Bahkan sekalipun duniaku dijungkirbalikkan oleh luka. Aku akan tetap berharap kamu kembali. Jadi ku mohon kembalilah.
-Panji-
--------
"Fatimah, tolong ambilkan bawang putihnya."
"Baik, bu. Ini."
"Terima kasih, sayang."
Fatimah tersenyum dan memerhatikan dengan saksama apa yang akan mertuanya itu masak. Jam masih menunjuk pukul lima lewat empat puluh sembilan dan dua wanita berbeda usia itu sudah bergelut di dalam dapur. Kali ini Hana akan memberikan satu resep rahasia yang selalu ia buatkan untuk Almarhum suaminya dulu. Makanan sederhana dengan aneka rempah yang membuatnya menjadi sangat spesial. Hana sengaja memberikan resep itu agar Fatimah bisa melanjutkannya kepada putranya. Ia sangat yakin bahwa Fatimah bisa menjadi istri yang baik untuk putranya.
"Panji masih tidur?"
"Sudah bangun, Bu. Setelah sholat subuh tadi, dia langsung ke ruang kerja sepertia biasanya."
"Dia sangat sibuk yah?" Hana menatap Fatimah lembut.
"Begitulah, Bu."
"Apa kamu tidak merasa terganggu dengan kesibukan suamimu?"
"Tidak kok, Bu. Walau bagaimana pun juga, Panji sudah bekerja keras untuk semuanya. Fatimah tidak keberatan untuk itu."
Hana mengelus pundak menantunya sangat lembut. Ia tahu perasaan gadis itu, sekali pun bibirnya mengatakan baik-baik saja, tapi pancaran bola mata itu sudah menjelaskan keadaan hatinya yang kesepian.
"Ibu juga pernah di posisimu. Ketika Ayah Panji harus bergelut di ruang kerjanya sampai lupa untuk sekadar menyapa ibu. Awalnya ibu sedih dengan keadaan itu, tapi lama-kelamaan ibu paham bahwa semua yang ayahnya panji lakukan itu semata-mata untuk keluarga. Jadi tetap sabar jika sewaktu-waktu panji tidak ada waktu dengan mu walau hanya untuk sekadar menyapa. Berjanjilah untuk selalu di samping Panji, Fatimah."
Fatimah tidak tahu harus berucap apa lagi. Ia bahkan tidak mengerti apakah dia harus sabar atau malah bersedih. Kisah mertuanya dan dia cukup berbeda. Jika Hana masih bisa mendapatkan kasih sayang yang pantas sebagai istri, maka betapa malangnya dirinya yang sama sekali tidak mendapatkan apa pun. Jangankan menyapa, Panji bahkan hampir setiap hari melewati presensinya ketika hendak keluar rumah. Usaha yang Fatimah coba lakukan selama ini seolah terbuang percuma. Namun lagi-lagi Fatimah sadar untuk tidak berpikir negatif pada suaminya itu. Ia hampir saja kehabisan cara untuk sekadar menguatkan dirinya dari segala hal buruk yang sewaktu-waktu akan menimpa rumah tangganya. Dan perihal malam itu. Fatimah agaknya mulai melupakannya. Ia terlihat berusaha untuk selalu percaya bahwa suaminya tidak sedang bermain-main dengan wanita lain di belakangnya. Ia sangat percaya Panji bukan lelaki seperti itu. Fatimah terus menyemangati batinnya untuk selalu sabar dan tetap positif.
"Fatimah percaya dengan Panji, Bu. Dia lelaki yang baik."
Hati hana menghangat. Ia benar-benar tidak salah memilihkan putranya seorang istri. Gadis teduh di depannya ini benar-benar punya sejuta sabar dan kebaikan yang paripurna. Hana selalu berharap kebahagiaan akan menyertai Fatimah dan putranya.
---
Panji masih sibuk menyusun berkas-berkas kantornya. Sangat fokus hingga ia tidak menyadari keberadaan Fatimah di sampingnya membawakan teh hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Embara (Complete)
Random❝Bilur itu serempak menganga tatkala semesta menyatukan dua raga yang hampir sama terlukanya. Jika Panji selalu memilih penolakan hanya demi masa lalunya, maka percayalah Fatimah memastikan akan tetap bertahan untuk biduk rumah tangganya. Sekali pun...