27. Hukuman

738 81 1
                                    


Malam senin ini Jamilah kembali berkumpul dengan orang tuanya di rumah. Seperti biasanya, selepas sholat isya dan tadarus, Jamilah selalu menyempatkan waktu untuk belajar sebelum tidur.

Terdengar suara pintu yang membuka, Jamilah mendapati sang ibu datang mendekatinya.

"Jah, Umi ganggu?" tanya Zakiyah.

"Enggak, Umi. Kenapa?" balas Jamilah.

"Gini, tadi sore Umi dapat telefon dari sekolah kamu. Katanya, besok Umi atau Abi suruh ke sekolah. Apa benar yang memasukan video asusila di ponsel kamu orangnya udah ketemu?" tanya Zakiyah.

Jamilah mengangguk dan wajahnya berubah menjadi sedih. Gadis itu tiba-tiba teringat akan Fattah yang koma akibat peristiwa tersebut.

"Naha Jamilah teh? Meuni kelihatan sedih kitu?" tanya Zakiyah.

"Jah cuma ingat Fattah yang sekarang lagi koma, Umi," ungkap Jamilah.

"Loh, apa hubungannya sama topik yang Umi bicarakan?" Zakiyah heran.

"Umi, Jah bingung harus cerita dari mana. Terlalu ribet!" ujar Jamilah.

"Satu-satu dulu aja, Fattah itu siapa? Umi nggak pernah dengar kamu cerita tentang anak itu," ucap Zakiyah.

"Fattah itu murid baru di sekolah, udah enam bulanan. Dia masuk pas mau pemilihan ketua OSIS. Pertama kali Jah lihat dia itu, waktu kampanye kandidat ketua OSIS, Umi." Jamilah menghela napas.

"Dari awal ketemu, dia itu sering banget godain. Jah nggak suka! Dia satu-satunya cowok yang berani sama Jah. Ternyata Fattah itu pintar, waktu olimpiade, dia yang menang dan lulus sampai provinsi. Tapi Fattah nggak berhenti godain Jah. Lama kelamaan, Fattah malah bilang suka sama Jah di depan Alvani dan teman-teman lain. Jah nggak suka, Umi!" tutur Jamilah.

Zakiyah tersenyum. "Seumur-umur, sampai usia Jah mau tujuh belas tahun. Umi baru dengar hari ini tentang pemuda yang suka sama Jah. Ternyata begini ya rasanya dicurhatin anak gadis yang udah gede," ujar Zakiyah.

"Ih, Umi! Tapi Jah nggak suka! Waktu itu Jah pengin ketemu calon suami Jah, supaya nggak mikirin ucapan Fattah terus yang bilang suka sama Jah. Udah ah, nggak mau cerita lagi!" Jamilah mengerutkan bibirnya.

"Jangan gitu, atuh. Ayo sok cerita lagi, Umi mau tahu hubungan antara Fattah yang koma dama video asusila itu apa?" tanya Zakiyah.

Akhirnya Jamilah menceritakan semua tentang peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini. Dari mulai masuknya video asusila pada ponselnya hingga amarah Fattah yang memuncak pada Cinta saat di kantin.

"Astaghfirullah, Cinta itu yang pernah Jah ceritakan sama Umi, bukan? Salah satu siswi teladan yang terpilih jadi ketua OSIS?" Zakiyah memastikan.

"Iya, Umi. Akibat kejadian itu, Cinta ingin balas dendam sama Jah. Kakak sama teman-temannya nyulik Jah. Alvani minta bantuan Fattah, Sahid sama Reza buat cariin Jamilah. Seletah ketemu, ternyata Fattah kenal sama kakaknya Cinta. Jah nggak ngerti di antara mereka ada urusan apa. Sebelum Fattah dikeroyok, kakaknya Cinta ngasih pilihan," tutur Jamilah.

"Pilihan apa?" tanya Zakiyah.

Jamilah menceritakan pilihan apa yang Rio berikan pada Fattah sebelum akhirnya menyebabkan Fattah menjadi koma. Zakiyah terlihat sangat terkejut akan cerita sang anak.

"Fattah bilang apa tadi, sebelum dikeroyok." Zakiyah ingin memastikan bahwa dirinya tak salah mendengar.

"Katanya dia suka, cinta, sayang dan mau nikahin Jamilah. Dia nggak mau Jah kenapa-napa," ujar Jamilah.

"Ya Allah, kenapa pikirannya sejauh itu? Apa sebelumnya Jah pernah melempar perhatian atau memberi harapan pada Fattah?" tanya Zakiyah.

"Nggak pernah, Umi. Jah selalu jutek dan nggak pernah interaksi atau ngobrol nggak penting, kecuali memang berhubungan dengan sekolah," tutur Jamilah.

Zakiyah terdiam, ia merasa bingung dengan sosok Fattah yang baru saja didengarnya dari Jamilah.

"Ya sudah, besok Umi sama Abi insya Allah ke sekolah. Kamu tidur sekarang, udah jam sembilan lebih," ujar sang ibu.
***

Bandung yang cerah di pagi hari membuat seluruh masyarakatnya semangat beraktivitas. Tak hanya Zanwar dan Zakiyah yang memenuhi undangan guru BK di SMA Sabilul Huda, orang tua Cinta pun ikut serta hadir dalam pertemuan tersebut.

Senin pagi ini salah seorang guru di SMA Sabilul Huda menyampaikan permintaan maaf kepada Zanwar dan Zakiyah karena telah menghukum putrinya atas perbuatan yang tak dilakukan oleh Jamilah. Sedangkan, pihak SMA islam ini dengan berat hati menyampaikan pada orang tua Cinta untuk mengeluarkan anaknya.

"Cinta itu saya masukan ke sekolah ini, karena percaya, SMA Sabilul Huda akan menjadikan Cinta anak yang solihah. Sebagai orang tua, saya mau Cinta tetap bertahan si sekolah ini, Bu," ucap seorang wanita berpenampilan mewah.

"Tapi perbuatan Cinta sudah tidak bisa ditolerin, Bu. Jamilah, siswi tak bersalah yang telah Cinta fitnah saja sudah mendapatkan hukuman, apalagi anak Ibu yang sudah jelas melakulan kesalahan yang sangat fatal. Kepala sekolah dan para guru sudah merapatkan hal ini sejak sabtu kemarin, Bu," tutur seorang guru.

"Tapi sebentar lagi, kan, kelulusan. Sulit rasanya mencari sekolah berkualitas dalam waktu sesingkat ini," ujar Ratna, ibunda Cinta.

"Maaf, Bu Guru, saya tidak bermaksud ingin ikut campur. Sebagai seorang ibu, saya mengerti bagaimana perasaan Bu Ratna, apa tidak sebaiknya Cinta diberikan keringanan dalam hukumannya?" tanya Zakiyah.

"Dalam peraturan sekolah dan yayasan ini, siswa yang terbukti membawa narkotika, minuman keras dan menyimpan video asusila apalagi memasukan video tersebut untuk memfitnah, konsekuensinya dikeluarkan dari sekolah," jelas sang guru.

"Saya mohon berikan Cinta kesempatan sekali lagi saja untuk tetap berada di sekolah ini," pinta Ratna.

Sang guru seketika terdiam seperti memikirkan sesuatu. Ia pun kembali berkata, "Sebenarnya keputusan mutlak ada di kepala sekolah, Bu. Tapi, mungkin ada saran atau pilihan pertimbangan tentang hukuman ini dari Pak Zanwar dan Bu Zakiyah? Atau Ibu Ratna sendirinya bagaimana? Agar saya bisa sampaikan pada kepala sekolah," ujar sang guru.

"Kalau saya cuma ingin, anak saya tetap sekolah dan lulus di sini," ungkap Ratna.

"Ayah dari Cinta sendiri apa sudah mengetahui hal ini, Bu? Kemarin pihak sekolah memberitahukan agar kedua orang tua hadir di pertemuan hari ini," ujar guru.

"Di Jakarta, Bu. Sepertinya papinya Cinta sibuk. Saya saja sudah cukup untuk mengurus masalah ini, hanya ingin Cinta tetap sekolah di sini," ujar Ratna.

"Baik, Bu. Kalau dari orang tua Jamilah, apakah ada permintaan atau pilihan hukuman untuk Cinta?" tanya sang guru.

"Beri hukuman yang sama saja seperti Jamilah. Jangan keluarkan gadis itu, bagaimanapun juga Cinta sudah banyak berkontribusi untuk sekolah ini, bukan?" ujar Zanwar.

"Di mohon menunggu sepuluh sampai lima belas menit ya, Bu, Pak. Saya mau menghadap kepala sekolah dulu untuk membicarakan permohonan ini," ujarnya.

Beberapa saat kemudian, guru tersebut kembali ke ruang tamu dan memberi kabar berita.

"Hasilnya sudah ada dan tidak bisa diganggu gugat lagi, Bu. Cinta tidak di keluarkan dari sekolah ini. Cinta di skors sama seperti Jamilah," ujar sang guru.

"Alhamdulillah..." Orang tua Cinta dan Jamilah mengucap syukur bersamaan.

"Tetapi, sesuai kesalahan yang diperbuat, jika Jamilah menerima skors selama dua minggu. Maka Cinta mendapat skors selama enam bulan. Jadi, sampai tiba ujian nasional nanti, Cinta tidak boleh mengikuti pembelajaran di sekolah. Cinta hanya diperbolehkan ikut ujian dan kelulusan saja," tutur sang guru.

Bukan hanya Ratna sebagai ibu kandung Cinta, Zakiyah dan Zanwar pun merasa terkejut dengan keputusan yang telah disampaikan pihak sekolah. Tapi, hukuman tersebut memang sepantasnya Cinta terima atas perilaku yang telah ia perbuat pada Jamilah.
.
.
.
.
Maaf nih, agak telat postingnya. Penulis baru kena musibah. Minta doanya yah teman2... Minta doanya agar penulis diperbumah segala urusannya dan dilancarkan rezekinya.

Minta hadoroh Fatihahnya untuk aku Tetty Septiyani dan suamiku Rizki Hasbi Muktafi .. Semoga suka yah sama ceritanya.

Sekolah SMA Za-Za [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang