~DUA PULUH DUA~

23 0 0
                                    

Happy reading...

Radit masih tidak percaya kalau Jackson menyukai Yessa. Ia uring-uringan memikirkannya, ia sangat mencintai gadis, bukan sekedar mencintainya tapi ia ingin memiliki gadis itu seutuhnya tanpa campur tangan orang lain.

"Arrgghh, Jack lu kenapa gak bilang dari awal ke gue kalau lu suka sama Yessa, kenapa setiap cewek yang gue suka pasti ada aja masalah yang datang" Radit menelungkupkan wajahnya tanpa hitung jam Radit sudah berada didalam yang tenang dengan nafas yang teratur.

Wajah Radit terlihat sangat damai seperti tidak ada masalah yang sedang menimpanya. Ia adalah tipe anak yang tidak suka mengumbar masalah yang sedang ia lalui, bahkan kedua orangtuanya tidak pernah menanyakan atau berada di sampingnya ketika ia sedang ada masalah.

Hidupnya dari dulu sudah terbiasa dengan kesepian, ia selalu ditinggal oleh kedua orangtuanya dengan alasan urusan kerja. Memang Radit terlahir dari keluarga yang kaya dan terhormat karena bokap Radit adalah pemilik PT terbesar di dunia, dan nyokapnya adalah dokter terkenal di China tapi ia memilih untuk membangun rumah sakit sendiri di Indonesia.

Tapi hanya satu hal yang belum pernah ia rasakan sampai saat ini, ia ingin merasakan suasana yang harmonis di keluarganya. Dulu ia mempunyai teman main tetapi sekarang orang itu telah pergi dan tidak ada kabar sampai sekarang.

Drrtt... Drrtt...

Telepon seluler yang ada dikamarnya yang ia siapkan khusus untuk orang yang tidak ia kenal menelponnya.

"..."

"siapa?" dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"..."

"waktu saya gak ada untuk anda, dan anda tidak pernah ada waktu untuk saya", setelah Radit mengucapkan kata-kata itu ia mematikannya.

"Cih sudah meninggalkan gue dari kecil eh sekarang malah minta gue untuk tinggal bareng mereka. Sampai kapan pun gue gak akan pernah tinggal bareng mereka"

____***____

"Duh hp Radit dari tadi berdering terus. Apa aku kasih langsung aja kerumahnya"

"Klau Radit ga mau bukain pintu gimana. Bodo amat lah yang penting hpnya udah gak sama aku lg"

Yessa bangkit dari tempat tidurnya dan mengambil jaket putih yang bergambar panda. Semenjak Yessa mengenal Radit ia sudah mulai terbuka dan tidak pendiam seperti dulu lagi, hanya saja dia perlu menyesuaikan dirinya lagi dengan lingkungan sekitarnya.

____***____

Ting tong...

Seorang lelaki bertubuh kekar berjalan menuju pintu rumahnya dan melihat kearah cctv didekat pintu rumahnya. Dia kaget, kenapa gadisnya itu kerumahnya malam-malam begini

"Ngpain dia ksni, dasar gadis aneh", ia membuka pintu rumahnya itu

"Ngpain kmu malam-malam begini kerumah saya" cowok itu menatap gadis itu dengan kasih sayang

"Em-, itu saya mau ngasih hp kamu yang ketinggalan" Yessa gugup karena sedari tadi Radit menatapnya dengan lekat.

"Sa gue kangen lu,, gue rasa kita gak ditakdirkan untuk bersama, tapi gue selalu melawan takdir Sa. Mungkin gara-gara itu takdir tidak berpihak ke gue" Radit memeluk gadis itu, ia sangat merindukan gadis nya, ia sangat merindukan aroma manis dari gadis itu.

Yessa yang kaget dengan sikap Radit kepadanya, ia hanya pasrah dan jujur saja ia juga sangat kangen dengan cowok yang udah lama dia suka itu. Tapi ketika ia mendengar perkataan cowok itu, hatinya seperti dilindas mobil Fuso yang sengaja menabraknya.

Apakah cowok itu akan menyerah dan memutuskan hubungan mereka, jangan Yessa tidak mau merasakan sakitnya hati.

"Sa, gue tahu ini sakit bagi gue dan lo tapi gue mohon sesudah ini jangan pernah benci dengan gue. Gue mau jadi teman lu bukan jadi musuh lo. Gue nyerah Sa, gue gak bisa pertahankan hubungan kita, tapi gue mohon jangan pernah benci sama gue Sa. Walaupun gue bukan siapa-siapa lo lagi, tapi gue selalu menjaga lo seperti adek gue sendiri" Kali ini laki-laki itu berbicara menggunakan lo-gue, sontak membuat Yessa terkejut bukan main.

"Dit, aku tau ini sangat tidak mungkin jika kita bersama. Aku juga sudah mempertimbangkan ini dari dulu, disaat aku ingin menyerah kamu datang di hidup aku. Aku bingung harus berbuat apa, tapi hati aku berbicara untuk menerima kamu, tapi takdir tidak berpihak kepada kita. Jadi mari kita berteman", jari kelingking Yessa terangkat dan ia mengisyaratkan untuk membuat janji, tapi Radit hanya diam dan menatap jari gadis itu.

Ia tidak bisa menerima ini, tapi semuanya harus ia akhiri karena bonyok menyuruhnya pindah ke luar negeri dan tinggal bersama mereka. Akhirnya Radit menggapai jari mungil itu dan tersenyum manis.

"Hmm, kita berteman"

VOTE AND COMENT

THANKYOU


CUPU GIRL VS HANDSOME BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang