PROLOG

8.8K 323 30
                                    

Pesantren Al-Munawarrah 2018

Hujan deras mengguyur kota Solo malam itu, Nina masih melipat baju-bajunya untuk dimasukkan ke dalam koper. Jam baru menunjukkan pukul setengah delapan malam, jadwal bus yang akan dinaikinya untuk pulang masih sekitar satu jam lagi.

Sahabat-sahabat yang tinggal satu rumah dengannya di pesantren itu begitu bahagia ketika Nina mengabarkan akan pulang dan menikah dengan Pria pilihan Orang tuanya. Begitupula dengan Nina yang lebih berbahagia dengan kabar tersebut. Ya..., Irham Adiwiguna, Pria Shaleh yang ia impikan selama ini akhirnya akan dijodohkan dengannya.

Nina pun membawa koper itu ke ruang depan rumah pondok, di mana Ummi Kalsum - Isteri dari pemilik pondok pesantren itu - telah menunggunya bersama para sahabatnya untuk memberi salam perpisahan.

"Ummi...," Nina mencium tangan Ummi Kalsum dengan lembut.

"Alhamdulillah..., akhirnya santriwati Ummi yang paling Shalehah ini akan segera menemukan jodohnya. Insya Allah, Ukhti Nina pasti bahagia," ujar Ummi Kalsum.

"Amiin Ummi, Insya Allah jika Allah memang menakdirkan yang terbaik untuk saya," jawab Nina, seraya tersenyum.

Ponselnya berdering, ia melihat nomor telepon rumah yang masuk. Ia tersenyum lalu mengangkatnya, tak lupa loudspeaker ia nyalakan agar Ummi Kalsum bisa ikut mendengar suara Orang tuanya.

"Assalamu'alaikum Bu...," sapa Nina.

"Wa'alaikum salam Nak..., kamu belum naik bus?," tanya Ibunya.

"Sebentar lagi Bu..., hujan masih deras di sini," jawab Nina.

"Nak..., ada yang ingin bicara denganmu," ujar Ibunya.

"Siapa Bu?," tanya Nina.

Telepon tersebut terdengar berpindah tangan.

"Halo Kak Nina!," bentak Hana - Adiknya.

"Iya Dek..., ada apa?," tanya Nina, yang tetap sabar dengan tingkah laku Adiknya.

"Sebaiknya Kak Nina nggak usah pulang! Kak Irham itu milikku, dia pacarku, jangan main rebut saja dong Kak!," tegas Hana.

DEG!!!

Jantung Nina seakan berhenti saat mendengar kenyataan itu. Ummi Kalsum pun segera memeluknya dengan erat.

"Memangnya Kakak nggak laku gitu di Pesantren? Kan banyak tuh, laki-laki kampung yang pasti mondok di sana, tawarin diri ke mereka aja lah, nggak usah ke Kak Irham!," ejek Hana.

Nina pun menitikkan airmatanya di balik niqob yang ia pakai. Hatinya terasa sakit saat mendengar hinaan dari Adik kandungnya sendiri.

"Pokoknya nggak usah pulang! Nggak usah hadir di pernikahanku sama Kak Irham! Aku nggak mau Kakak menghancurkan dan mempermalukan hidupku dengan sikap Kakak yang sok Shalehah itu!."

Sambungan telepon pun terputus, Nina melepas ponselnya hingga jatuh ke lantai tanpa ia sadari. Kepalanya tiba-tiba pusing luar biasa dan perutnya terasa mual akibat stress. Sesaat kemudian, ia pun terjatuh dari pelukan Ummi Kalsum.

Semua terasa gelap.

* * *

MujahidahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang