TRAGEDI NGUNDUH MANTU

2.6K 68 9
                                    

"Tragedi ngunduh mantu?" ulangku, tak paham dengan apa yang di katakan bapak penjaga warung itu. 

"Koyok e awakmu kabeh podo ora paham" (sepertinya nya kalian semua tidak paham) kata Bapak itu mengalihkan pandangan, lalu merapatkan duduk besama kami.

"nok kono iku ora mung menungsa seng urip, barang gak ketok yo okeh. menungsa ndue deso, konok an yo ndue. nanging tau kedaden enek barang alus seneng karo menungso. pisane ke geret gak bakal iso mbalek, mesti di gandoli. Bapak mung samar kancamu di ser konok an" (disana itu bukan hanya manusia yang hidup, mahluk halus pun banyak. manusia punya desa mereka pun punya. namun pernah ada kejadian mahluk halus suka dengan manusia. sekali manusia itu kena akan sangat susah kembalinya. pasti di jaga. Bapak hanya kawatir kalau teman kalian menjadi salah satunya) kata Bapak warung panjang lebar.

aku yang mendengarnya sangat kawatir, terlebih aku juga sempat melihat Banyu tersenyum ke arah semak-semak, juga Yanto yang menjadi lebih sensitif dan meminta pulang. astaga andai saja aku mau mendengar Yanto sedikit. pastilah kejadian ini tidak akan pernah ada. 

"Yok opo Dang lak iku tenan?" (gimana Dang kalau ini beneran?) kataku 

"Aku yo wedi May. iki yo salah ku, coro ae ket awal aku lueh peka. jane adewe wes di peringati ket awal. jane kabeh ganjil, nanging aku malah panggah nggowo awakmu mbi arek-arek munggah. salahku May" (aku juga takut May. ini juga salahku, coba saja aku lebih peka. sebenarnya kita sudah di peringatkan dari awal. sebenarnya semuanya terasa ganjil, namun aku malah bersikeras membawa kalian tetap ke atas. salah ku May) kata Dadang kembali menangis.

"Ojok nyalahne awakmu Dang, iki kecelakaan" (jangan menyalahkan dirimu Dang, ini kecelakaan) kataku ikut terisak.

Ku lihat yang lain pun sama, saling menyalahkan diri sendiri. terlebih Rina, menyalahkan usulan permainan gak jelas, hingga membuat Yanto dan Dadang hilang. ingin menyalahkan permainan itu pun kita semua menyetujuinya, bukankah salah kita semua? 

namun jika di telaah sebenarnya semuanya sudah merasakan beberapa kejadian yang ganjal. hanya saja semuanya saling diam karna tak ingin merusak acara yang sudah di rancang dari jauh-jauh hari. enggan mengecewakan kawan yang lainya hingga menyimpan perasaan ganjal untuk diri sendiri.

setelah menunggu beberapa jam Timsar datang bersamaan dengan Pakde Semo yang terlihat kawatir.

"Danggggg" teriak Pakde berhambur memeluk Dadang.

"Pakdeeee" teriak Dadang berhambur memeluk tubuh pakde.

Tangis Dadang pecah. aku tau benar beban yang ada di fikiranya. karna dia yang membawa kami ke gunung ini. pastilah dia yang paling merasa bersalah, karna tanggung jawabnya lebih besar dan merasa bertanggung jawab atas kawan-kawanya. 

Pakde merengkuh tubuh Dadang mencoba menenangkan. namun setelahnya menatapku tajam. entah apa yang salah dariku hingga membuat Pakde menatapku tajam. 

"Awakmu seng ngundang molo" (kamu yang ngundang bahaya) kata Pakde Semo lirih namun terdengar sangat jelas di telingaku. 


PETAK UMPET (Sudah tersedia versi E book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang