EPILOG

2.9K 142 16
                                    

Satu Tahun Kemudian...

Fikri menatap Ibrahim dan tersenyum mengejek.

"Ayo jujur..., pasti dalam seumur hidupmu nggak pernah terpikirkan sama sekali kalau hari ini akan tiba ,kan?," tanya Fikri.

Ibrahim membalas senyum penuh ejekan itu dengan sebaik mungkin.

"Ya..., kamu benar. Tidak pernah sama sekali dalam kehidupanku selama ini terpikirkan kalau aku akan menggendong anak di hari libur sekaligus menjemur kasur dan melihat wajahmu yang mengesalkan!," jawab Ibrahim, sangat jujur.

"ABI!!!," suara nyaring itu terdengar bagaikan mimpi untuk Ibrahim dan Fikri.

"Abi kasurnya di angkat..., nanti keburu hujan. Zidan jangan sampai kehujanan Bi," ujar Sarifa.

"Iya Mi..., ini kasurnya lagi dipukul-pukul dulu," sahut Ibrahim.

"Abi, kapan selesainya sih menjemur baju? Ini pompa air mau dibetulkan. Ziyan jangan sampai kehujanan Abi..., cepat masuk," ujar Dhiba.

"Iya Mi..., ini bajunya lagi diperas dulu airnya," jawab Fikri.

Di luar, Ibrahim dan Fikri malah bermain lari-lari hingga Ziyan dan Zidan tertawa-tawa dalam gendongan Abi mereka masing-masing.

Dhiba dan Sarifa keluar dari rumah mereka masing-masing yang berdampingan dan hanya berbatas pagar pendek. Mereka menatap kekacauan yang terjadi. Kasur melintang hampir jatuh, cucian tidak benar-benar berada di jemuran dan bahkan ada yang terletak di atas kasur.

Kedua Wanita itu memang tak pernah bisa mempercayai Suami mereka jika sedang bekerja bersama-sama. Pasti kejahilan mereka akan terbit begitu saja dan menimbulkan kekacauan.

"ABI!!!."

Fikri dan Ibrahim pun berhenti di tempat mereka masing-masing lalu menoleh pada Sarifa dan Dhiba untuk tersenyum manis.

"PULANG!!!."

* * *

Ditunggu Extra Partnya ya...

MujahidahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang