Special Chapter I: Legend of Twin Multiversal Gods (Filler) (Part III)

17 2 0
                                    

OST: To The Distant Call (Ultraman Tiga)













WARNING: ALL CREDITS BELONGS TO THE ORIGINAL OWNERS.



















Aula Utama, Lantai Satu Istana Magus, kota Rainzar.

Panglima Delta melompat mundur ke belakang. Napasnya terengah-engah. Kepalan tangannya mengerat pada pedang besarnya yang telah dinodai oleh beberapa retakan kecil. Gigi-giginya yang tertanam langsung pada rahang bergemeretak penuh kegusaran. Kedua rongga matanya yang dipenuhi oleh cahaya merah menyala menatap penuh kekesalan pada tulang-tulang dan pedang yang berserakan di lantai aula. Separuh dari pasukannya telah terbunuh, dan ia tak mampu melindungi mereka semua. Tengkorak hidup itu hanya mampu menyaksikan kematian anak-anak buahnya yang berharga dengan tatapan penuh dendam.

*trangg!!*

*srepp!!*

*crakk!!*

Suara benturan antar tulang dan suara logam beradu kembali memenuhi udara. Tulang-tulang yang terpecah belah terjatuh ke lantai, tak mampu bangkit kembali. Pedang sang prajurit tertancap di lantai istana, bergeming, seolah berkabung atas kematian tuannya. Panglima Delta kembali mengeratkan genggamannya pada pedang besar miliknya. Di depan matanya sendiri, prajurit kesayangannya meregang nyawa. Sementara itu, sang pembunuh hanya menatap tulang-tulang tersebut dengan wajah tanpa ekspresi, kemudian mengayunkan pedangnya dengan cepat ke arah prajurit lainnya. Yuto Zamoto, itulah nama dari pembunuh tersebut.

"Sialan ...," batin Panglima Delta, "bukankah mereka hanya bersenjatakan sebilah pedang? Bagaimana bisa mereka mengalahkan prajurit-prajurit elitku?! Ini mustahil!!! Sama sekali tidak masuk akal!!!" Panglima Delta terus mengumpat dan berseru di dalam batinnya.

Tengkorak hidup itu mendecih pelan. "Sebenarnya ini berbahaya, tapi, aku harus melakukannya demi menjaga pangkatku sebagai jenderal, dan demi menjaga sumpah 'Pelindung dan Abdi Kegelapan' yang pernah kuucapkan di hadapan Dewa Magus yang agung sendiri!!!" Tanpa pikir panjang, Panglima Delta melesat ke arah Yuto dan mengayunkan pedang besarnya, berniat memenggal Yuto.

*sringg!!!*

Suara desingan pedang terdengar jelas. Pedang milik Yuto telah berayun secara vertikal, membelah pedang besar milik Panglima Delta sekaligus membelah tulang rusuk tengkorak hidup tersebut dalam sekejap mata. Panglima Delta hanya bisa menatap wajah datar Yuto dengan tatapan penuh ketidakpercayaan. Beberapa detik kemudian, tulang-tulang kerangkanya membentur lantai dan terpisah-pisah, berserakan, bagai sisa makanan dari seekor binatang buas.

"Aku ... gagal?!" Panglima Delta membatin sembari mempertahankan tatapan tak percayanya. Meski tulang-tulangnya telah terpisah-pisah, kedua rongga matanya masih dipenuhi oleh cahaya merah, menandakan bahwa nyawanya masih menghinggapi tengkorak kepala tersebut. Sementara itu, pasukannya yang tersisa hanya bisa menatap tak percaya.

"Asal kau tahu, pedang ini bukan pedang biasa. Pedang ini terbuat dari bahan khusus terbaik yang pernah ditemukan oleh keluargaku," ucap Yuto sembari mempertahankan wajah datarnya, kemudian melanjutkan melawan prajurit-prajurit yang tampak marah besar karena Yuto telah melukai panglima mereka dengan fatal. Teriakan kemarahan, desingan pedang, suara logam beradu, dan suara tulang berbenturan kembali memenuhi udara. Sementara itu, dari tengah para prajurit yang berlarian penuh dendam menuju Yuto dan saudaranya, Gen Zamoto, seorang tengkorak hidup berzirah hitam menghampiri tengkorak kepala Panglima Delta. Tampak sebuah kristal merah menyala tersemat di bagian dada dari zirah hitam legamnya. Ia merupakan asisten dari Panglima Delta, Asisten Panglima Xartz.

RE: Legend (The Past of The Lord)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang