Chap 15: Satu Atap

53 11 3
                                    

Hari ini aku pulang dari sekolah lebih larut dari biasanya dikarenakan aku harus bertugas piket. Aku pulang membawa dua kaleng bir untuk ibuku dan dua kaleng kopi untukku sendiri. Rencananya, malam ini kami akan begadang menonton film Korea. Aku menyimpan motorku di parkiran. Hanya ada mobil Tarou dan mobil ibu, sepertinya anak buah Tarou sedang tidak ada yang berkumpul disini.

"Maa!" Aku membuka pintu depan yang tak pernah ibuku kunci.

"Rei-kun!! Sudah pulang!"

"Belum ma.. Ini Waluyo bukai Rei."

"Waluyo itu apa?"

Ibuku bahkan tak tahu kalau Waluyo adalah nama orang di negaraku. Dia bilang 'apa' yang berarti dia kira nama itu adalah nama barang. Aku merasa bersalah pada semua orang yang bernama Waluyo.

"Sini! Sini! Cepat masuk! Diluar dingin!" Ucap ibuku menarikku masuk ke ruang tengah. Wajar saja dia kedinginan, dia hanya pakai baju tidur tipis tanpa lengan dan celana pendek.

"Kau sudah makan sayang? Apa kau ingin mama buatkan sesuatu?" Tanya ibuku sambil mengeluarkan bir dan kopi dingin dari kresek yang aku bawa.

"Aku sudah kenyang. Puding yang aku simpan disini kemana ya?" Tanyaku melihat isi lemari es yang mana cemilanku kemarin sudah tak ada di tempatnya.

"Aaaaaaaa.... Ta-kun yang makan."

Dilihat dari wajah panik ibuku, sudah jelas dia yang makan. Dia malah menyalahkan kesalahannya pada Tarou. Aku ganti baju dan kembali menghampiri ibuku yang sekarang sedang membuatkan kentang goreng untukku karena dia merasa bersalah sudah memakan puding milikku. Kami duduk diatas sofa yang empuk di ruang santai. Menyalakan TV dan AC ke suhu 25 derajat celsius. Semua pelayan ada di paviliun sebelah. Kami menikmati malam kami hanya berdua lagi.

Ibu membuka kaleng bir pertamanya, meneguk minuman beralkohol yang begitu ia suka itu. Aku tak minum alkohol, tapi aku tidak bisa melarangnya. Wajahnya mulai memerah setelah beberapa teguk alkohol masuk ke tenggorokan wanita ini. Aku tak begitu senang film drama dan romantis seperti ini, tapi tak ada salahnya menemani ibuku sembari bersantai bersama.

Ruangan gelap ini, suara perbincangan dalam bahasa Korea di TV, cahaya terang yang berasal dari TV, suasana ini begitu damai dan hangat. Ibuku terfokus pada layar. Wajahnya begitu cantik saat dia menikmati adegan kasmaran penuh rayuan di film itu. Kulit putihnya terpapar sinar dari layar, begitu kontras dengan ruangan yang gelap ini. Dia hanya memakai selembar kain menutupi tubuhnya yang indah. Ibuku, aku tahu dia adalah wanita yang sangat sempurna. Keindahan yang kupandang, entah kenapa membuatnya terlihat rapuh.

"Indahnya~" Ucap ibuku.

"Iya, indah sekali." Jawabku.

"Hm?"

Ibuku berbalik, aku tersadar kalau dari tadi aku sedang memandangnya. Aku langsung membuang pandanganku sebelum ibuku sadar.

"Tidak apa.. Kalau itu Rei-kun, tidak apa." Ucap ibuku.

Dia lantas menempel ke pundakku. Kulihat matanya terpejam. Tangannya hangat menggenggam tanganku. Dia mabuk dan sekarang malah tidur di lenganku. Ternyata sudah pukul 2 pagi. Aku juga lebih baik tidur sekarang daripada besok harus terlambat mengajar.

 Aku juga lebih baik tidur sekarang daripada besok harus terlambat mengajar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love From The YakuzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang