TERSULUT
Hana menatap layar televisi di hadapannya dengan geram. Kedua matanya menatap tajam ke arah sosok yang paling ia benci dalam hidupnya, Nina!
"Alhamdulillah, saat ini saya sudah dalam kondisi baik-baik saja. Meskipun pada awalnya saya merasa sangat berat, tapi saya tetap mencoba untuk bangkit."
Hana benar-benar mengepalkan kedua tangannya erat-erat saat mendengar jawaban Nina terhadap pertanyaan dari pembawa acara tersebut.
"MAMA!!! MAMA!!!," teriak Hana, histeris.
Rena yang sedang bersantai di kamarnya pun segera turun dari atas tempat tidur, ia setengah berlari keluar dari kamarnya menuju ruang tengah.
"Ada apa sih Hana?," tanya Rena, kesal.
"LIHAT ITU!!! LIHAT!!! ITU NINA!!!," tunjuk Hana sambil memperbesar volume suara televisi.
Rena menatap layar televisi itu baik-baik.
"Setelah peristiwa itu, saya dengar anda sempat mengalami shock selama beberapa hari. Apa itu benar?."
"Ya, benar. Saya memang sempat mengalami shock berat akibat perbuatannya pada keluarga saya. Tapi saya benar-benar bangkit, setelah semua orang di sekitar saya termasuk Dokter yang menangani saya mengatakan bahwa saya sedang mengandung anak dari Suami saya. Saya tidak lagi berputus asa, karena saya merasa bahagia saat tahu bahwa Allah menitipkan kenang-kenangan terakhir dari Suami saya sebelum dia meninggal dunia."
Hana menutup mulut dengan kedua tangannya karena kaget setelah mendengar jawaban dari Nina yang terlihat sedang mengusap perutnya yang membuncit. Rena pun ikut terpaku di tempatnya.
"TIDAK!!! TIDAK BOLEH!!! NINA TIDAK BOLEH PUNYA KENANG-KENANGAN DARI MAS IRHAM!!! MAS IRHAM HANYA PUNYAKU!!! MILIKKU!!!," teriak Hana yang semakin histeris.
Rena meraih tubuh Puterinya dan menahannya kuat-kuat.
"Sudah Hana, cukup! Jangan heboh dulu seperti ini!," tegas Rena.
"NGGAK!!! INI SEMUA SALAH MAMA!!! MAMA SEHARUSNYA TIDAK MEMBIARKAN NINA HIDUP!!! NINA SEHARUSNYA IKUT MATI BERSAMA AYAHNYA!!! SEHARUSNYA HANYA AKU YANG BOLEH MEMILIKI KENANG-KENANGAN DARI MAS IRHAM!!! MAS IRHAM MILIKKU!!!."
Hana pun melempar toples berisi abu dari jasad Irham yang selalu di bawa-bawanya kemana-mana.
PRANGGG!!!
Toples itu pecah berkeping-keping dan isinya berhamburan kemana-mana. Rena tak suka melihat hal itu, ia pun segera mengambil jarum suntik dan membius Hana agar tak mengamuk lagi.
"NGGAK!!! AKU NGGAK MAU TIDUR!!! MAMA JAHAT!!! MAMA JAHAT!!!."
Hana pun terkulai lemas di atas lantai setelah obat bius itu benar-benar mengalir dalam tubuhnya. Rena mengatur nafasnya yang terengah-engah sejenak di samping tubuh Hana yang masih berada di atas lantai. Ia benar-benar merasa marah saat itu, ia benar-benar ingin melampiaskan kemarahannya secara membabi buta. Dan sasaran kemarahan yang paling ia inginkan adalah Nina, Wanita terkutuk yang selalu merebut hal yang seharusnya menjadi milik Hana.
Flashback On
HAHAHAHAHAHA!!!
"Kamu bisa saja Nak Irham, Paman ini sudah tua jadi tidak mungkin masih kelihatan sesegar dulu saat kamu masih kecil," ujar Damar, merendah diri.
Irham hanya tersenyum tulus seperti biasanya, lalu kembali berbincang-bincang dengan Damar.
Rena mendekat ke arah ruang tamu, namun ia berhenti saat melihat Hana yang diam-diam mengintip dari balik tembok dengan wajah malu-malu. Ia mendekati Puterinya dan membuatnya terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mujahidah
Духовные[COMPLETED] Ya Allah, jika memang bukan takdirku maka ambillah jika memang tak halal untukku maka ambillah jika memang tak baik untukku maka ambillah jika memang tak berkah untukku maka ambillah Namun jika itu adalah takdirku, halal untukku, baik un...