"May.. bilang sama aku kalau ini semua tidak seperti yang ada di fikiranku. bilang sama aku kalau kamu tidak menukar Banyu dengan Yanto!"
Aku menatap Maya tak percaya, memang siang tadi aku mengajaknya menemui seseorang. seseorang yang aku fikir bisa membantu kita untuk memanggil batur. seseorang yang kita temui di pos satu, seorang bapak penunggu warung. namun aku tak paham dengan apa yang ada di kepala Maya saat semua ini terjadi.
berawal dari menyiapkan lilin juga dupa untuk memanggil baturnya, Maya seperti tengah bingung dengan tingkahnya yang terus menggigit kuku. tadinya aku berfikir kalau hal itu dia lakukan untuk mengusir rasa sedihnya karna kehilangan dua kawan kami. namun sekarang serasa menjadi jelas kalau semua prilakunya bukan tanpa alasan.
setelah semua nya disediakan kami memulai pemanggilan di pimpin oleh bapak warung. namun dari sini ada yang ganjal. Maya tidak mau mengatakan keras-keras di depan kami. Dia lebih suka mengatakan di dalam hati. dan setelah dia memanggil dan deal, ternyata batur bisa membawa mereka pulang. dia minta ijin untuk ke belakang dengan membawa satu lilin.
awalnya aku tanya ke bapak warung, apa lampu toiletnya mati? namun belum juga mendengar jawaban dari bapak warung Maya sudah lebih dulu masuk ke dalam. namun satu yang aku tangkap dia tidak mahir akting.
karna aku penasaran aku mengikutinya. namun aku hanya mendapatkan dua kalimat. "ijol nyowo, dan upah sajen" (tukar nyawa, dan upah sajen).
dan disinilah sekarang. dia menatapku terkejut saat dia tau kalau aku mendengar percakapanya.
"Jawab pertanyaanku May?" kataku pelan namun keras.
Maya tak menjawabku, dia mulai terisak seakan kalut dan tak tau dengan apa yang dia katakan.
"Maaf Dang, aku sayang mbi Banyu"
Brakkkkkk
tanpa sadar aku menonjok pintu kamar mandi, membuat Maya terduduk sembari memegang telinganya.
"Yanto yo koncone adewe May!! iso isone!! iso isone awakmu koyok ngene. Yanto mek ngetutne Banyu! dee wayae gak ilang! awakmu wayae gak setego iki May!!" (Yanto itu teman kita May!! bisa bisanya!! bisa bisanya kamu seperti ini. Yanto hanya ngikutin Banyu! dia harusnya gak hilang! kamu harusnya ga setega itu May!!)
Baru kali ini rasanya aku marah yang teramat sangat. marah sampai hilang semua empati yang ada di diriku. bahkan aku tak melihat Maya sebagai perempuan. aku hanya melihatnya sebaga seseorang yang tega memberikan temanya ke mahluk mengerikan itu.
"Harusnya kita bisa ambil jalan tengah May. bukanya mengorbankan salah satu diantara kita" kataku meninggalkan Maya yang terungkup. mungkin kaget atas sikapku, atau merasa bersalah dengan pilihan yang dia buat. aku harap dia merasakan opsi yang ke dua. merasa bersalah dengan keputusan yang dia buat.
aku mengambil Tas ku ingin kembali ke lembah kidang, namun suara dari Bapak warung menghentikanku.
"Ohh Banyu sudah di temukan? iya iya nanti saya sampaikan ke pusat agar orang tuanya segera menjemput"
Cihhh, bahkan aku sangat kesal saat Banyu di temukan. betapa aku kangen kamu To, harusnya kamu juga ikut pulang. entah apa sekarang yang kamu hadapi seorang diri di hutan sana sendirian gak ada kawan. sungguh aku tau kamu kuat, semoga kamu bisa bertahan dan pulang dengan utuh. aku janji bakal nemuin kamu apapun caranya.
aku memutar tubuhku menemui bapak warung.
"Pak apa bisa kita melakukan ini sekali lagi?" tanyaku dengan tatapan Nanar.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETAK UMPET (Sudah tersedia versi E book)
Horror(sebagian chapter di hapus untuk keperluan penerbitan) aku tengah bersembunyi, namun aku takut saat mereka tak bisa menemukan aku. Demi apapun juga, jangan pernah bermain "PETAK UMPET" versi Ebook bisa di beli di : https://play.google.com/store/book...