RUNTUHNYA DINDING ITU
Fikri sedang membolak-balikan halaman buku yang tengah ia baca, tangan kanannya mencatat beberapa informasi yang belum ia dapatkan sebelumnya ketika Dosen menjelaskan. Dimas datang dengan setumpuk buku referensi yang di dapatnya dari perpustakaan.
"Susah nyarinya..., ini banyak buku kupinjam tapi belum tentu ada yang menyangkut pembahasan tadi," ujar Dimas.
Ibrahim mengucek-ngucek wajahnya dengan lelah. Ia benar-benar pasrah jika tak menemukan apapun untuk dikumpulkan sore itu. Ia bergegas keluar kelas menuju toilet untuk mencuci mukanya yang kusut.
Silvi pun terlihat menyerah dengan semua buku di hadapannya, nasibnya sama persis dengan trio Ikhwan yang duduk tepat di belakangnya.
Tok..., tok..., tok...!!!
"Assalamu'alaikum para calon penghuni surga," sapa Dhiba, bersemangat.
"Wa'alaikum salam...," jawab semua orang yang ada di kelas itu.
Nina dan Sarifa mengekori langkah Dhiba menuju meja milik Silvi.
"Cari siapa?," tanya Silvi, lemas.
"Cari Ukhti-Ukhti yang pernah jadi bintang iklan jamu...," jawab Dhiba, asal-asalan.
Sarifa dan Nina pun mencubit kedua lengan Dhiba dengan gemas. Silvi terkikik geli melihat tingkah Dhiba.
"Kamu kenapa Ukhti? Kelihatannya kurang semangat?," tanya Sarifa.
"Biasa..., tugas mencari materi dan akan dikumpulkan dua jam lagi. Tapi materinya belum ketemu," Silvi merajuk, manja.
Nina meraih buku milik Silvi dan duduk di sebuah kursi kosong. Sarifa dan Dhiba menatap Silvi dengan serius.
"Kita jadi mau cari bahan makanan untuk isi kulkas kan?," tanya Dhiba.
"Iya jadi..., tapi sudah direncanakan belum, mau beli apa saja di pasar?," tanya Silvi.
"Beras...," jawab Sarifa.
Silvi dan Dhiba menatapnya.
"Sejak kapan beras ditaruh di kulkas?," Silvi kebingungan.
Sarifa tersenyum malu dari balik niqob-nya, dan meluncurlah tangan-tangan halus namun menyakitkan yang mencubit kedua pipinya. Nina asyik sendiri dengan buku di hadapannya sampai tak menyadari bahwa Sarifa telah menjadi korban kelembutan tangan milik Silvi dan Dhiba. Silvi menatap ke arah Nina pada akhirnya, setelah sadar bahwa Nina tak bersuara sama sekali.
"Ukhti Nina..., sedang apa?," tanya Silvi.
Nina pun menyerahkan buku catatan milik Silvi.
"Masya Allah!!! Ukhti Nina menulis ini??? Tahu dari mana tentang materi ini???," tanya Silvi, takjub.
"Sudah kupelajari duluan di kelas. Pak Reza selalu mengajar dengan metode cepat, dia juga tidak pernah memberi tugas yang belum kami pelajari," jawab Nina.
Fikri mengintip dari arah belakang.
"Wah..., enaknya belajar di kelas Pak Reza. Tidak dibikin susah," ungkap Fikri, jujur.
"Tidak boleh begitu Akh Fikri..., semua Dosen sama, hanya saja cara mengajarnya yang beda. Akh Fikri belum mendapat materinya juga?," tanya Nina.
Fikri mengangguk.
"Saya juga belum dapat materinya Ukhti Nina..., buku sebanyak ini tidak ada satu pun yang bersangkutan dengan materi," ujar Dimas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mujahidah
Spiritual[COMPLETED] Ya Allah, jika memang bukan takdirku maka ambillah jika memang tak halal untukku maka ambillah jika memang tak baik untukku maka ambillah jika memang tak berkah untukku maka ambillah Namun jika itu adalah takdirku, halal untukku, baik un...