25. Senang-senang

692 86 2
                                    


Suasana kamis malam ini sangat mencekam, keempat murid sekolah islam SMA Sabilul Huda itu sedang berusaha menyelamatkan satu teman lainnya yang sedang berada dalam bahaya.

Fattah telah sampai pada tempat di mana Jamilah disembunyikan. Pemuda itu melihat gadis pujaannya duduk meringkuk diatas kursi dengan seragam sekolah yang koyak. Beruntung Jamilah memakai pakaian dalam yang panjang, sehingga robekan seragamnya tak sampai membuat auratnya terlihat.

Pemuda yang sangat mengidamkan ketua rohis putri SMA Sabilul Huda itu mendapati Jamilah yang sedang menangis ketakutan.

"NANGIS AJA YANG KENCANG! NGGAK AKAN ADA ORANG YANG DENGAR!" pekik lelaki yang sedang berdiri tepat di hadapan Jamilah.
***

Di lantai bawah, Sahid sedang mempertaruhkan nyawanya. Ia mendapati dua pemuda membawa pisau yang siap menghabisinya.

"Lu mau coba-coba lapor ke polisi?" Salah satu di anatara pemuda asing itu terkekeh.

Satu diantara laki-laki itu mendekat dan berniat menusuk Sahid. "INI HADIAH DARI GUE!!"

"Buuuk!" "Plaaaang!" Suara pukulan.

Dari belakang, Alvani serta Reza lebih dulu menghantam kepala kedua lelaki asing itu menggunakan balok kayu, hingga membuat mereka terjatuh dan pingsan.

"MODAR SIA!!" pekik Reza.

"Kalian nggak jadi ke Fattah?" tanya Sahid.

"Baru sampai ujung tangga, si Alvani minta turun lagi katanya nungguin lo!" ujar Sahid.

"Maksud aku biar bareng-bareng! Udah ayo ke Fattah," ajak Alvani.

"Maneh hubungi polisi, Hid!" ujar Reza sembari berjalan.

Sampai di lantai atas, Alvani dan kedua temannya melihat Fattah sedang memperhatikan seorang pemuda yang berdiri di hadapan Jamilah.

"Itu Jamilah!" Alvani panik.

"Gandeng, Van! Nanti si penculik tahu ada Fattah di belakangnya," bisik Sahid.

"Tah, tingali! Bukan Cinta penculiknya!" ujar Reza.

Fattah perlahan mendekati Jamilah, ia berusaha agar penculik tersebut tidak mengetahui keberadaanya.

"Lu Cantik juga yah! Sayangnya nama lu kuno! Wajah cantik gini, kok,namanya Jamilah! Kampungan!" ujar laki-laki tersebut.

"Lu ngapain pakai cadar? Kain itu bukannya ngelindungin, yang ada gue lebih muda bawa lu ke sini! Karena di sekolah itu satu-satunya cewek yang pakai cadar cuma lu!" imbuhnya.

Jamilah terus menundukan kepalanya, ia tak kuasa menahan butiran bening yang terus mengalir dari matanya.

"Mau kamu apa? Aku nggak kenal sama kamu. Aku mohon jangan sakitin aku!" Jamilah merengek.

"Tenang aja! Gue nggak akan sakitin lu, gue cuma mau ngajak lu senang-senang! Cewek kayak lu pasti nggak pernah senang-senang, kan?" ujar pemuda itu, tangannya mulai digerakan.

Pemuda itu mencoba mengangkat dagu Jamilah. Fattah yang melihat kejadian tersebut segera menepis kasar tangan pemuda di hadapan Jamilah.

"Hei Bung! Mau apa lu?" pekik Fattah.

Mata Fattah menatap tajam wajah pemuda yang hendak menodai gadis pujaannya. Orang yang ada di hadapannya pun membalas tatapan Fattah penuh kebencian.

"BANGSAT!! LU ADA URUSAN APA SAMPAI MAU NODAIN DIA, HAH?" teriak Fattah.

"Weeey... Santai dong, Fattah!" ujar pemuda tersebut melepas senyumnya pada Fattah.

Bukan hanya Jamilah, Alvani, Sahid serta Reza pun terkejut melihat pemuda asing itu yang ternyata mengenali Fattah.

Sekolah SMA Za-Za [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang