PENYELESAIAN - Chapter 22

32 0 0
                                    

"Lo....." Nafas Nayla tercekat "Tau dari mana?" Lanjutnya masih di geluti perasaan gelisah dan bersalah. Jelas sekali dia hanyalah seorang pecundang di sini. Tidak berani mengungkap fakta dan menyembunyikan rahasia demi menjaga perasaan sahabatnya

"Benerkan ?" Vera tersenyum miris "Dia bener bener suka ke lo ternyata"

"Apa pentingnya?" Kali ini Nayla berusaha merobohkan pertahanan untuk berhenti menyalahkan dirinya sendiri "Gunanya apa walaupun dia suka? Kan udah gue bilang rasa suka gue ke Iki besar tapi masih besar rasa sayang gue ke lo"

Tiba tiba Vera tertawa renyah. Entah apa yang lucu untuknya, lebih tepat seakan akan dia menertawakan diri sendiri. Menyadari ego-nya yang luar biasa parah selama ini, masa dia tipe manusia yang rela nyari gara gara pada sahabatnya hanya karena satu pria? Huh! Menyedihkan!

"Sekarang masalah lo dimana?" Tanya Nayla berusaha menetralkan keadaan untuk mencari celah penyelesaian. Dia masih tetap ingin kegilaan Vera kembali seperti semula. Aneh jika melihat cewe aneh ini tiba tiba mejadi orang yang berbeda

"Engga ada masalah apa apa. Gue seneng lo sayang ke gue. Hormon pecinta sesama jenis masih ada ternyata..." untungnya kegilaan Vera kembali. Nayla bukannya marah namun lega, Vera tidak menjadi gadis sensitif lagi.

"Iya. Untungnya gue cuma suka ke lo doang. Ga ke semua cewe lagi!"

"Kenapa lo suka ke semua cewe? Kan gue lebih cakep dari mereka"

"Ah udah dong, Ra! Geli gue!" Nayla menyerah lalu mengeplak punggung Vera dan mereka tertawa bersama

Nayla bersyukur waktu memenuhi harapnya. Hanya bisa kembali bercanda dan menggila bersama sahabatnya saja sudah lebih dari cukup untuk di artikan sebagai bahagia

.

.

"Siapa?" Tanya Riko pada Rizky yang masih menatapnya penuh harap saat ini

"Gue ga tau! Karena itu gue minta bantu ke lo!"

"Lo aja ga tau! Apa lagi gue!"

"Kebegokan yang hakiki ini yang buat gue naik darah, Ko" Rizky memegangi pelipisnya. Ia kemudian beranjak turun dari Rooftop menuju Parkir Motornya. Terlalu lelah meladeni kebodohan sahabatnya namun Riko tetap mengekori dan memberi pertanyaan yang sama

"Ciri cirinya lo tau?"

"Heh monyet! Kalo gue tau, gue ga bakal minta bantu"

"Terus kita cari dimana?"

"Di lobang kloset"

"Gue serius!" Riko malah emosi.

Kali ini Rizky tersenyum, menyadari sahabatnya walaupun bodoh ternyata perhatian juga "Ya udah. Kita cari tau sama sama. Gue yakin, kita pasti dapetin emak emak itu"

"Dia udah emak emak? Bukan Mamah Muda?"

"Heh ferguso! Lo mau bantuin gue atau ngajak gelut ?!" Rizky mendekat dan mengalungkan lengannya di leher Riko seakan akan mencekik pria itu

"Iya maap maap !"

.

.

Devano sibuk menghayati puisi di balkon kamarnya. Sesekali bertingkah lebai sehingga membuatnya bergidik jijik sendiri.

Jatuh cinta memang menggelikan di tambah pula Puisi perpisahan untuk Anak Kelas 12 ini adalah tentang kenangan, menambah Kebucinan Devan semakin terbayang akan sang Pujaan.

Lagi apa ya Nayla? Apa dia lagi sayang sayangan sama Berondongnya? Apa lagi jalan jalan sambil gandengan tangan? Ah menjijikkan!

Halusinasi Devan buyar seketika, tidak sengaja melihat Foto keluarga masih ada di bawah lemari kamarnya. Segera ia tepiskan bayangan tentang Nayla kemudian meraih selebar foto lawas itu. Disana ibunya sedang tersenyum manis bersama Alm. Ayahnya dan sedang menggendong seorang bayi laki laki. Jika di lihat dari foto ini, tak mungkin ada yang mengira sosok wanita itu menjadi berbeda setelah kehilangan suaminya.

Bahkan segila apapun istri yang tahu suaminya meninggalkannya atau selingkuh sekalipun tidak mungkin membiarkan anak tunggalnya hidup sendirian.

Sekarang Devan jadi berfikir, sejauh yang ia tahu, Ibunya sekarang sudah punya bayi lagi dari pria lain. Namun untuk dimana keberadaan wanita itu Devan tidak tahu sama sekali.

Apa dia hidup bahagia bersama suami barunya itu? Ah ataukah lukanya sudah sembuh? Apa suami barunya sudah berhasil menggantikan Alm. Ayahnya di kehidupan Ibunya saat ini?

Namun seketika Devan tersentak. Dari pada memikirkan sesuatu yang tak mungkin terjawabkan itu lebih baik ia mencari tahu sendiri. Tiba tiba ia ingat tentang Pria paruh baya yang bertemu dengan Rizky di sekolah tadi siang.

Kemudian segera menelfon Nayla untuk meminta nomer pacarnya.

"Buat apa nomer Iki? Mau nyari gara gara lagi?" Tanya Nayla ketika Devan mengatakan maksud karena menelfonnya

"Jelek banget pikiran lo ke gue ya?!"

"Tingkah laku lo kan memang jelek. Jadi apa? Bilangin aja alasannya biar gue percaya"

"Buat apa biar lo percaya? Ga ada penting-pentingnya buat gue" Devan tersenyum jahil

"Ya udah! Minta aja ke Iki langung nomernya"

Hampir saja panggilan itu di tutup oleh Nayla namun segera Devan menahannya

"Gue penasaran tentang laki-laki yang ketemu tadi di sekolah sama dia"  ujar Devan terus terang

"Oh itu Bokapnya"

"Ha?!" Devan bergeming, memutar otaknya dua kali lebih cepat. Keyakinan tentang Suami baru Ibunya itu ternyata benar benar Ayah Rizky "Lo tau dari mana itu Bokapnya?"

"Insting ! Emang buat apa ke lo tentang itu?"

"Gapapa! Kirim nomer Rizky ke gue sekarang!"

(BERSAMBUNG.....)

JUNIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang