26 -14 (1)

2.7K 312 54
                                    


26—14(1).

Author POV

Dengan kesal, Yeji menenteng beberapa lembar brosur lomba dari ruang BK ke kelasnya. Yeji jalan sambil nyumpahin Hina. Yang bikin masalah siapa, yang mulai duluan siapa, eh malah Yeji yang kena batunya.

Kata-kata Ibu Besar jadi terbayang bayang di kepala Yeji. Kata-kata Ibu Besar tuh udah panjang tapi juga menusuk, tapi juga ngebingungin.

"Kamu tahu nggak sih? Jadi ketua ekskul bukan berarti kamu bisa dihargai di sini. Kamu dipilih jadi ketua DnC karena kemampuan kamu. Tapi, di catatan kamu, kamu nggak bisa dihargai kalau cuma bermodal jabatan ketua DnC."

"Di Serinne, setiap anak harus punya seenggaknya satu prestasi. Buat apa? Supaya untuk mendaftar ke jenjang berikutnya, murid Serinne bisa gunain prestasi itu. Dan udah sebagai konsekuensinya, murid yang nggak berprestasi akan selalu dianggap terbelakang, apalagi ngeliat peringkat kamu yang makin di bawah."

"Yeji, Point minus kamu di buku merah ini udah mendekati 100. Dan kalau udah 100, kamu bisa dipastikan bakal di DO. Kenapa sih dulu pake ikutan tawuran segala? Tahu kan sekali tawuran point minusnya langsung 85?"

"Kalau kamu nggak mau di DO. Kamu harus bisa ngukur prestasi. Juara tiga, point minus kamu bisa berkurang jadi 70, juara kedua bisa jadi 50, juara pertama bisa jadi 30. Atau kalau nggak, kamu juara nasional bisa habis point minus kamu."

"Setidaknya kayak Hyunjin kek kembaran kamu. Dia emang ikut tawuran, tapi point minusnya bisa berkurang karena prestasi dia. Tapi kalau dia ikut tawuran lagi, Ibu bakal jamin point minusnya bakal nambah lagi."

Dan berakhirlah Yeji dikasih brosur-brosur isinya informasi lomba.  Ada lomba olimpiade Mat, Fisika, Bio, atau bahkan cuma orang-orang berotak mampu yang bisa ikutan. Dan sisanya cuma ada lomba Menulis, Panahan, dan Renang.

Kini, Yeji udah duduk berhadapan sama Ryujin. Lagi bicara empat mata.

"Ikutan olimpiade? Bisa-bisa gue ngucap astagfirullah tiap ketemu soal."

"Ikutan lomba nulis? Gue bisa apa? Gue bisa halu. Tapi tata bahasa gue gada yang bener."

"Apa gue ikut lomba panahan aja ya?"

Ryujin ngernyitin alisnya. "Lu yakin? Emang lu bisa panahan?"

Yeji melotot tajam. "Lu meragukan gue?"

Ryujin menggeleng. "Lu tuh pro-nya di atletik, dance, sama sketsa kali Ji."

"Masalahnya itu yang gue suka bulan ini gada lombanya. Gue cuma dikasih waktu sampe pertengahan maret doang anjir. Mana gue sibuk banget pake gabung tim SOSis-sosis itu."

"SOS Yeji," ralat Ryujin.

"Maksudnya itu."

"Ini semua tuh gegara Hina. Emang namanya aja udah Hina, kelakuannya juga Hina. Kalau tadi gue nggak berantem, kan gue masih bisa selamat. Setidaknya point minus gue masih bertahan di 90. Bukan tambah 5 point lagi anjir!" Yeji jelas nggak terima. Makanya dia ngeremukin kertas brosur itu.

Ryujin punya ide, "Gimana kalau lo ikut lomba renang aja?"

"Duh aduh apalagi itu. Gue bisa renang tapi gaya batu heheh," kata Yeji make muka watadosnya sambil ngeraih botol air, mau minum.

"Bentar deh." Ryujin menjeda ucapannya. Jadi beralih tanya ke Somi di meja sampingnya. "Somi, di sini yang pinter renang siapa?"

"Jeno tuh. Minta ajarin dia aja kalau urusan rena—"
























YOUR 119 | Lee Jeno ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang