𝚃𝚛𝚎𝚗𝚌𝚑𝚊𝚗𝚝!

1.1K 192 18
                                    

Dia sangat sempurna. Rasanya tak layak diriku mendampinginya.

-Fatimah-

----------

"Kak, aku mau tanya. Kalau misalnya kita suka sama seseorang, apa itu dosa?" gadis cubby dengan khimar navinya menatap serius pada lawan bicaranya.

Wanita itu tersenyum manis. Senyum yang sangat cantik ditambah paras teduh dengan ahlak yang pekerti membuat auranya semakin memesona. Dialah Fatimatuzzahra. Seorang aktivis muslimah yang berkecimpung dalam setiap event dakwah diberbagai kota di Indonesia. Kali ini ia sedang menikmati waktu luangnya bersama anak-anak komplek rumahnya. Ia memang sering kali melakukan halaqoh di taman rumahnya untuk mengisi kekosongannya. Seperti saat ini bersama adik-adik manis nan sholeha itu.

"Mencintai itu fitrah. Tidak salah kok, karena Allah menciptakan setiap manusia dengan fitrah untuk saling mencintai. Cinta itu fitrahnya adalah suci. Namun bisa menjadi kotor kalau kita menempatkannya salah," ujar Fatimah begitu lembut.

"Seperti berpacaran, begitu kak?"

"Iya. Tiada obat bagi dua hati yang saling mencintai selain menikah. Menikah itu sunnah Rasulullah yang harus kita ikuti, karena setiap kita pasti membutuhkan pasangan."

"Wah kak Fatimah kayaknya udah siap sekali dipinang," seru gadis lain membuat semuanya tertawa sedang Fatimah tersenyum malu.

"Kak Fatimah sudah siapkan jika ada yang melamar?" timpal yang lain membuat Fatimah malah menutup mulutnya dengan sangat malu.

"Eh, kenapa bahas itu. Kalian ini yah."

"Wajar saja jika mereka mempertanyakan itu. Kamu memang sudah waktunya menikah."

Suara lembut nan bersahaja itu menginterupsi Fatimah dan yang lainnya menoleh ke arah wanita setengah baya itu yang tak lain adalah Sari ibunda Fatimah.

"Ibu."

Fatimah segera berdiri dan mendekat pada ibunya dan menuntun bidadarinya itu duduk di kursi kayu yang tadi ia tempati. Sari menatap putrinya penuh sayang. Ia mengecup kening putrinya lembut dan mengelus pucuk kepalanya.

"Duduk di sini. Ibu mau bicara sesuatu."

Melihat ibunya begitu serius. Ia menginterupsikan kepada adik-adiknya itu untuk pergi meninggalkan ia dan ibunya di taman. Setelah anak-anak itu pergi ia pun duduk di sisi ibunya.

"Iya, bu. Mau bicara apa?"

"Sebenarnya Ibu sudah lama sekali menjodohkan kamu dengan anak teman ibu. Namun saat itu umur kamu belum cukup dewasa untuk mengetahuinya, jadi ibu menyembunyikannya. Sekarang umur kamu sudah matang dan kamu sudah sangat dewasa. Ibu mau kamu segera menikah dengan pilihan ibu itu. Kamu tidak perlu khawatir. Ibu sangat tahu sosok Panji, dia pemuda yang baik dan bertanggungjawab. Dia pasti akan membuatmu bahagia. Ibu yakin kamu pasti menyukainya," pungkas Sari dengan wajah yang ceria.

Fatimah tidak tahu harus menjawab apa. Menikah memang impiannya dan itu adalah kebutuhan dirinya di samping mencari ridho Allah. Namun yang membuat ia tidak bisa menjawab apa-apa adalah lelaki yang dijodohkan untuknya. Fatimah tidak mengenalinya dan tidak pernah bertemu sekali pun dengannya. Bagaimana bisa ia akan bahagia dengan lelaki itu sedang presensinya saja tak pernah nampak dalam netranya.

Melody Embara (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang