EPISODE 49

1.5K 147 11
                                    

TA'ARUF

Nina memegangi Silvi bersama Ummi Kalsum dan Sarifa. Dhiba menatap mereka dengan gemetar. Dokter Alina - Dokter Ahli Syaraf - tersenyum sambil menggerakan kaki Silvi perlahan-lahan.

"Bismillah..., agak sakit memang di awal tapi ditahan ya..., Insya Allah cepat sembuh kalau terus dilatih seperti ini," ujarnya.

Silvi menganggukan kepalanya pelan. Dokter pun memulai.

"Subhanallah..., Dokter sakit!!!," rintih Silvi sambil memejamkan kedua matanya.

"Ditahan Ibu..., ditahan ya..., agar cepat bagus perkembangannya. Ini kan kaku bukan karena komanya Ibu, tapi memang karena jatuh dan benturan. Jadi syaraf-syaraf yang ada di tubuh Ibu Silvi harus dilatih kembali, khususnya di bagian kaki," jelas Dokter tersebut.

"Sabar ya Ukhti Silvi..., kami semua menyayangi Ukhti dan ingin Ukhti cepat sembuh," bujuk Nina.

"Nak..., sayang..., kita lakukan ini sama-sama ya, kami tidak akan meninggalkanmu. Kami akan selalu ada di sisimu dan mendukungmu," tambah Ummi Kalsum.

"Baik Ummi...," jawab Silvi, parau.

Ummi Kalsum mengecup kening Silvi dengan hangat sehingga Wanita itu mulai kembali bersemangat. Dokter Alina mulai menggerakan lagi kedua kaki Silvi perlahan-lahan. Silvi menggigit bibir bawahnya untuk menahan sakit yang mendera hebat di sekujur tubuhnya.

"Bagus Ibu Silvi, iya terus lemaskan kakinya Bu, tahan sakitnya, bagus Ibu sangat bagus. Oke..., cukup sampai di sini dulu latihannya. Insya Allah besok kita latihan lagi ya," ujar Dokter Alina.

"Syukron Dokter," ucap Ummi Kalsum.

"Afwan Ibu," balasnya.

Dhiba mendekat dan membantu Sarifa menyandarkan Silvi di ujung tempat tidur. Nina membuatkannya susu cokelat, sementara Ummi Kalsum terus menggenggam tangan Silvi dengan erat.

"Ummi, kami bertiga harus ke kampus. Nanti sore kami kembali lagi ke sini untuk menjaga Ukhti Silvi," pamit Sarifa.

"Iya Nak..., pergilah ke kampus dan hati-hati di jalan."

Usai Nina, Sarifa dan Dhiba pergi, hanya tinggal Ummi Kalsum dan Silvi saja di dalam ruangan itu.

"Ummi kangen sama kamu," ungkapnya.

Silvi tersenyum. Ini sudah satu minggu sejak dia bangun dari kondisi koma, dan Ummi Kalsum terus mengungkapkan hal yang sama padanya. Kangen.

"Iya Mi..., saya juga kangen sama Ummi. Ummi jangan nangis lagi, saya janji, Insya Allah saya tidak akan membuat Ummi kesulitan lagi seperti ini. Saya akan lebih waspada dalam menjaga diri saya," balas Silvi.

"Tidak Nak, sudah seharusnya Ummi memang menjaga kamu. Kamu anak Ummi, Puteri Ummi, dan Ummi yang lalai karena tidak memperhatikanmu. Seharusnya sejak awal Ummi sudah mengusir Rika dari kampus agar tidak mengganggumu lagi, tapi Ummi terus-menerus mendiamkannya hingga akhirnya kamu jadi seperti ini.

Silvi kembali tersenyum.

"Mi..., Ummi sudah melakukan hal yang benar. Kita ini manusia biasa, dan sudah sewajarnya kita memaafkan dan memberi kesempatan pada orang lain untuk berubah menjadi lebih baik. Rika tidak akan belajar tentang kesalahannya jika Ummi tidak memberinya kesempatan untuk memperbaiki diri," ujar Silvi.

"Nyatanya dia memang tetap tidak berusaha memperbaiki diri sampai kamu jadi seperti ini," sanggah Ummi Kalsum.

"Memang benar Mi dia tidak berubah, tapi setidaknya Allah tahu kalau Ummi sudah memberinya kesempatan untuk berubah dan itulah yang akan jadi amal baik untuk Ummi sebagai seorang pendidik," jelas Silvi.

MujahidahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang