(Trailer 3: Tainted) Special Chapter I: Legend of Twin Multiversal Gods (Filler)

40 3 0
                                    

Yap halo gaes, author is back!! :v

Berhubung author sedang mengerjakan project special chapter, maka secara otomatis story ini menjadi hiatus. Tetapi karena author gak betah dan gak enak aja kalau gak update, akhirnya author memutuskan untuk update trailer saja :v






Selamat menyaksikan ....











-----------------------












Matahari baru saja muncul di cakrawala, memancarkan cahayanya yang terang, mengusir kegelapan malam yang pekat. Burung-burung berkicau dengan merdu sembari terbang dari satu pohon ke pohon yang lain. Warna merah fajar masih mewarnai langit. Awan-awan mulai berubah warna dari kelabu menjadi kemerahan. Cahaya kemerahan menimpa Desa Zen.

Di depan sebuah rumah yang tak terlalu besar, empat penyihir tengah berdiri. Mereka tampak seperti dua orang anak yang tengah berpamitan kepada kedua orangtuanya.

"Hati-hatilah di jalan, nak," ucap sang ibu.

"Baik, Bu," sahut sang bungsu. Angin pagi menerbangkan helai-helai poninya yang berwarna hitam kelam.

"Terima kasih sudah merawat kami selama ini, ayah, ibu," sahut sang sulung.

Sepasang suami istri tersebut mengangguk sembari tersenyum ramah. "Itu sudah kewajiban kami untuk memenuhi permintaan terakhir orangtua kandung kalian, Gen, Yuto," ucap sang ayah.

"Walaupun kalian bukan orangtua kandung kami, tapi kami akan selalu menyayangi kalian seperti orangtua kandung kami sendiri. Terima kasih atas segalanya. Mulai sekarang, jangan khawatirkan kami lagi. Kami pergi dulu, ya?" Tanpa disadari, air mata menggenang di sudut mata sang sulung dan mengalir turun membasahi pipinya. Semakin lama semakin deras.

"Ya, ibu akan selalu merindukan kalian." Sang ibu turut mengeluarkan air mata. "Pulanglah ketika misi takdir kalian sudah selesai. Pintu rumah ini akan selalu terbuka bagi kalian."

Sang bungsu - yang bernama Yuto - mengangguk pelan. Untuk pertama kalinya, senyum terukir di wajahnya. Sosok Yuto yang selama ini dikenal oleh keluarganya, yang dingin dan kaku, telah sirna, digantikan oleh sosok seorang pemuda ramah. "Pastikan makanan enak selalu tersedia di rumah bagi kami, Bu," ucapnya.

"Hei, kau ini. Misi takdir kita belum selesai. Masa' kau sudah memikirkan tentang makanan?" ujar sang sulung, Gen, sembari menjitak kepala Yuto. Yuto meringis pelan sembari tersenyum. Kedua orangtua mereka turut tersenyum. Untuk pertama kalinya, kekakuan sirna dari interaksi antara kakak beradik itu. Kini, mereka tampak akrab seperti kakak beradik pada umumnya.

"Ini bekal untuk kalian. Memang tidak banyak, tapi semoga dapat menghapus kerinduan kalian akan suasana rumah ini." Sang ibu berucap sembari mengeluarkan dua buah kotak bekal yang terbungkus kain.

Tangan sang sulung terulur untuk menerima bungkusan tersebut. "Terima kasih, Bu," ucapnya.

Kakak beradik kembar itu pun membalikkan tubuh mereka. "Kami pergi dulu, ya," ucap sang bungsu sembari tersenyum dan menoleh ke belakang, kemudian mereka mulai melangkah.






Perjalanan pun dimulai ....








Demi memenuhi kewajiban dan panggilan takdir ....







Meski harus ....






Mempertaruhkan nyawa ....







Sang Petir menyambar sekali lagi. Kilat melesat melintasi langit bagaikan seekor naga keemasan berkecepatan setara dengan cahaya. Awan kelabu yang pekat masih memayungi kota Rainzar, malahan semakin tebal.

RE: Legend (The Past of The Lord)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang