Anhar's pov
Kejadian kemarin masih tetap terbayang-bayang diingatanku.rasanya aku sudah sangat berdosa karena menuduh wanita sebaik Aqilla karena kesimpulanku sendiri.
"Apasii yang kamu pikirin dari kemarin sayang?." tanya Bunda lembut.
"Anhar salah Bunda, Anhar harusnya gak ngambil kesimpulan sendiri kayak gini, Anhar udah nyakitin hati Aqilla Bunda, Anhar ngerasa gak pantes buat Aqilla."ucapku pada Bunda sambil menunduk.
"Kalau begitu kamu harus temuin Aqilla dan minta maaf sama dia." ucap Bunda
"Apa qilla mau maafin Anhar?." tanyaku pada Bunda.
"Aqilla adalah wanita yang baik dan sholeha sayang... Bunda yakin dia mau maafin kamu." ucap Bunda menenangkan hatiku.
"Kalau gitu, Anhar pamit ke rumah qilla yaa Bunda, Assalamualaikum." ucapku sambil mencium punggung tangan Bunda.
"Waalaikumsalam." jawab Bunda sambil tersenyum.
Sampai di rumah Aqilla, rasanya aku tidak pantas untuk menginjakkan lagi kakiku di rumah ini, setelah apa yang telah aku perbuat pada Aqilla.
"Assalamualaikum."salamku.
"Waalaikumsalam. "Jawab seseorang dari dalam rumah, tak berapa lama pintu pun terbuka.
"Anhar"
"Aqilla"
Ucapku dan Aqilla berbarengan karena terkejut.
"Apa aku boleh berbicara dengan kamu?." tanyaku.
"Maaf, tapi aku..." belum sempat qilla meneruskan perkataannya, aku sudah memotongnya.
"Aku mohon sama kamu, aku perlu bicara sama kamu." ucapku memohon padanya.
"Baiklah, kita bisa bicara didepan, karena didalam tidak ada siapa-siapa." ucap Aqilla sopan, karena didalam memang tidak ada siapa-siapa.Anhar pun mengangguk.
Kita berdua pun berbicara di halaman depan yang masih dibatasi jarak 2 meter.
"Aku minta maaf sama kamu, aku udah ngambil kesimpulan sendiri tanpa mendengarkan jawaban atas khitbahanku padamu." ucapku merasa bersalah.
"Aku lebih mempercayai apa yang kulihat tanpa mendengar penjelasan tentang apa yang terjadi, sekali lagi maafkan aku." ucapku merasa sangat bersalah."Maksudnya apa?memang apa yang kamu lihat?." tanya Aqilla.
"Saat aku baru sampai di Indonesia, aku langsung ke makam Kak Azhar dan berniat untuk ke panti.dan disana aku tidak menyangka akan bertemu dengan kamu dan... Gus Kamil." ucapku, dapat kulihat Aqilla yang tampak terkejut mendengar penjelasanku, meski aku tak dapat melihat langsung wajahnya karena tertutupi oleh cadar.
"Lalu kamu berfikir kalau..."
"Maafin aku... aku salah, aku terlalu terbakar rasa cemburu, aku tidak tahu harus berbuat seperti apa saat itu." ucapku semakin menunduk.
"Tidak apa, semuanya sudah terjadi, aku maklum kalau kamu berfikiran seperti itu, aku juga minta maaf sama kamu karena kemarin sudah menampar kamu." ucap Aqilla merasa bersalah.sungguh... terbuat dari apa hati wanita yang ada didepanku ini?kenapa dia begitu mudah memaafkan aku yang sudah berfikiran yang tidak mungkin dia lakukan, dan sekarang dia malah meminta maaf padaku?.
"Apa aku boleh kemari lagi nanti malam dengan keluargaku?." tanyaku, dan aku pun melihat nya mengangguk.
"Kalau begitu sekarang aku pamit, Assalamualaikum." ucapku."Hati-hati, Waalaikumsalam." jawabnya.aku pun tak bisa untuk tidak tersenyum mendengar suara lembutnya sekaligus pesannya agar aku berhati-hati, anggap aku lebay, tapi memang rasanya Aqilla seperti khawatir padaku, apa benar seperti itu?jangan berfikir yang tidak-tidak Anhar.batinku merutuki apa yang sudah aku fikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aqilla Putri Nugraha [Proses Revisi]
Teen FictionMenceritakan kisah remaja dari seorang gadis polos yang menghadapi rintangan dan ujian untuk menjadi lebih baik dan bukan hanya mengejar cinta dunia seorang pria, namun juga cinta dari Tuhan-Nya. Aqilla. Gadis yang menolak sosok pria yang dicintainy...