Nueve

7.7K 437 15
                                        

Kembali Alexa memikirkan cara untuk keluar dari castle ini. Entah kenapa otaknya tiba tiba blank. Meskipun biasanya memang otak Alexa jarang digunakan.

Ia tidak memperdulikan semua itu, yang terpenting sekarang ia harus cepat keluar dari sini.

"Bagaimana ini" Alexa menggigit kukunya kebingungan.

Ia menoleh kearah jendela, memerhatikan keadaan sekitar. "Sepertinya sepi"

Dengan segala kenekatannya, Alexa keluar dari kamarnya. Ia berjalan dengan was was. Bahkan ia merasa dirinya berjalan layaknya pencuri saat ini.

Alexa bernapas lega saat ia berhasil keluar dari castle itu. Untung saja kemarin Viero memberitau jika ada pintu kecil di belakang castle. Dan disana jarang sekali dijaga.

Alexa mengedarkan pandangannya, ia baru menyadari jika sekarang dirinya berada ditengah hutan. Sinar cahaya yang minim serta suara aneh membuat Alexa merinding.

Bagaimana sekarang, ia tidak tau harus melangkah kemana.

Dengan ragu ia berjalan mengikuti jalan setapak yang terlihat samar samar karena tertutupi oleh rumput liar.

Alexa tidak tau keberadaannya saat ini. Ia hanya terus melangkah. Dan tanpa ia sadari, ia malah semakin terjerumus kedalam hutan belantara ini.

Kabut mulai menebal. Yang Alexa lihat saat ini hanya pepohonan hitam yang sangat suram. Seperti tidak ada tanda tanda kehidupan disini.

Satu hal membuat Alexa sangat terkejut, ketika kakinya terjerat akar akar panjang dari pohon pohon yang ada dihutan ini. Merasa panik, Alexa bersusah payah melepaskan jeratan tali itu. Tapi tampaknya usahanya sia sia. Yang terjadi malah sebaliknya, tali itu mencengkram kaki Alexa makin erat.

Dengan sisa tenaga yang masih Alexa miliki, ia berteriak meminta tolong. Meskipun ia tau kecil kemungkinan akan ada orang yang menolongnya.

Tapi, didunia ini masih ada yang namanya keajaiban bukan? Alexa berharap keajaiban itu berpihak padanya untuk saat ini. Dalam situasi segenting ini.

Kian lama Alexa berteriak, tidak ada satu orang pun yang datang. Keyakinannya hanya sedikit tersisa. Teriakannya mulai melemah. Ia pasrah kalau memang ini adalah akhir hidupnya. Memang terkesan bukan sifat Alexa. Tapi untuk saat ini, apa yang bisa ia perbuat. Ego tidak akan bisa menyelamatkannya dari maut.

Alexa menunduk lemah, menahan rasa sakit karena cengkeraman akar pohon dikakinya.

"Astaga, kau kenapa?"

Alexa mendongak, penasaran akan pemilik suara yang tadi ia dengar. Tampak sesosok wanita cantik berpakaian layaknya pendekar. Entahlah apa sebutannya.

"T.. tolong aku"

Dengan cekatan wanita itu mengekuarkan pedangnya untuk memotong akar yang menjerat kaki Alexa.

Alexa bernapas lega ketika ia sudah bebas dari jeratan akar pohon tadi. "Jangan senang dulu, sepertinya ini jebakan dari Althiera"

Kebingungan menghinggap dibenak Alexa. Siapa tadi? Althiera? Apakah ia mengenalnya?

"Tunggu, Althiera?"

Wanita itu mengangguk "Dari klan Shapeshifter"

Hal apa lagi itu. Sungguh, otak Alexa tidak dapat mencapai pemikiran tentang dunia sihir ini. Apa semua makhluk disini adalah lulusan Hogwarts? Sepertinya iya.

"Kami bukan lulusan Hogwarts"

Alexa mengangguk. Tunggu, apa tadi? Dia bisa membaca pikirannya?

"Yup, aku bisa membaca pikiranmu"

Alexa melongo tidak percaya "Bagaimana..."

Seakan mengerti kebingungan Alexa, wanita itu mulai menjelaskan "Aku dari klan Enchanter, kau tau kan kemampuan klan ku"

Sontak Alexa menggeleng cepat.

"Bagaimana bisa" Wanita itu menatap Alexa tidak percaya "Setauku semua penyihir mengetahui kemampuan setiap klan"

Alexa memprotes tidak terima "Aku bukan seorang penyihir"

"Manusia?" Alexa mengangguk "Bagaimana kau bisa berada disini"

Alexa mengingat bagaimana ia bisa berada disini. Dari mulai Aldrich membawanya dengan alasan bunga lily berwarna hitam. Sampai kenyataan yang ia dengar tentang pernikahannya dengan ketujuh mantan kekasihnya.

"Jadi kau Alexa? Istri ketujuh príncipe itu?"

Alexa baru mengingat jika penyihir yang ada dihadapannya ini bisa membaca pikiran orang. Sepertinya ia harus mengendalikan pikirannya saat berada didekat penyihir ini.

Wanita itu terkekeh pelan "Kalau begitu, kau harus mengendalikan pikiranmu juga saat berada didekat salah satu suamimu"

Lagi, Alexa bertanya tanya.

"Darren mempunyai klan yang sama denganku"

Alexa tertegun. Bukan, bukan karena fakta tentang klan Darren. Tapi, apakah wanita itu mengenal mereka?

"Kau mengenal mereka?" Wanita itu hanya tersenyum tipis menjawab pertanyaannya.

Alexa berdecak "Lain kali jangan asal membaca pikiran orang"

Wanita itu menggedikan bahu "Itu kemampuanku"

Alexa hanya bisa mendengus sebal. "Siapa namamu?"

Baru saja wanita itu akan menjawab, tiba tiba terdengar suara gemrusuk di semak semak belikar.

"Kita harus segera pergi dari sini"

"Tunggu, siapa nam-"

Belum sempat Alexa menyelesaikan kalimat tanyanya, suara selanjutnya menyelah.

"Namaku Dyera"

"Namaku Dyera"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seven Witch Príncipe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang