EPISODE 35

1.6K 142 1
                                    

SEBUAH AKHIR

Hana duduk di sebuah pondok kecil di tengah perkebunan saat hujan mengguyur daerah itu dengan lebat. Uang di dompetnya menipis, ia tak lagi bisa menyewa hotel mewah seperti sebelum-sebelumnya. Ia bahkan belum makan sesuap nasi pun hari itu. Rasa perih di lambungnya mulai tak terkendali.

"Ma..., aku lapar! Aku udah nggak sanggup jalan lagi..., capek lari-lari terus!," rengek Hana, pada kehampaan.

Kedua matanya menatap ke arah langit yang gelap. Di sekitarnya tak terdengar apapun selain derasnya hujan. Ia menoleh dan melihat sosok Irham di sampingnya seraya tersenyum manis ke arahnya.

"Mas..., Mas Irham?," Hana menatap tak percaya.

"Memangnya kamu pikir aku ini siapa? Kenapa harus ditanya segala sih?."

Hana tersenyum dan segera memeluknya dengan erat. Ia benar-benar bahagia.

"Kamu nggak pernah pulang. Padahal aku nunggu kamu di rumah."

"Mas Irham nunggu aku? Mas nggak bohong kan?," tanya Hana.

"Kapan Mas pernah bohong sama kamu? Kamu satu-satunya yang Mas inginkan selama ini. Kamu ragu?."

"Nggak Mas..., nggak sama sekali. Hana nggak ragu sama Mas Irham, Hana juga cinta sama Mas Irham," ungkap Hana.

"Terus kenapa kamu nggak pernah pulang? Mas nungguin kamu, udah masak buat kamu biar bisa makan enak, Mas juga udah siapin air panas untuk kamu mandi. Tapi kamu nggak pernah pulang."

"Mas kenapa nggak bilang sama aku kalau Mas nunggu aku pulang? Aku kan bisa pulang lebih cepat kalau Mas Irham ngomong. Aku pikir Mas cuma nunggu Nina selama ini!," rajuk Hana.

"Kamu ngomong apa sih? Kapan Mas nunggu Nina? Mas cuma nunggu kamu. Jadi kamu benar-benar ragu ya sama Mas?."

"Nggak Mas! Hana yakin seratus persen sama Mas Irham, Hana nggak pernah ragu," Hana takut Irham pergi.

Diam dan hening beberapa saat.

"Mas, apa Mas tahu kalau selama ini aku sangat mencintai Mas Irham sejak kita pertama kali bertemu?," tanya Hana.

"Iya, aku tahu."

"Lalu kenapa Mas Irham memilih Nina daripada aku?," Hana merasa sedih.

"Siapa yang memilih Nina? Aku memilih kamu, makanya aku ada di sini bersamamu, bukan bersama Nina."

"Aku selalu menunggu Mas pulang dari Mesir selama ini, tapi saat Mas pulang waktu itu hanya Nina yang Mas cari. Bukan aku," rajuk Hana.

"Itu karena Mas harus berpura-pura di depan Ayah tirimu. Kamu yang Mas cari, bukan Nina."

"Apa Mas Irham juga tahu kalau aku sudah menyiapkan diri untuk menikah dengan Mas waktu itu?," tanya Hana lagi.

"Tentu saja Mas tahu. Mas selalu memperhatikanmu Hana. Mas cuma menginginkan kamu untuk menjadi pendamping hidup Mas seumur hidup."

Kedua mata Hana berbinar bahagia saat mendengar jawaban itu. Ia menatap Irham sepuas hatinya, seakan-akan takut kehilangan lagi.

"Aku nggak akan pernah mengecewakan Mas Irham, aku akan jadi Isteri yang baik untuk Mas Irham, aku juga siap menjadi Ibu dari anak-anak kita nanti," ujar Hana.

"Iya, Mas tahu itu. Mas juga nggak akan mengecewakan kamu, Mas akan jadi Suami yang baik untuk kamu, dan Mas juga siap menjadi Ayah dari anak-anak yang akan kamu lahirkan nanti."

Pelukan Hana semakin erat, ia merasa sangat lega karena cintanya ternyata tidak bertepuk sebelah tangan. Irham juga mencintainya, hanya saja Nina lah yang menjadi penghalang di antara mereka berdua sehingga Irham tak bisa menikahinya waktu itu.

Kini, Hana bertekad bahwa Irham tak boleh lagi pergi jauh darinya. Irham harus terus berada di sisinya, ia tak akan melepaskan Irham untuk siapapun. Irham hanyalah miliknya, sampai mati pun Hana akan mengikat Pria itu dalam kehidupannya.

"Mas..., jangan pergi lagi," pinta Hana.

"Mas nggak akan pernah kemana-mana lagi. Memiliki kamu sudah lebih dari cukup bagi Mas, dan Mas nggak akan meninggalkan kamu lagi seperti dulu."

"Janji ya Mas, jangan pernah ingkar padaku," Hana berharap.

"Ya, kamu bisa pegang janji Mas. Kamu harus selalu mengingat janji yang Mas ucapkan. Kamu sudah minum obat?."

Hana menggelengkan kepalanya. Ia memperlihatkan botol obat yang telah kosong pada Irham, isinya yang terakhir telah ia telan semalam. Irham mengacak-acak rambut Hana dengan sayang.

"Tidak apa-apa, mulai sekarang kamu tidak butuh obat itu lagi. Kamu sudah punya Mas, Mas akan menjaga kamu dengan baik."

Hana semakin bahagia.

"Kalau begitu ayo, kita pulang! Mas sudah siapkan semuanya untuk kamu. Mas mau menikah sama kamu."

Hana tersenyum mendengar ajakan itu. Ia segera menganggukan kepalanya dengan mantap. Irham menarik tangannya dan menggandengnya untuk berjalan bersama menuju rumah mereka.

Sebuah rumah terlihat sangat megah dan indah, Irham terus menggandeng tangan Hana dengan erat hingga benar-benar berhenti di depan pagar rumah itu.

"Ini rumah kita. Di sini, kita akan memulai segalanya dan mengakhiri yang telah lewat."

"Iya Mas Irham, aku mau mengawali yang baru sama kamu. Aku akan meninggalkan semua yang sudah berlalu di belakang," ujar Hana.

"Ayo..., kita masuk."

Hana mengangguk menuruti ajakan itu. Ia pun benar-benar melangkah menuju tempat yang baru, dan mengakhiri semua yang sudah berlalu dengan kematian.

Di tengah hujan deras yang masih mengguyur daerah perkebunan itu, sesosok mayat terbaring di dasar jurang yang gelap akibat halusinasi yang menuntunnya.

Hana!

* * *

MujahidahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang