Hari minggu. Biasanya orang malas akan bangun lebih awal dari biasanya sementara orang rajin akan bablas bangun siang. Aku bangun lebih awal. Tersadar aku sedang tidur di atas futon, bukan di atas kasurku. Ah aku lupa ibuku tidur di sampingku. Saat ini dia masih terlelap. Memang dia orang rajin sih.
"Ngggg~"
Bahkan saat tidurpun ibuku terlihat sangat anggun. Sayangnya dia ngiler. Tidur menyamping dengan wajah mengahadapku. Belahan dadanya terlihat sangat jelas begitu putih dan mulus. Ugh aku segera menutupnya dengan selimut. Takut ada yang bangun, tapi bukan ibuku. Aku keluar dari kamar. Para pelayan sudah panik tidak jelas.
"Nona Hiroko tidak ada di kamarnya! Apakah beliau di culik?" Gumam para pelayan yang memakai yukata itu.
"Mama? Dia tidur disini bersamaku" Ucapku menghampiri mereka.
"Benarkah? Syukurlah kalau begitu. Padahal Nona tidak pernah bisa tidur selain di kasurnya"
Omong kosong, tidurnya pulas sekali sampai mengiler. Kalian tidak tahu karena kalian terlalu larut menonton drama sampai tak sadar majikan kalian sudah tidur di kamar lain.
"Apa Anego sudah bangun?" Tanya Yomi muncul dari ujung koridor.
"Belum" Jawabku.
"Kenapa kau yang jawab?" Tanya Yomi.
"Selamat pagi~"
Ibuku keluar dari kamar. Tali baju tidur bagian kirinya melorot ke lengannya hingga hampir membuat dadanya terlihat.
"ANEGO!!" Yomi berlari langsung menutupi tubuh ibuku dengan jas yang dipakainya.
"Rei! Jelaskan apa yang terjadi sampai Anego seperti ini?! Dan kenapa dia bisa berada di kamarmu?!" Yomi terlihat sangat marah padaku.
Ah di otaknya pasti dia pikir aku sudah apa-apakan ibuku.
"Tenang saja Yomi.. Aku hanya mabuk sedikit semalam, Rei-kun hanya bantu menghangatkanku hehehe" Ucap ibuku setengah sadar.
"JANGAN BUAT SEMUANYA SEMAKIN RUNYAM MA!" Bentakku.
"Rei! Aku harap kau siap dengan apa yang sudah kau lakukan!" Ucap Yomi dengan tatapan dingin dan tajam.
-----
Yomi akhirnya bisa tenang setelah ibuku menjelaskan semuanya. Dia juga meminta maaf padaku karena telah berburuk sangka. Aku maklum, aku memang terlalu dewasa untuk diangkat anak oleh wanita semuda ibuku Hiroko. Maksudku usianya memang sudah dua kali lipat usiaku, tapi wajahnya ini masih sangat muda. Aku juga sadar diri, dia ini ibu angkatku. Belum lagi dia adalah kepala Yakuza grup Shinoda. Mungkin ibuku tidak akan menghajarku, tapi Yomi dan Tarou beda cerita.
Di hari minggu ini, ibuku berencana untuk pergi ke pusat kota, Tokyo. Katanya dia ada pertemuan dengan rekan bisnisnya yang juga adalah ibu-ibu. Pertemuan itu akan dilangsungkan siang ini di lantai 4 distrik belanja Shibuya. Kalau tidak salah ada kafe di sana. Mungkin pertemuannya memang akan diadakan di kafe yang biasa ibu beli kopi. Semacam arisan, mungkin?
Kami akhirnya pergi, memakai motorku tentu saja karena ibuku menolak di antar pakai mobil oleh Trio hotel. Katanya lebih nyaman berkendara denganku. Nyaman apanya. Di motor ini ibuku harus duduk menungging karena jok belakangnya yang tinggi. Dia bahkan kesulitan untuk naik dan turun dari motor sampai-sampai harus aku pegangi.
Ternyata ibuku benar-benar mengajakku ke kafe biasa tempat kami ngopi. Pelayannya bahkan sudah sangat mengenal ibuku dan langsung memberikan bir sesaat setelah ibuku duduk di kursi sofa yang dekat dengan jendela.
"Maaf, kali ini aku tidak minum bir. Ada anakku disini" Ucap ibuku menolak bir itu.
"Anak Anda nona?" Tanya si pelayan bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From The Yakuza
AksiyonRega adalah pria berusia 27 tahun yang bekerja untuk sebuah perusahaan swasta sebagai programmer. Wajahnya masih terlihat cukup muda dibanding usianya. Suatu hari hatinya bergembira karena mendapatkan hadiah undian dari teh dalam botol berupa libura...