikan langkahku untuk beberapa saat. sampai saat Maya menepuk pundakku.

"Dang!!!!" teriak Maya menarik bajuku sekuat tenaga.

"Asu! awakmu mikir opo? awakmu meh nyemplung jurang!!" (anjing! kamu mikir apa sih? kamu hampir masuk jurang!) kata Maya frustasi.

"A..Aku.. aku nyawang wadong seng di delok Banyu" (a..aku.. aku lihat cewek yang di lihat Banyu)


PETAK UMPET (Sudah tersedia versi E book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang