four

7.8K 914 46
                                    

"Gua pulang ya, Yun. Udah malem, salam sama om tante." ujar Jisung sambil mengantongi dompet dan mengambil kunci motornya.

"Takut, kak..." ujar Yuna yang hendak menutup pintu rumahnya. "Telfon gua, ntar gua temenin sampe tidur."

"Serius kak? Yaudah hati-hati yaaa...hehehe." ujar Yuna kegirangan.

Setelah Jisung pulang, Yuna menggosok giginya dan segera berselimut di kasur. Yuna menunggu Jisung meneleponnya.

Setelah setengah jam menunggu, Jisung tak kunjung menelepon Yuna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah setengah jam menunggu, Jisung tak kunjung menelepon Yuna. Yuna merasa mengantuk sendiri, dia memutuskan untuk tidur.






























***

Yuna terbangun jam 11 siang, untung saja dia sedang berhalangan jadi dia tidak melewatkan shalat shubuh. "Loh kak ngapain disini?" ujar Yuna yang baru menyadari kehadiran Jisung di sofanya, Jisung sedang bermain game seperti biasa.

"Mandi, kita mau jalan." ujar Jisung singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya. Yuna menatap Jisung keheranan, sejak kapan Kak Jisung-nya menjadi seperti ini? Biasanya Yuna harus memaksanya terlebih dahulu baru Jisung mau jalan bersama dirinya, itupun Jisung ogah-ogahan.

"Mau kemana, kak?" tanya Yuna sambil menyiapkan bajunya di atas kasur. Jisung tidak menjawab, malah mengalihkan topik. "Mandi sana." ujar Jisung lagi. Yuna mendengus lalu mengusir Jisung keluar dari kamarnya.

"Tunggu dibawah gih, kak. Gue mau mandi." ujar Yuna. Jisung tidak menjawab apapun dan langsung turun ke ruang tengah. Yuna segera masuk ke kamar mandinya dan mandi.

Selesai mandi, Yuna berpakaian dengan oversized sweatshirt dan celana jeans pendek. Yuna memoleskan liptint dan memakai tas selempangnya lalu turun ke ruang tengah.

"Akhirnya kamu turun, lama banget sih mandi doang." ujar Sooyoung. "Dih kan aku cewek, emang Bang Lucas mandi dua detik juga kelar." cibir Yuna.

"Apaan sih kok gue?" ujar Lucas yang sedang melahap sarapan. "Berisik lu, diem deh bang." ujar Yuna.

"Lu duluan, anjeng." sinis Lucas yang langsung ditabok oleh Sooyoung. "Hush ngomongnya. Udah udah, jangan berantem. Yuna kamu mau makan di rumah apa langsung jalan aja sama Jisung?"

"Jalan langsung aja ma, males soalnya ada Bang Lucas. Btw papa mana, ma?" tanya Yuna. "Gue terossss." ujar Lucas.

"Eh udah ah, kalian nih berantem terus. Papa masih tidur, nanti mama bilangin kalo kamu pergi sama Jisung. Udah berangkat, gih. Capek mama denger kamu berantem terus sama abang." ujar Sooyoung. "Kita pamit ya, tante, bang." ujar Jisung lalu salim kepada Sooyoung dan menepuk bahu Lucas. "Gue nitip Geprek Bensu ya, Sung. Baliknya pas malem aja biar sekalian gue makan malem gitu."

"Gadir banget sih! Udah ah, ga bakal Jisung beliin juga." ujar Yuna sambil menarik Jisung setelah salim kepada mamanya.

Yuna duduk di kursi depan mobil sambil menunggu Jisung memakai sepatunya. Tak lama, Jisung duduk di kursi pengemudi dan menstarter mobilnya. "Pulangnya jangan malem-malem banget. Kan kakak besok flight pagi." saran Yuna. Jisung mengangguk lalu mencondongkan badannya ke Yuna, berniat memasangkan safety belt. "Eh kaget kak, Ya Allah."

"Biasain make, lupa mulu." ujar Jisung lalu melajukan mobilnya tanpa aba-aba. "Mau kemana sih, emangnya, kak?" tanya Yuna.

"Dufan." jawab Jisung. Yuna terdiam, lalu menoleh ke arah Jisung dengan tatapan heran. "Kalo lo gak suka, kita ke tempat lain aja." ujar Jisung lagi. "Nggak kak, gue suka. Suka banget malah, heran aja. Kan waktu itu, gue ngajak kakak ke Dufan terus kakak ga mau. Kirain kakak ga suka." jelas Yuna.

"Gue ga suka. Tapi lo suka jadi gue suka juga." ujar Jisung. Yuna spontan tertawa, "Gemes banget sih ngomongnya jutek-jutek gitu perhatian." Jisung tak meresponnya lagi, Yuna memilih mendengarkan lagu melalui bluetooth mobil Jisung.

Tak lama, mereka pun sampai di Dufan. Jisung dan Yuna sedang mengantri untuk membeli tiket, untung saja Jisung menjemput Yuna pagi-pagi, jadi loket tiketnya masih sepi. "Kak beli yang fast track aja plis, bayar sendiri aja tapi. Liat dong itu ngantri tornado seberapa panjang." pinta Yuna. "Gue bayarin." jawab Jisung.

"Aku aja, bayar sendiri-sendiri. Plis." ujar Yuna lalu mengeluarkan dompetnya. "Mbak, 2 tiket yang fast track ya." ujar Jisung sambil menyerahkan kartu debitnya ke penjaga loket. "Kaaaakkk...gitu deh..." rengek Yuna.

"Pasang dulu." ujar Jisung sambil menyodorkan gelang tiket ke Yuna. Lalu Jisung dan Yuna masuk ke area permainan. "Kak sini dulu gue mau bayar ke kakak." ujar Yuna sambil menarik Jisung untuk meminggir agar tidak menghalangi orang jalan.

"Gak. Gue ikhlas." ujar Jisung sambil mengantongi tangannya. "Ck, apaan sih kak. Gue jadi kaya cewek matre tau." ujar Yuna sambil memasang muka bete.

"Lo bayar kita gak main." ujar Jisung. Yuna jadi makin bete, Yuna memang tipe orang yang mandiri. Dia tidak suka bila ada yang membantunya bila dia bisa sendiri. "Yaudah ayo main." ujar Yuna pasrah. Jisung menggandeng tangan Yuna, tentu saja Yuna terkejut dan langsung menoleh ke Jisung. Yuna berusaha menetralkan detak jantungnya, Yuna juga waspada jika wajahnya akan memerah.

"Halilintar dulu yuk." ujar Yuna.

























***

Yuna dan Jisung sedang makan, mereka sudah keluar dari area Ancol. Saat hendak pulang, Yuna mendadak lapar dan mengajak Jisung ke salah satu restoran. Jisung sudah selesai makan dahulu, "Gua keluar ya. Mau nyebat bentar." ujar Jisung, ia tahu resiko ingin merokok bila sedang bersama Yuna. Tapi, Jisung merasa mulutnya sudah asam karena belum merokok sama sekali dari pagi.

"Temenin gue makan, kak." elak Yuna tanpa mengalihkan matanya dari makanannya. "Asem banget mulut gua. Bentar doang, satu batang." ujar Jisung lalu pergi dahulu tanpa menunggu Yuna menjawab lagi. Yuna menghela nafas, ia kira hari ini akan menjadi hari bahagia, ternyata sama saja. Yuna juga berusaha menerima sifat nakal Jisung apa adanya, kadang, Yuna merasa dia terlalu posesif karena banyak melarang Jisung. Yuna juga sudah banyak minta maaf, dan banyak pasrah saja. Yuna jadi bingung harus melakukan apa. Yuna tidak mau hari ini hancur hanya karena Yuna melarang Jisung merokok. Kalau Yuna sudah bergelut dengan pikirannya sendiri tentang hal ini, rasanya dia ingin menangis saja.

Yuna menyelesaikan makanannya lalu menyusul Jisung keluar. Melihat Yuna, Jisung langsung mematikan rokoknya. Yuna itu alergi asap rokok, jangankan asap rokok, bau rokok saja sudah membuat dia sesak nafas.

Selama perjalanan, tidak ada yang memulai pembicaraan. Yuna sibuk menutupi hidungnya karena Jisung yang membawa aroma asap rokok yang membuat Yuna sesak nafas. Yuna sudah bilang ke Jisung, tetapi dia hanya menjawab "Ya terus gua harus gimana? Lu mau pulang sendiri? Lu kan nggak bawa parfum, gue juga."

"Makasih ya, kak, hari ini."

Goblok banget gua, hari terakhir sebelum gue berangkat malah bikin masalah, batin Jisung yang menyesali perbuatannya.

k a s a r // park jisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang