RIZKY (2) - Chapter 19

45 0 0
                                    

You are surrounded by beautiful women !

Kalimat di atas di tujukan oleh Devano.

Jadi lo ngapain ngejar cewe barbar?

Ga cakep pula

Kasar lagi

Benci juga ke lo

Yang terakhir tak bisa Devan bantah.

Memang. Hingga saat ini seseorang yang bisa membuatnya baik baik saja itu masih menjadikannya musuh.

Musuh yang patut untuk di bunuh.

Hingga Edo pun bahkan pernah mengajak Devan untuk di ruqyah kan.

Gila kan ? Tapi sepertinya pria bernama Edo memang berkelainan

Waktu itu, hari dimana ia membuntuti Nayla diam diam ke Restoran khas spanyol. Saat itu Nayla sedang berpacaran dengan Rizky dan ditemani Vera. Bayangkan saja, Saking emosinya, Devan benar benar mengganggu kebersamaan mereka

Ia mengikuti gadis itu bahkan di saat Nayla baru saja melangkah keluar kelas. Niatnya, Devan ingin modus sekaligus minta maaf untuk mengajak gadis itu entah kemana. Namun niatnya terurung melihat Rizky sudah mantap menunggu pacarnya di luar kelas

Rasanya ketika melihat Rizky, Devan seperti di tikam mati.

Pacar Nayla itu tampan

Baik

Jago basket

Idaman cewe

Dan...mana mungkin Nayla bisa luluh pada sosok Devan yang terkenal kasar dan gila ?!

Walaupun ketampanan Devan mengalahkan Rizky

Namun skenario kehidupan siapa yang menjamin ? Ya, bisa saja Devan hanya kebetulan beruntung kan?

Seperti hari ini, Nayla berada bersamanya di kelas sepi. Hanya berdua, tentu Devan bahagia

Gadis itu juga terlihat biasa biasa saja. Tidak seperti ingin menguburnya hidup hidup. Tumben Nayla seperti ini

Nayla asik menghayati puisi itu sedangkan Devan asik terlena memandangi kebahagiaannya

"Oy! Pinjem pulpen lo" pinta Nayla

"Ha ?"

"Pinjem !"

"Buat?"

"Gue mau nambah bait nya"

"Ini..." Devan memberi dengan sepenuh hati bolpoin itu. Ia kemudian tersenyum "mau gue bantu?"

"GA !"

"Oh ya udah. Gue balik duluan ya..." Devan masih tersenyum jahil, ia tahu mana mungkin Nayla membiarkannya

"Ya. Hati hati.."

Anjeeer?!

Gadis itu bahkan tak melirik padanya, sibuk menulis sesuatu di kertas itu. Lagi lagi Devan yang kalah, ia berdiri di sebelah meja Nayla "serius lo ? Gapapa sendirian?"

"Gue nanti nelpon Rizky"

"Ya udah. Gue ga jadi pulang"

"Kenapa?!" Nayla malah ketus dan terlihat tak suka.

Menyakitkan memang seorang Devan namun ia tetap tak peduli "Gue nemenin lo" lanjutnya santai

"Gue di sini. Lo pulang aja" Suara seseorang membuat mereka sontak menoleh. Dia Rizky, yang sudah berada di pintu kelas. Menatap Devan dengan pandangan tak suka

"Kenapa kalo gue nemenin pacar lo?" Tantang Devan.

Rizky menyeringai "lo pikir Nayla anggap lo apa ? Dia bahkan ga anggap lo manusia"

"Ki !" Ucapan pedas Rizky membuat Nayla menatapnya kecewa "kok ngomong gitu ?"

"Kamu masih mau di sini ?" Rizky sama sekali tidak merasa bersalah. Ia masih berdiri di pintu kelas sembari menyandang tas ranselnya

Nayla terdiam memendam kecewa yang amat mendalam lalu berusaha tersenyum "Ya udah, Iki duluan aja. Ntar kakak kabarin"

"Okay" pria itu kemudian memilih pergi. Walaupun dalam hati, ia belum bisa percaya Nayla lebih memilih bersama Devano dari pada bersamanya.

Rizky benar benar bergejolak amarah saat ini. Entah mengapa hari ini saja mood nya benar benar tidak beres. Bahkan ia belum pernah seperti ini pada Nayla, harusnya Ia tidak usah mendengar kata kata gadis itu. Cukup disana menemaninya, namun kecemburuan Rizky terlalu memenuhi dirinya hingga ia memilih gengsi dan melepas kepeduliannya

Hanya saja. Pria itu sulit untuk menerima permintaan maaf dan bahkan sangat anti oleh kata itu.
Dan jika ia sudah kecewa, Nayla harus siap terluka . Maaf tidak akan pernah berlaku di dunia Rizky hingga seiring berjalannya waktu dan berubah alur kehidupan pun, Nayla tidak akan bisa membuat pria itu seperti dahulu kala lagi.

Namun untuk saat ini, Rizky perlu menemui Riko . Nayla juga tak sepenuhnya salah kan ? Rizky juga bukan cowo pecundang, yang lari dari kesalahannya sendiri. Ia sadar juga, ia salah. Jadi kerena itu, ia perlu penanganan dini dari Sahabat terbaiknya, Riko. Ia takut, kecemburuan mejalari perasaannya hingga berubah menjadi benci.

"Riko mana?" Tanya Rizky pada seorang temannya yang masih nongkrong di markas mereka, belakang Aula

"Ga tau. Kayaknya langsung pulang tadi"

"Bukannya sama lo ya, ki ?"

Teman temannya malah balik tanya. "Ya udah. Gue duluan ya .." Pria itu pergi dan berhenti di pinggir lapangan lalu meraih ponsel dari saku celananya

Kemudian segera menghubungi Riko. Tidak butuh waktu lama panggilan itu tersambung. "Halo, ko?"

"Lo dimana ki?"

"Kenapa?"

"Gue lagi sama bokap lo"

"Ngapain?" Rahang Rizky menegas, tiba tiba ucapan Riko membuat emosinya lebih parah dari sebelumnya

"Dia nanya lo"

"Lo dimana ?"

"Di deket gerbang"

"Okay tunggu gue di situ..."


(BERSAMBUNG.....)

JUNIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang