PERTEMUAN

1.6K 85 8
                                    

"Iku awakmu Dang?" (itu kamu Dang?) getar suara terdengar jelas dari suaranya.

"Iki aku To.. kancamu! Dadang!" (ini aku To.. temanmu! Dadang!) 

Ku lihat Yanto mengusap wajahnya kasar, lalu turun dari pohon dengan cepat. secepat aku merengkuh badanya saat sudah berada di hadapanku.

"Hik To, kancaku" (To, temanku) isak ku pecah, bebarengan dengan satu persatu yang lain memeluk Yanto.

Entah dimana letak salahnya, semua rasa kesalku hilang. tak ada penyesalan, setelah semua hal yang menimpa kami. datang kesini adalah keputusan terbaik yang pernah kuambil. biarlah dengan kejadian ini semakin lebur rasa bersalah yang kami bawa. menghapus kesalahan dari masing-masing kami dan memberikan ruang untuk memperbaiki semuanya. 

"Tak kiro awakmu kabeh gak bakal rene" (ku kira kalian semua gak akan kesini) kata Yanto di sela isaknya.

"Konco bakal enek ge konco" (teman akan ada untuk seorang teman) Kata Cecep mengeratkan pelukan.

"Salahku To.. awakmu gak kiro maafne aku" (salahku To.. kamu gak mungkin maafin aku) kata Maya mundur dari pelukan.

kami pun menghentikan pelukan yang tadinya terasa hangat. mengamati Ekspresi Yanto yang mematung menatap Maya kosong. kami semua tau benar jika kesalahan Maya lah yang paling fatal. bukan kepada kami, tapi lebih personal, antara Maya dan Yanto. namun perkiraanku salah. Yanto mendekat ke arah Maya lalu memeluknya hangat.

"Gak enek uong seng bakal apik-apik ae pas ngroso wedi. awakmu mek keweden May, paling caramu ancen salah. tapi awakmu rene ae iku wes ndudohne lak awakmu pengen mbenakne keadaan. wes seadoh iki gak mungkin aku iso nesu gen awakmu. awakmu mbukak dalan. suwun" (gak ada orang yang akan baik-baik saja saat dihadapkan dengan rasa takut. kamu hanya ketakutan May, mungkin caramu salah. tapi kamu kesini aja udah nunjukin kalau kamu pengen memperbaiki keadaan. sudah sejauh ini aku gak akan marah ke kamu. kamu mbukak jalan. makasih) kata Yanto sembari terus menepuk-nepuk bahu Maya. 

Aku yang mendengar perkataan Yanto tersenyum. pantaslah ibuk bapaknya sangat merasa kehilangan. anaknya sangat baik hatinya. bisa saja dia meludahi Maya saat ini juga karna sempat menukarnya. namun nyatanya tidak. aku menepuk punggung Yanto, bangga menjadi temanya.

"To" panggil Banyu.

"Awakmu wayae gak nde kene Yu" (kamu seharusnya gak disini Yu) jawab Yanto ganti merengkuh badan Banyu.

"Aku gak iso mek ndek omah trus mbayangne opo ae seng kon temoni ndek kene. aku gak bakal iso ngapurani awakku dewe lak awakmu sampek nyapo-nyapo" (aku gak bisa cuman nde rumah trus ngebayangin apa yang akan kamu temui disini. aku gak akan bisa maafin diriky kalau sampek kamu kenapa-kenapa) 

"Nyatane aku gak nyapo-nyapo" (nyatanya aku gak kenapa-kenapa) jawab Yanto dengan mata yang menerawang.

Aku yakin selain membuat dirinya sendiri lega, Yanto juga ingin melepaskan rasa kesalnya hanya untuk melegakan Banyu. karna amarah tak akan berguna pada situasi seperti ini. lebih cepat semuanya diperbaiki, akan lebih baik untuk langkah selanjutnya. 

"Rene, aku kangen awakmu kabeh" (sini aku kangen kalian semua) kata Yanto membuka tanganya. 

"Cok" umpatku melihat tingkah nya yang tengah menyunggingkan senyum dengan sederet gigi yang entah berapa hari tak di gosok itu.

Tanpa ditunggu lama kami pun merengkuh badan kurusnya yang kian kurus. mengeplak kepalanya gemas dan mengumpatinya. sesaat keadaan sangat hangat sampai saat Cecep melihat jam tanganya.

"Rek adewe gak ndue wektu akeh" (rek, kita gak punya waktu banyak)

"Ayo" kataku berjalan terlebih dulu dengan membawa headlamp. berjalan cepat menembus pekatnya malam


PETAK UMPET (Sudah tersedia versi E book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang