"Devan, gua suka banget sama lo..."
"Dev, pacaran sama gue yuk"
"Nikah yuk, Van"
"Halalin aku dong kak"
"HEH ALIEN GILA ! GUE GA BAKAL SUKA KE LU !"
Hancur!
Kata kata terakhir dari Nayla membuat ilusinya pecah. Padahal begitu banyak cewe tulen yang suka padanya bukan cewe jadi jadian kayak Nayla yang bahkan mencaci dan tidak terpengaruh oleh ketampanan nya.
Cewe barbar itu entah mendapat mukjizat dari mana hingga bisa membuat seorang Devano jatuh cinta. Memang Devan sering pacaran sebelumnya, bukan berarti ia benar benar mengerti arti dari perasaannya kala itu.
Pelampiasan
Okay! Berapapun gadis yang beruntung di masa itu ketika menjadi pacar Devan hanya sebatas obat penenang untuknya. Devan tenang jika dia bisa melampiaskan dendam pada wanita wanita itu.
Dendam yang ia pendam pada Ibu kandungnya. Ibu kandungnya yang membuat Devano berubah menjadi sosok yang kejam. Kebencian yang amat mendalam dan tidak ada yang bisa membuatnya jinak untuk tidak lagi melampiaskan semua pada wanita yang pernah menjadi pacarnya
Seketika ia belum jatuh cinta kepada cewe barbar bernama Asyifa Putri Naira atau di biasa panggil Nayla
Awalnya ia trauma dengan wanita. Sejak Ayahnya meninggal, Ibunya pergi meninggalkan rumah dan menjadi wanita yang berbeda, wanita yang tidak lagi mementingkan harga diri. Puncak Trauma Devan di mulai ketika gadis paruh baya itu membawa seorang pria tak dikenal ke rumahnya dan lebih parah membawa pria itu masuk ke kamar Ayahnya.
Saat itu Devan masih sangat kecil untuk mengerti luka yang terjadi di hidupnya. Ia masih berumur 10 tahun kala itu, tidak tahu punya keberanian dari mana, ia membuka pintu kamar itu dan menyaksikan dengan matanya sendiri ibu kandungnya bersama pria lain dikamar Ayahnya.
Jika di ingat lagi, itu membuatnya ingin bunuh diri.
Karena itu, Ia menjadi sosok yang kasar dan sulit menghargai wanita. Namun entahlah, hingga sekarang ini. Sosok kejam dari diri Devan perlahan memudar ketika mengenal seorang gadis yang barbar
.
.
.
Di sekolah, Pukul 07.35
"Tumben cepet dateng" Edo sumringah menghampiri meja Devan dan tersenyum curiga. "Lagi bahagia ya..?"
Devan tak menanggapi, meletakkan tas lalu duduk santai di kursinya.
"Kantin yuk" ajak Edo. Ia mengeluarkan sesuatu dari kantongnya "ngerokok dulu"
"Bayar berapa ?"
"Ha?"
"Lo bayar berapa buat gue nemenin lo ?" Tanya Devan tersenyum jahil. Ia memang tak merokok, karena itu ia bosan setiap kali menemani Edo. Tapi sayangnya, Di kelas tak ada yang menduga jika Devan tidak merokok, mereka semua ber-opini jika Devan mungkin lebih parah dari Edo untuk mencoba hal haram lainnya.
Ya, separah itu pandangan teman sekelasnya. Tapi syukurlah, Devano terkenal di kalangan adik kelas. Ia menjadi role model di kalangan pria dan menjadi pacar idaman di kalangan wanita.
"Lo bayar berapa ?!"
"Ga bayar ! Gue kan gelandangan, masa gue bayar pangeran" Edo tertawa garing.
Di saat itu pula seseorang memasuki kelas. Tanpa sadar Devan tersenyum melihat kedatangan orang itu
"Wuih kalian janjian yak? Datangnya cepet" edo masih tertawa. Kali ini lebih garing dari sebelumnya
"Hari ini tugas kelompok di anterin" Nayla meletakkan tas lalu berjalan ke tempat Devan "lo udah selesaikan ?"
"Demi lo apasih yang engga"
Hening.....
Edo terdiam heran, Nayla memendam kesal, dan Devan hanya nyengir tanpa dosa
"Gila!" Edo menutup mulutnya. Masih tak percaya ucapan itu keluar dari mulut Devan, ia memeriksa dahi sahabatnya "iya, anget ! Ke uks yuk" Edo masih bertindak lebay
"Apasi lu!" Devan menyingkirkan tangan Edo darinya dan beralih menatap Nayla "Gimana?"
"Apanya?"
"Taruhan kita!"
"Masih ngarep lu ?! Hahaha.." Nayla tertawa keras. Ini benar benar merendahkan Devan, membuat pria itu berdiri menyuruh Edo keluar kelas dan menjaga murid lain untuk menunggu diluar agar ia bisa berbicara atau membunuh Nayla disini
"Lu makin lama makin ngelunjak yak?! Ngerasa cakep?!" Kambuh temperamental pria itu. Namun Nayla tetap tidak menggubris dan terlihat santai
"Ya udah ! Tinggal anggap itu ga pernah terjadi sama sekali kan selesai"
"Lo pikir apa yang ga bisa gue lakuin ? Bahkan buat ngebunuh Rizky pun gue bisa"
Nayla mengigit bibirnya. Amarahnya membeludak. Ia menahan tangganya untuk menampar Devan "lo ulangin ucapan lu !"
"Bener! Lo sayang banget ke dia dan lo mancing gue ! Gue ga tau rasa suka gue ke lo bisa membunuh seseorang atau enggak. Yang pasti, gue ga suka di rendahin! Kalo lo mau jagain pacar lo, lo jaga ucapan lu !" Tegas Devan berapi api. Jika gadis kedepannya ini orang lain, mungkin sudah tidak bernafas lagi saat ini.
Karena ia Nayla, Devan masih bisa menahan gejolak emosinya
"Lo pikir lo siapa ?!" Tantang Nayla tak kalah ngeri
Saat ini Devan benar benar tidak bisa menahan diri. Gadis itu benar benar tak bisa menghargainya sama sekali. Ini bukan persoalan biasa pria yang patah hati. Ini persoalan harga diri dan dendam yang ia pendam pada wanita. Nayla telah membantunya menyembuhkan dendam dan rasa benci pada lawan jenis dan gadis itu juga yang membuat dendam dan kekejaman itu semakin menguasai diri Devan.
Pria itu menendang kasar meja di depan Nayla .
Bunyi yang keras membuat Edo yang berada di luar merasa kawatir terjadi sesuatu yang buruk pada di dalam kelasnya, tapi juga tidak berani bertindak apa apa
"Lo tau seberapa parah temperamen gue kan?!" Devan menatap Nayla tajam. Kali ini gadis itu terlihat ketakutan.
"Gue ga minta lebih, Nay ! Selama ini gue ga pernah ganggu pacar lo....dan bahkan rasa benci lo ke gue ga berkurang sama sekali ! Gue ga lakuin tindakan kriminal cuma gara gara perasaan gue ke lo kan?! Sedikit aja ! Hargai gue!" Devan tak lagi meninggikan suaranya ketika gadis yang ia sayangi itu meneteskan air mata.
Pria itu diam. Mengacak rambutnya frustasi, menggerutui dirinya sendiri. Ia mendekat namun Nayla melangkah mundur. Dalam hati, Devan hanya ingin menenangkan Nayla dalam pelukannya
Tidak tahan lagi melihat Nayla menangis kemudian ia memeluknya tanpa izin
Nayla melepas kasar pelukan pria itu dan menatapnya tajam
"GUE GA BAKAL PERNAH SUKA KE LO ! DAN LO JANGAN PERNAH NYAKITIN ORANG LAIN CUMA KARENA PERASAAN LO YANG GA BERGUNA ITU !"
(BERSAMBUNG.....)
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNIOR
Teen FictionYang ia pikir bahagia tepat di depan matanya ternyata adalah luka yang tidak pernah ia kira sebelumnya. . . Sepenggal kisah tentang masa remaja ketika mengenal Cinta Pertama _________ Friendship, Teenlit And Love or Lost ©kook197