Seminggu sebelum mengikuti lomba CC nasional aku sibuk belajar demi meraih hasil yang memuaskan nanti, tak hanya itu aku juga belajar bersama 2 Siswi Lainnya yang akan berjuang bersama ku nanti.
Yang membuat aku kesal saat ini dimana hari ini setelah pulang sekolah adalah giliran belajar di rumah Ana, perasaan ku sedikit canggung, serasa aku tidak mau untuk kesana, sekarang aku sudah berdiri dihadapan motorku, ku lihat di ponselku sudah banyak pesan masuk dari si bandel Rasya, mereka sudah menungguku di sana.
" Aku sudah seperti anak-anak saja, semenjak mereka bergabung belajar bersamaku!" Aku sedikit geram.
Ku langkahkan kaki dan Naiki motorku dan segera berangkat ke kediaman Ana.
Sesampainya disana tak sengaja aku berpas-Pasan dengan Tuan Salim yang baru saja pulang, awalnya aku segan untuk memasuki rumahnya yang mirip bak seperti istana Bogor itu, aku duduk di atas motorku menutup niatku untuk masuk.
Tuan Salim heran dengan apa yang aku lakukan, lalu ia menghampiriku, entah kenapa lagi jantungku berdetak kencang kembali saat ia sudah berdiri dihadapan ku.
" Hei, kenapa kau tidak masuk kedalam?" Tanya Tuan Salim.
Aku hanya diam saja dan tidak menjawab pertanyaan darinya, aku mengalihkan pandanganku kearah lain untuk menghindari tatapan nya yang membuat aku sedikit terpana.
" Hei, Nona Rara, Ana dan Rasya sudah menunggu kamu tuh!" Tegur tuan Salim yang membuat ku sedikit gugup dan salting.
" Ayo kk, masuk!" Teriak Ana dari pintu depan.
Aku segera beranjak dari atas motorku, tetapi tuan Salim...
" Hei tunggu!" Salim mendekatiku dan membuka helm yang ada di kepala ku, hal itu sontak membuat aku kaget dan tersipu malu karena aku lupa melepaskan helm yang ada di kepala ku.
" Astaga Rara... Kenapa kau bertingkah seperti orang bodoh saja?" Kesal Rara dalam hati.
" Masuklah segera!" Salim.
Aku sedikit malu, ku cepat kan langkah kaki ku untuk memasuki rumahnya. Kini kami tengah belajar bersama di taman rumah Ana, dengan seriusnya aku mengajari setiap materi perlombaan tetapi Ana dan Rasya malah membuat pelajaran menjadi bahan candaan, aku begitu geram dan frustasi karena tingkah mereka.
" Yang sabar Rara...., Kamu harus bisa!" Gumam ku.
" Kakak kenapa?" Ana heran melihat tingkahku.
" Ayolah, kalian harus serius belajar nya!" Pintaku.
" Iya kak!" Rasya.
Tiba-tiba aku kebelet pengen pipis, aku menanyakan dimana toilet ke Ana, tetapi Ana dan Rasya sibuk bermain gadget mereka, aku memilih untuk pergi mencari toilet di rumah yang sebesar istana tersebut.
Aku bingung di mana toilet nya, aku sudah tidak bisa menahan lagi, aku segera menuju dapur, tidak sengaja aku menabrak Tuan Salim yang pada saat itu sedang mengambil air di kulkas dapur, aku sontak kaget dan menutup muka ku karena Tuan Salim tidak menggunakan baju.
" Maaf Tuan, aku tidak sengaja!" Aku begitu gugup dan gemetaran, sesekali aku melirik dari balik jemari yang menutupi muka ku.
Terlihat tubuh sispek dari tuan Salim, ototnya begitu tampak elastis, tubuhnya sedikit seksi, aku sampai menelan air ludah karena melihat hal tersebut, entah apa yang aku rasakan saat ini? Aku gak karuan, sementara itu tuan Salim hanya berdiri menatap ku yang bertingkah seperti orang bodoh yang tidak tau apa-apa.
" Toilet ada di belakang!" Ucap tuan Salim sambil menuangkan segelas Air putih.
Aku berjalan menyamping sambil melewati tuan Salim sambil menutup mukaku, karena Malu dan gugup aku tidak sadar kalau aku terpeleset, aku hampir saja terjatuh dengan sigap tuan Salim menangkap ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema Sebuah Rasa
RomanceKisah Cinta ini berbeda dari sebelumnya, Dilema sebuah perasaan yang mengharuskan Rara untuk menikah dini dengan seorang Pria pengusaha besar yang sudah memiliki seorang anak perempuan yang begitu sayang padanya.