Ini pernyataan ?
Atau pertanyaan?
Lagi lagi dan lagi, Berhadapan dengan Devano membuatnya bergeming. Hanya detak jantung yang menandakan ia tidak mati berdiri saat ini
"Okay! Gue tau seberapa gantengnya gue. Ga pelu lo mangap selebar itu"
Selesai!
Devano menghancurkan suasana tegang yang ia buat sendiri. Padahal hampir saja Nayla terhanyut olehnya.
Dan perlu di tegaskan disini, Nayla terhanyut olehnya bukan berati ia mudah jatuh cinta. Ia terhanyut oleh tatapan Devan yang terlihat tak seperti biasanya. Bukan seperti Devano yang ia kenal
"Gue?!" Nayla menunjuk dirinya sendiri lalu tersenyum devil. "gue tau lo serius! Udah berapa lama ?"
Impas!
Kali ini giliran ia membuat Devan tak berkutik. Dalam hati Nayla tersenyum puas.
"Jawab !"
"Lo mancing gue ?!" Tanya Devan setelah mengambil nafas panjang "lo pikir gue ga bisa nge hancurin hubungan orang yang bahkan benci banget ke gue?!"
What the F*ck?!
Nayla mengangguk, masih tersenyum licik. "Coba kalo lo bisa!" Ancamnya. Tatapan membunuh gadis itu seakan menusuk Devan dalam dalam.
Benar saja, saat ini pria itu terluka entah mengapa
Kemudian Nayla berjalan santai kembali ke ruang tengah meninggalkan Devan yang masih terpaku di sana
Detik ini ia berjanji, membuat Gadis itu tidak akan menyesali ancamannya sendiri
.
.
."Ini" Riko memberi susu stroberi kesukaannya pada Keiza, merasa kasihan dan sedih melihat gadis itu menunggu di lapangan yang terik ini untuk menyaksikan Rizky latihan
Keiza tersenyum lalu mengambilnya
"Se-fanatic itu lo ke iki.." Riko bergumam kagum. Walaupun di hatinya yang paling dalam tidak bisa membohongi perasaanya jika ia terluka
"Tadi iki chat gue. Lo ke Aula nemenin dia nyari inspirasi?" Tanya pria itu
"Iya"
"Dia juga bilang kalo dia udah terus terang tentang hubungan lo sama dia"
"Iya"
"Dan lo masih aja setia? Wow..."
Keiza memandangi Riko tajam "maksud lo apa ?!"
"Gapapa Kei! Gue bangga aja ke lo" pria itu tertawa canggung
Keiza menghela nafas panjang lalu mengalihkan perhatiannya kembali ke lapangan "Gue...ga bisa lepasin Rizky"
"Kenapa?"
"Ga tau"
"Bahkan kalo Rizky......." Riko menjeda ucapannya. Tapi tetap melanjutkan dengan ragu "Punya pacar?"
Hening ...
"Kei! Lo itu baik dan lo bisa dapet cowo yang lebih baik"
"Siapa...?" Keiza menatapnya serius
Riko tiba tiba berdebar "Apanya?"
"Pacar Rizky?"
Jleeb ! Patah lagi! Ia pikir Keiza akan memancing tentang perasaanya
"Ga tau" Riko berusaha menutupi rasa kecewa balas menatap Keiza santai
"Lo tau !"
"Ga tau !"
"Jangan bohong, Ko!"
Riko diam. Alasan pertama ia merahasiakan ini karena tidak ingin gadis itu terluka dan ia juga sudah berjanji pada sahabatnya
"Kenapa lo diem?" Keiza menatap Riko lama. "Gue bakal rahasiain ini dari Iki"
"Lo pikir gue sahabat yang gimana? Gue udah janji ya gue harus tepatin lah! Lama lama lo juga tau, Keiza" pria itu menepuk pelan pundak Kei, menyemangatinya lalu beranjak dari sana
.
.
."Sini laptop lo" pinta Vera "lo udah selesain bab yang gue suruhkan ?" Matanya menatap Devan sengit
"Iya !" Pria itu memberi laptop nya pada Vera
"Devan..., kalo susah tanya gue" Ujar Nayla tiba tiba. Suaranya terdengar lembut membuat Vera kaget tak percaya.
Nayla kerasukan apa ?
Ia tersenyum pada Devan. Sengaja memancing Pria itu untuk menegaskan jika ia menepati ucapannya sendiri.
Tidak akan lemah hanya karena seorang Devano yang punya visual di atas rata rata itu ? Ck! Nayla tak sama dengan gadis lainnya
"Okay! Bagus!" Vera mengembalikan laptop Devan dan beralih menatap Nayla "sini punya lo !"
"Ini! Habis itu gue pulang" ucap Nayla santai membuat emosi Vera kambuh lagi
"Enak aja lu! Selesai punya lo, lo masih perlu bantu bab yang belum selesai! Gue mah dikit lagi tapi Si Alien ini masih banyak" ujar Vera menunjuk Devano dengan matanya
"Gapapa! Gue sendiri aja! Ntar malem gue kerjain lagi !"
"Ga bisa! Gue bantu lo !" Nayla tiba tiba baik lagi membuat Vera memandangnya curiga
"Lo !" Devan menatap Nayla tajam, merasa sadar gadis itu sedang mempermainkannya
"Ah udah! Pulang sana! Gue pengen istirahat!" Devan berdiri mengemasi tumpukan tugas di mejanya.
"Ya udah ! Makasih Devan! Gue balik dulu" balas Nayla mengambil laptopnya lalu turun ke bawah bersama Vera.
Setelah mengantar mereka ke halaman rumah. Devan memberi uang 20 ribuan "Pesen ojol ya..., gue ga bisa anter"
Vera memegangi uang itu lama beralih menatap Devan emosi "eh alien! Berdua gini mana bisa pake Ojol ! Taxi baru bisa! Dan ini ga cukup, monyet!"
Nayla tertawa keras hampir air meneteskan air mata. Ia menepuk pundak Devan "Santai Pan, biar gue yang bayarin Vera dan nih" ia mengembalikan uang Devan dan menambahkan dengan uangnya 50 ribuan "buat lo beli cemilan" ujar gadis itu dengan songongnya.
Vera ikut tertawa. Begitu mudah juga menjahili pria dengan ke temperamental yang luar biasa itu
Tapi jika di perhatikan lagi, Devan tidak separah yang dia kenal. Anak ini cukup baik.
"Ya udah ! Kami duluan, Pan" mereka pergi dari sana setelah membuat Devan tak berkutik.
Situasi saat ini sangat lucu di tambah ekspresi Devan yang polos kebingungan.
Dalam hati Nayla tak menyadari jika ia berujar kagum dengan kepolosan pria itu
[BERSAMBUNG....]
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNIOR
Teen FictionYang ia pikir bahagia tepat di depan matanya ternyata adalah luka yang tidak pernah ia kira sebelumnya. . . Sepenggal kisah tentang masa remaja ketika mengenal Cinta Pertama _________ Friendship, Teenlit And Love or Lost ©kook197