Aku maju menerobos rumput-rumput liar sudah hampir pagi namun belum ku jumpai dua kawanku yang sedari tadi hilang. suaraku sudah serak dengan mata bengkak karna terlalu lama menangis. baru kali ini aku menangis di depan umun. baru kali ini juga aku merasa bertanggung jawab atas hilangnya dua sahabatku, jujur saja perasaan ini sangat membebaniku.
aku melihat Maya yang mengekor di belakangku. padahal sudah sedari tadi dia ku suruh stay saja di pos satu bersama Cecep dan Rina, namun Maya enggan. dia tetap ingin ikut sembari bilang. "Beban mu biar separuhnya ada di aku Dang, kalau kamu sendiri yang bawa beban itu pasti keberatan. ini permintaan seorang teman tolong jangan di tolak" jujur mengingatnya saja masih membuatku terharu.
jadi di sinilah aku bersama Pakde semo, beberapa tim sar dan Maya. kami berfokus mencari Banyu dan Yanto di tempat terahir mereka ku lihat. namun walau sudah sedari tadi aku bolak balik, sayangnya tidak membuahkan hasil sama sekali.
"Pak di lanjutkan besok siang saja. biar kita ada waktu beberapa jam untuk istirahat" kata Pak Ilham selaku ketua tim sar yang tengah membantu kita.
"Yasudah kita bikin perapian saja di dekat sini. besok kita lanjutkan. dan Tolong ya Pak Ilham agar besok di tambah lagi personilnya" kata Pakde Semo.
Pak Ilham mengangguk, tanda beliau menyetujui permohonan Pakde Semo.
setelah kembali ke tempat di mana aku meninggalkan tenda untuk Banyu dan Yanto, kami membuat perapian. ku tatap wajah Maya yang sayu, masih ada sisa air mata di wajahnya. pastilah sedari kita masuk ke hutan tadi, dia menyembunyikan tangisanya dalam gelap malam.
"May, leren ya? sesok ben ndue tenogo nggo nggolek i Banyu mbi Yanto" (May, istirahat ya? besok biar punya waktu untuk mencari Banyu sama yanto)
Maya menggelengkan kepalanya kuat, kembali menangis sebelum ahirnya mengatakan sesuatu.
"Dang, jare Pakde semo aku seng ngundang Molo. jare aku nggowo batur" (Dang katanya aku yang ngundang bahaya, katanya aku bawa guardian angel)
aku menatap Maya terkejut. itu ternyata yang sedari tadi membebani hatinya. aku kembali teringat dengan kata Pakde di rumahnya waktu itu. salah satu dari kita membawa penjaga. dan ternyata yang di maksud Pakde itu Maya.
"opo saurunge nyawang Banyu, wadon iku nyawang baturku? opo ketepak an Banyu eroh gek Banyu seneng?" (apa sebelum melihat Banyu, perempuan itu melihat penjaga ku? apa cuman kebetulan saja Banyu lihat dia trus Banyu suka?)
"aku gak paham May, iso ae koyok ngono" (aku gak tau May, bisa saja seperti itu)
"Dang, lak ancen Banyu mbi Yanto di gowo barang alus. awakmu iso ngewangi aku gak?" (Dang, kalau memang Banyu sama Yanto di bawa mahluk halus. kamu bisa bantu aku gak?) tanya Maya padaku.
aku yang mendengarnya membuatku mengerutkan kening, walau ahirnya aku mengangguk. apapun juga akan aku lakukan asal dua kawanku kembali.
"yak opo carane aku ngewangi?" (gimana caranya aku ngebantu?)
"ngomong karo pakde Semo, aku arep nyelok baturku" (ngomong sama Pakde Semo kalau aku mau manggil baturku) kata Maya yakin
"Kalau baturmu udah kepanggil?" (kalau penjagamu sudah terpanggil?)
"Aku bakal ngongkon dee ndudoi nde ndi Banyu mbi Yanto. lak ancen Banyu mbi Yanto di gowo mahluk alus, baturku mesti iso nulungi" (aku bakal nyuruh dia ngasih tau di mana Banyu sama Yanto. kalau memang Banyu sama Yanto dibawa mahluk halus, penjaga ku pasti bisa nolongin)
aku memandang ke arah Maya, sebenarnya aku ingin menyanggah, namun melihat sorot matanya yang sangat yakin degan keputusan yang dia ambil. aku pun mengangguk. besok nya akan aku bicarakan dengan Pakde Semo.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETAK UMPET (Sudah tersedia versi E book)
Horror(sebagian chapter di hapus untuk keperluan penerbitan) aku tengah bersembunyi, namun aku takut saat mereka tak bisa menemukan aku. Demi apapun juga, jangan pernah bermain "PETAK UMPET" versi Ebook bisa di beli di : https://play.google.com/store/book...