PEREMPUAN DI SEMAK SEMAK

3.1K 54 0
                                    

Aku menyunggingkan senyum, masih mencoba berfikir positif, ya siapa tau saja itu adalah penduduk desa. karna jujur saja suasana sangat gelap, dan itu membuat sosok perempuan itu tidak terlalu jelas.

namun walau sudah ku coba untuk menyunggingkan senyum, perempuan itu masih saja menunjuk ke arah Maya, saat ku ikuti arah tangan itu, aku mendapati Maya tengah menunduk, menyembunyikan wajahnya di balik kaki yang dirapatkan.

akupun mengernyitkan dahiku bingung. 

"May" panggilku kencang

membuat pandangan semua orang beralih ke arahku. dan setelahnya beralih menatap Maya.

anehnya sudah di panggil kencang pun Maya masih saja diam. hal itu membuat Rina harus mengguncang tubuh Maya beberapa kali.

"May, Maya! May, May, May" kata Rina

"Ehh iya?" kata Maya lemah.

"awakmu gakpopo a may?" (kamu gakpapa may?) tanyaku

"cuman masuk angin" kata Maya

"lak onok opo-opo mbok omong ta May, cek e penak lak nangani. ngge kabeh barang, lak kroso opo-opo ndang di omongne. ojok meneng-meneng geblak. sopo seng te gotong"(kalau ada apa-apa harus bilang ya may, biar enak kalau mau nanganin. jangan tiba-tiba langsung pingsan, siapa yang mau gendong?) kataku mencoba mencairkan suasana

"Awakmu to mas Yanto seng gendong dek Maya" (kamu dong mas yanto yg gendong dek maya) kata Dadang menggoda 

"Aku sayange mbi samean, Mas Dadang" (aku sayangnya sama km mas dadang) kataku mengedipkan mata.

sontak semua tertawa, walau Dadang sendiri sedari tadi memegangi lenganya karna tak tahan menahan geli karna melihat tingkahku.

namun Maya tidak.

setelah badan mulai hangat, Dadang pun mencoba bertanya pada bapak pemilik warung.

"Pak maaf, ini saya sama anak-anak mau muncak di arjuno, apa bisa ya kalau berangkat sekarang?" Tanyaku memastikan. 

Melihat hujan juga sudah tidak sederas tadi. Bapak itu mencoba menimbang-nimbang, sampai ahirnya beliau melarang. 

 "Gak iso, wes kebengen lak yahene. Mending muleh ae, trus mbalek sesok" (gak bisa, sudah malam kalau jam segini. mending pulang terus balik lagi besok)  kata Bapak itu.

aku yang Dilarang pun meminta ijin untuk menggelar tenda di dekat pos dengan tak enak hati. karna tenda sendiri sudah terpasang, padahal ijin juga belum di kantongi. 

Tapi syukurlah Bapak itu memperbolehkan walau dengan tatapan yang tidak mengenakkan. dan di pos inilah aku dan kawanku menghabiskan malam.

pagi datang, dengan masih menyisakan embun di ranting-ranting pohon, dengan sigab aku membongkar tenda sedangkan yang lain sibuk mengemasi barang masing-masing.

setelahnya aku dan kawanku memesan makanan di warung yang semalam ku datangi. sejenak kami bersantai, menyesap rokok, meneguk kopi tanpa sempat membuat puisi. 

setelah semua di rasa siap, kami pun mengisi daftar dan membayar simansi. dan fikiranku kembali tak enak saat melihat dari semalam tak ada satu orang pun yang naik. pagi inipun sama. melihat daftar pendaki yang hanya berisikan namaku dan nama kawan-kawanku.

namun tak terlalu ku fikirkan, aku memilih untuk melanjutkan perjalanan dengan membuang jauh-jauh fkiran negatif.

perkiraan sekitar jam delapan pagi kita berangkat. di jalan tak ada kejadian apapun, sampai ku rasa Banyu menyenggol lenganku sembari menunjuk ke arah semak-semak. aku pun mengikuti arah telunjuk Banyu, namun aku tak melihat apapun juga.

"Cewek To,  cewek.. duh gusti ayune" (cewek To.. cewek.. ya Tuhan cantiknya) kata Banyu.

aku yang lebih teliti melihat ke arah yang di tunjuk banyu pun ahirnya paham.

"Duh gusti, semok Yu, body goals. Tipe mu jan jos" (ya tuhan seksi Yu, body goals. Tipe km emang sip) kataku yg melihat ke arah monyet yg tengah bertengger di arah kayu. 

"Plak" jitatan dari Banyu mendarat tepat ke kepalaku. 

 "Asu celeng" umpatku 

 "Uduk monyet e tp iku lho To" kata Banyu masih menunjuk ke arah semak-semak

Namun aku tak melihat apapun di semak-semak tak ada perempuan yg dimaksud banyu.Namun karna ak berfikir Banyu tengah mengerjaiku akupun menanggapi. 

Dengan melambai-lambaikan tangan ke arah semak-semak bak orang gila yang tengah Melambai kepada angin.

Dadang pun terkekeh geli, mungkin dia berfikir kalau Banyu sudah berhasil mengerjaiku.





PETAK UMPET (Sudah tersedia versi E book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang