Ayahku pernah berpesan, jika nanti aku sudah menikah dan saat itu cintaku belum tumbuh untuknya, maka yang perlu ku lakukan adalah mempertahankan serta berusaha mencintainya hingga aku bahagia. Tapi bisakah?
-Panji-
------------
"Letakkan saja di situ. Biar nanti aku yang menyusunnya," ujar Kirana yang baru saja muncul dengan dua kantung plastik berisikan bahan makanan.
Aira dan Fatimah pun ikut sibuk dengan menyusun perlengkapan tenda dan barang-barang lainnya. Malam ini mereka akan menghabiskan waktu bersama di puncak dengan berkemah. Ini adalah permintaan Kirana waktu itu mengumpulkan Fatimah dan yang lainnya. Awalnya ia merasa ide ini terlalu konyol, tapi bukan Kirana jika tidak bisa membuat suasana jadi lebih baik dan menyenangkan. Gadis itu sengaja membuat acara ini untuk bisa lebih dekat dengan Fatimah dan Aira sekaligus memperkenalkan Panji kepada keduanya. Kirana ingin menikmati hidupnya kali ini dengan bahagia bersama orang-orang baik.
"Ini kayunya masih sedikit. Apa perlu aku mencarinya lagi?" tanya Panji yang baru saja membawa kayu.
"Kalau tidak keberatan carilah," jawab Kirana yang mulai sibuk mengeluarkan bahan-bahan makanan.
Fatimah sejenak menoleh ke arah Panji yang sudah terlihat kewalahan. Ia ingin sekali mendekatinya hanya sekadar memberikan sapu tangan, tapi ia tak bisa melakukan itu. Fatimah masih belum siap dan takut jika acara ini malah berantakan hanya karena dirinya. Dan lagi-lagi ia harus tetap dengan posisinya untuk tetap kuat dan bertahan.
Saat yang bersamaan Panji pun menoleh padanya hingga dua pasang netra itu bertemu membuat Fatimah sejenak terkejut lalu diam menatap hazel itu lebih lama. Panji sendiri harus beberapa kali mengatur napasnya hanya karena Fatimah. Kenapa kau memilih bersikap seperti ini?
"Loh kok malah diam? Katanya mau cari kayu bakar," ujar Kirana memutuskan kontak mata antara Panji dan Fatimah yang sudah kikuk. Panji bahkan harus menggaruk tengkuknya sebelum berujar.
"Aku baru ingin pergi."
"Boleh aku ikut mencari?" seru Fatimah sedikit ragu, karena tiga pasang mata itu sudah menoleh serempak padanya.
"Eh maksudku, aku akan mencari di lain tempat. Lagi pula lahan di sini tidak terlalu luas, jadi aku mungkin hanya akan mencari kayunya sekitaran sini saja," lanjutnya dengan sedikit gugup.
Awalnya Kirana ingin menolak, karena takut terjadi apa-apa pada Fatimah, tapi Aira sudah menyambar duluan. "Carilah. Biar aku dan Kirana yang bekerja di sini. Bukan begitu kan, kirana?"
Kirana menatap Aira sedikit bingung, tapi gadis itu tersenyum meyakinkan membuat Kirana mau tak mau mengiyakan.
"Baiklah, tapi kau jangan terlalu jauh mencari yah. Aku khawatir jika kau malah tersesat. Jangan lupa bawa ponselmu biar aku bisa menelponmu," ujar Kirana dengan tulus.
Fatimah terenyuh dengan kekhawatiran itu. Namun lagi-lagi dadanya tertekan sesak. Gadis itu sungguh baik hingga membuat dirinya semakin kecil di hadapan Panji. Tidak salah memang jika Panji sangat mencintainya, karena Kirana dikelilingin oleh kesempurnaan yang Fatimah tak miliki. Lihat saja sekarang. Kirana begitu peduli padanya, sedang dia malah masih menyimpan cemburu dan sakit hati untuknya. Tapi itu wajarkan?
Kini Fatimah dan Panji sudah berjalan mencari kayu. Sejenak Panji menoleh menatap Fatimah yang sudah mendahuluinya berjalan lalu ia melirik ke arah belakang memastikan bahwa Kirana sudah sibuk dengan pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Embara (Complete)
Random❝Bilur itu serempak menganga tatkala semesta menyatukan dua raga yang hampir sama terlukanya. Jika Panji selalu memilih penolakan hanya demi masa lalunya, maka percayalah Fatimah memastikan akan tetap bertahan untuk biduk rumah tangganya. Sekali pun...