Hari ini langit tak begitu cerah, terbentang kabut yang menutupi indahnya sinar matahari. Suasana ini membuat Bandung lebih terasa sejuk. Jamilah berdiri di atas cermin kamarnya, gadis yang sudah ditentukan calon suami oleh abinya itu terlihat anggun memakai kerudung toska seragam khas di sekolahnya.
Jamilah mengambil secarik kain yang berwarna toska juga, membawanya keluar bersama dengan tas. "Umi, sarapan Jah dibawah ke sekolah aja, yah. Nanti Jah makannya di kelas," ungkap Jamilah pada Zakiyah.
"Kenapa nggak makan di rumah aja?" tanya Zanwar.
"Jah pengin cepat sampai sekolah. Jah dengar, pagi ini ada pengumuman hasil Olimpiade Sains Nasiaonal tingkat Provinsi yang waktu itu Jah ikuti," tutur Jamilah.
"Ya sudah, nih. Sebenarnya udah Umi siapkan," ujar Zakiyah memberikan sekotak sarapan untuk anaknya.
Jamilah melingkarkan kain berwarna toska muda di bawah matanya. Ia menyalami Zanwar serta Zakiyah dan berpamitan untuk berangkat ke sekolah."Assalamu'alaikum... Abi... Umii, Jah berangkat yah."
"Wa'alaikumussalam..." Zanwar dan zakiyah menjawab salam berbarengan.
Gadis berparas cantik asal Kabupaten Bandung itu mengawali pagi yang indah ini dengan sebuah senyuman. Ia melangkahkan kaki menuju keramaian jalan untuk menaiki angkutan umum. Gadis itu menikmati kebiasaan ini setiap harinya.
"Sekolah SMA Sabilul Huda yah, Kang," ujar Jamilah pada supir.
Di dalam mobil umum, ia mengeluarkan ponsel dan mengetikan sesuatu.
Jamilah: Vani, aku turun di gang rumah kamu aja. Nanti berangkat bareng, ya.
Alvani: Iya, Jah. Aku udah siap kok, kamu sampai mana? Aku tunggu di depan gang!
Beberapa saat kemudian, angkutan yang Jamilah tumpangi berhenti di gang rumah Alvani yang tak begitu jauh dari sekolah. Jamilah dan Alvani pun berangkat bersama menuju sekolah.
Di perjalanan, seorang pemuda dengan seragam senada seperti Jamilah dan Alvani menaiki motor besar berwarna biru. Pemuda itu mendahului sepasang sahabat yang sedang berjalan. Fattah membunyikan klakson motornya, memberi isyarat pada Alvani karena mendahului. Pemuda itu melihat sepintas ke arah Alvani.
Sampai di sekolah, ternyata belum ada pengumuman hasil OSN tingkat provinsi yang berlangsung tanggal empat belas April kemarin. Akhirnya, Jamilah pun memilih masuk kelas dan berpisah dengan Alvani.
"Jah masuk dulu ya, Van."
"Jam istirahat, kita ke kantin bareng, ya." Alvani berlalu meninggalkan Jamilah di depan kelas XI-IPA-1 dan melangkah ke kelasnya.Fattah yang sedari tadi menunggu kedatangan Alvani, ia berteriak memanggil sahabat karib dari gadis yang sering digodanya.
"ALVANIIII..." Fattah melambaikan tangan, memberi isyarat agar Alvani mendekatinya.
Alvani merasa heran dengan Fattah. Ia terpaksa berjalan melewati kelasnya, menemui Fattah di antara kelas XI-IPA-2 dan XI-IPA-3.
"Ada apa, Fattah?" tanya Alvani.
"Tadi lu berangkat sekolah sama Jamilah?"
"Iya, kenapa emangnya?"
"Perasaan, lu berangkat sama perempuan pakai cadar? Tapi, seragamnya SMA Sabilul Huda. Tapi barusan, kok, lu sama Jamilah?"
"Lha, emang iya, Fattah! Kan, perempuan bercadar itu Jamilah."
"Kalau di sekolah, kenapa dia nggak bercadar?"
"Karena nggak dibolehin sama sekolah. Udahlah, aku mau masuk dulu! Kirain, tuh, ada apaan!" ujar Alvani dan berlalu meninggalkan Fattah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah SMA Za-Za [END]
Teen Fiction"Percayalah, Takdir Allah yang Terbaik" Gue Fattah, lahir dan besar di Jakarta. Orang bilang gue termasuk dalam kategori bad boy! Sorry, gue nggak paham tentang bad boy itu. Gue cuma nggak suka ngelihat orang sok jagoan dan nggak bisa nahan diri unt...